Puisi karya LK Ara
Pemimpin yang kami rindukan
Pemimpin yang sederhana
Tak banyak cakapnya
tapi banyak kerjanya
berbuat iklas untuk rakyatnya
Pemimpin yang kami rindukan
Pemimpin yang sederhana
gemar melindungi rakyatnya
dan berfikir keras mensejahterakan rakyatnya
Pemimpin yang kami rindukan
Tak perlu terlalu pintar
memiliki daya hafal luar biasa
sehingga tercatat dalam sejarah
tapi cukup menguasai ilmu syariat
mengenalkannya dan menyampaikannya
kepada kami rakyatnya
Pemimpin yang kami rindukan
Pemimpin yang suka mendengar keluh kesah
rakyat yang menderita
Pemimpin yang sabar , ikhlas, dan jujur kepada Allah
Pemimpin yang kami rindukan
Pemimpin yang menolak menggunakan mobil dinas
yang mahal karena faham rakyatnya masih banyak yang lapar
Pemimpin yang kami rindukan
Pemimpin yang menolak tinggal di istana
karena tahu rakyatnya masih banyak yang tinggal di tenda
Sungguh...sungguh ...kami merindukan
Pemimpin yang sederhana
yang hidup jauh dari kemewahan
Karena kebahagian , kesenangan dan kesehatan
terletak pada kesadaran diri
Tidak pada kehidupan yang berlebihan
Setelah bencana
setelah tsunami
setelah banjir di mana-mana
kami semakin rindu
kami semakin rindu ya Allah
Pemimpin yang sederhana
yang mampu menghimpun kekuatan
dari sisa-sisa kekuatan yang ada
Kami rindu pemimpin ya Allah
yang dapat menyatukan kemampuan
dan mengangkat harapannya
Pemimpin yang mampu kerja keras
untuk menghimpun kebajikan
Pemimpin yang mau memberi suluh
bila melihat rakyatnya dalam kegelapan
Pemimpin yang ringan tangannya
bila rakyatnya terpuruk dalam duka
Ya Allah kami rindu pemimpin yang seperti itu
Sungguh kami merindukan
Pemimpin yang sederhana
yang tekad bersama rakyat mengatasi kesulitan
bila bencana datang
Bahkan sudah tahu kapan bencana kiranya menyerbu
sehingga rakyat tetap waspada
rakyat tetap siaga
Ya Robbi kami mohon kepadamu
kirim kami pemimpin yang kami rindu
Puisi yang menggetarkan ini pernah dibacakan oleh penulisnya ayah LK Ara saat lounching buku karya sastra yang berjudul Potret Pimpinan yang arogan terhadap bawahan. Dan kembali di bacakan oleh rekanku saat acara lepas sambut kepala sekolah. Semua terdiam haru menyimak bait demi bait yang dibacakan dengan penuh penjiwaan. Dadaku pun ikut bergetar hebat. Berharap setelah sekian lama bekerja dalam bayangan tak ada kejelasan karena visi yang tak menentu akan ada perubahan yang terjadi. Pastinya perubahan ke arah yang lebih baik tentunya seperti juga aku pernah menulis di note fb ku tentang harapanku tentang
"Pemimpin yang membumi"
Hampir 5 tahun tak merasakan"Pemimpin yang membumi"
dianggap sebagai manusia
tak diajak bicara
tak diperdulikan
Mungkin karena terlalu tinggi jaraknya
antara langit dan bumi
dan ada kesenjangan di tengahnya
Kemarin panjang gelarnya
Yang kemarin juga panjang predikatnya
yang kemarin juga jauh menjangkaunya
bagai ingin meraih bintang di langit
Harapanku...
Untuk yang kini
Tak perlulah panjang gelarnya
tak perlulah panjang predikatnya
Asal tetap membumi
juga menghargai manusia
Duh.. harusnya ini terpasang di setiap ruangan terutama ruangan seorang pemimpin..
BalasHapussetuju banget pak...
BalasHapus