Kamis, 08 November 2018

Tertantang untuk Berani

Pelajaran berharga di hari ini adalah ketika menerima tantangan siswa untuk akhirnya kembali berbicara menyuarakan ide pemikiran dan gagasan di kegiatan literasi sekolah. Setelah sekian lama berdiam dan hanya menjadi pengamat yang baik. Dan akhirnya mengambil satu kesempatan untuk bersuara.
Berawal dari kegalauan selama berminggu-minggu karena himbauan yang bersifat "paksaan " untuk tak membaca komik di dalam kegiatan budaya membaca. Menantang salah satu siswa untuk menyampaikan pendapatnya dalam blog pribadinya tentang pendapatnya mengenai " Himbauan untuk tak membaca komik".
Berusaha mencari pendapat berbeda dari orang yg menyetujui larangan tersebut. Dan mendapatkan pencerahan kalimat bijak yang menenangkan.
"Nik, baca komik kan bisa kapan saja. Ikutin aja regulasinya. Jangan ajarin siswa menjadi generasi pembangkang". Ok lah menarik untuk direnungkan . Walau tak sepenuhnya setuju.
Berbeda pendapat bukan berarti bermusuhan itu bentuk dari cara berpikir kritis. 
Hingga akhirnya tantangan untuk menulis disetujui oleh salah satu siswaku.
Dan hari ini mendampingi nya berbicara dihadapan 800 pasang mata untuk mempertanggungjawabkan tulisannya. Tak ada salahnya membaca komik. Karena salah satu yg bisa membuat siswa mau membaca adalah ketika membaca komik kegemaran nya. Harus mulai belajar lah wahai guru yg mengajar anak-anak masa depan ini bahwa gaya belajar setiap anak berbeda-beda. Ketika hanya memaksakan untuk belajar dgn membaca yg berupa teks tulisan semua. Apa yang akan terjadi dengan siswa-siswa ku calon-calon animator , komikus para pengisi bidang pekerjaan di masa depan . Mematikan semangat mereka untuk berkarya bukan lah hal yang bijaksana. Dan hal ini kemudian disetujui oleh salah satu siswaku yang memiliki hobi menggambar mendatangiku di jam istirahat. " Iya bu saya setuju dengan pendapat kakak tadi kenapa harus melarang membaca komik sih? Saya aja punya cita-cita mo jadi animator. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar