Kata-kata ambak pertama kali ku dapatkan saat membaca
buku Quntum Teaching.
Dalam salah satu pembahasan ada tertulis kata-kata
ambak.
Apa manfaatnya bagi ku. Ternyata kata-kata itu seperti kata-kata
sakti untuk bahan perenungan bagi guru dan dunia pendidikan.
Sering
kali siswa yang dalam struktur pendidikan ditempatkan di posisi teratas
( seharusnya subjek) dalam kenyataannya dibuat seperti piramida berada
pada posisi tak berdaya. Posisi rentan.
Tak ingin
melebar menjadi perdebatan ketika berusaha menyampaikan kegalauan siswa
yang diberondong tugas setiap harinya. Belajar beragam pelajaran yang
belum tentu sesuai minat nya.
Ambak yang harusnya menjadi kunci terjalinnya kegiatan belajar mengajar seringkali diabaikan.
Siswa
tak dilibatkan atau sekedar diberitahu mengapa harus belajar mata
pelajaran yang tidak diminatinya. Subjek diperlakukan menjadi objek.
Ingat sekali kalimat spontan yang terucap dari lisan siswa yang bernada
keluhan ," buat apa sih bu saya harus belajar mapel "X" saya g tertarik
jadi ... ( menyebut salah satu profesi) .
Atau
keluhan lain yang juga membuat merinding mendengar nya , " yang penting
nilai gw di rapot bagus " .Dan mengakui bahwa dia sama sekali tak paham
apa yang dipelajari.
Belajar hanya sekedar memindahkan isi buku cetak ke kertas ujian dan mendapatkan nilai.
Ketika secara emosional siswa dilibatkan untuk menentukan arah minat mereka disertai dengan penjelasan pentingnya mempelajari setiap kompetensi dari setiap mapel akan meminimalkan keluhan dan rasa keterpaksaan tersebut.
Siswa akan merasa dihargai karena dia lah yang menentukan yang menjadi kebutuhan nya.
Dan menjadi lebih bertanggung jawab bukan sekedar khawatir mendapat nilai buruk.
Melibatkan siswa dalam pembelajaran berarti mengajarkan kesadaran untuk bertanggung jawab terhadap pilihannya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar