Disetiap
angkatan tahun ajaran pasti selalu ada anak-anak istimewa yang mampu
mencuri perhatian. Dengan berbagai karakter kepribadian yang menggelitik
rasa penasaran untuk mengenal lebih dalam banyak hal tentang mereka.
Di
tahun ajaran ini ada 2 anak kesayangan, teman sekelasnya menyebutnya
begitu.
Tak pernah terpikir olehku memberi label negatif dari setiap
anak kesayangan yang kutemui.
Butuh perhatian dan bimbingan lebih dari
teman nya yang lain lebih tepatnya.
Dan sejujurnya
tak ada niat sama sekali untuk membedakan anak kesayangan dengan
temannya yang lain.Semua mendapatkan perhatian sesuai dengan
kebutuhannya.
Ketika tahun ajaran yang lalu
beberapa anak kesayangan sering kali mendapat label negatif dari sesama
rekan guru karena dianggap trouble maker. Langsung kuambil keputusan
menariknya dalam lingkup siswa bimbinganku sehingga aku bisa memahami
alasannya berbuat "onar " versi pendidik .
Hingga
satu kejadian cukup menggelikan terjadi. Sang putra lebih mau
mendengarkan omonganku sebagai gurunya dibanding mendengarkan petuah
orang tuanya.
Hal itu keketahui dari lisan yang terucap oleh siswaku
bahwa ada perasaan sungkan orang tua untuk menegur prilaku putranya
karena pasti nanti aku membelanya. Hohoho tidak begitu juga nak .
Ketika permasalahan yang muncul akibat dari konflik orang tua dan anak ,
aku melibatkan diri untuk memediasi pertikaian. Kedua belah pihak
kuajak untuk sama memperbaiki diri melalui sesi konseling yang panjang
dan rumit.
Namun ketika permasalahan yang timbul akibat perilaku negatif
yang dilakukan.
Aku pun tak sungkan untuk memberi nasehat dengan volume
suara yang berbeda.
Ketika anak kesayangan itu
tak lagi menjadi siswaku , tetap mencari ku untuk meminta saran dari
permasalahan yang terjadi. Begitu pun dengan orang tuanya. Selalu
menjalin silaturahmi.
Dan tahun ajaran ini
keunikan anak kesayangan ku menggemaskan.
Menyita perhatian untuk selalu
bertanya kehadirannya, tugas-tugasnya.
Hingga terucaplah kalimat dari
teman sekelasnya untuk memberi laporan
" bu , anak kesayangan ibu gak
masuk lagi hari ini"
Dan aku hanya bisa mengelus dada.
Satu
hal yang membuatku tersentuh sebagai ibunya di sekolah, ketika hadir
tak pernah bosan untuk duduk berlama- lama di ruangan ku.
Mengganggu ku
ketika bekerja, mengintip ruang konseling untuk memastikan aku ada di
dalam ruangan. Perhatian-perhatian kecil sekedar bertanya mengapa tidak
memakai sepatu dan dengan jawaban mau sholat dhuha bu.
Kulanjutkan
dengan request jangan lupa doain ibu ya.
Anak
kesayangan mungkin di jenjang ini semangatmu belum tumbuh tapi
percayalah doa ibu selalu ada untuk semua kesayangan ibu agar memiliki
semangat dan tangguh meraih cita-cita.