Minggu, 05 Juni 2011

Garuda di dada , Pancasila dimana..???

Ingat waktu piala AFF tahun kemaren begitu bergemuruhnya dada ini mendengar lagunya Netral yang berjudul "Garuda di dadaku". Garuda di dadaku, garuda kebanggaanku kuyakin hari ini pasti menang.Semangat sekali. Semua tak terkecuali tua , muda , kaya , miskin menyanyikan lirik lagu tersebut. Untuk membagi semangat kebanggaan kepada timnas sepokbola yang sedang bertanding melawan tim dari Malaysia.Walau dikatakan serumpun tetap saja saat bertanding yang diharapkan adalah menjadi pemenang. Dengan segala usaha yang telah dilakukan oleh timnas saat itu akhirnya Indonesia hanya mampu menjadi juara ke dua untuk memperebutkan piala AFF. Tapi semangat kebangsaan masih sangat menggebu di dada seluruh rakyat Indonesia.
Dan pada tanggal 1 Juni 2011 , para petinggi pemerintah menghadiri acara kelahiran Pancasila. Para mantan Presiden dan Presiden yang masih menjabat memberi pidato yang cukup bagus.Bagus isinya tapi belum tentu dalam pelaksanaannya. Satu pidato yang cukup memukau adalah pidato yang di bacakan oleh presiden ke 3 bapak BJ . Habibie tentang Pancasila. Dan selesainya acara tersebut ada perilaku dari para petinggi tersebut yang tidak mencerminkan nilai-nilai Pancasila dan justru dilakukan oleh putri penggagas Pancasila.Oh ternyata Pancasila hanya sekedar slogan di bibir.Wajar saja kalau kemudian yang terjadi perilaku tak terpuji, tak mencerminkan Pancasila.Dan saat pagi tadi menonton acara dari salah satu stasiun tv yang membahas tentang Pancasila lagi, dan kejadian yang terjadi di salah satu sekolah negeri di Jakarta yang salah satu oknum gurunya memberi jawaban soal UN, dan sangat terencana karena sebelum kegiatan itu dilakukan para siswa telah diintimidasi dengan membuat pernyataan tertulis mengenai penyebaran jawaban UN tersebut. Apa sih sebenarnya yang ada dalam pikiran guru tersebut, sebagai sesama guru aku prihatin atas yang dilakukannya. Harusnya dapat memberi contoh yang baik, ini malah membuat perilaku yang tidak baik dan mencuci otak siswa dengan tindakannya mengintimidasi. Mungkin guru tersebut tidak sepenuhnya salah karena memang sebagai guru yang merupakan ujung tombak dari keberhasilan siswa sangat berharap agar semua siswanya berhasil dalam pelaksanaan UN sehingga dapat meningkatkan prestise sekolah dan secara tidak langsung prestise dia sebagai guru. Tetapi berpikirkah ia dalam jangka panjang akan diminta pula pertanggung jawaban atas perilaku, pemahaman kepada siswa/i nya. Kata temanku profesi guru sama juga dengan satu kaki di surga dan satu kaki di neraka . Di surga apabila sang guru mampu menularkan kebaikan pada siswa/inya. Namun satu kaki di neraka manakala yang kita ajarkan adalah hal-hal yang salah dan tidak baik. Dan untuk nilai -nilai Pancasila apabila kita semua mampu menerapkan dalam kehidupan sehari-hari tak perduli apapun profesinya aku rasa kita telah menciptakan surga yang indah untuk kehidupan di dunia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar