Sabtu, 08 Juni 2024

Pembelajaran Berdiferensiasi

 Cerita tentang pembelajaran berdiferensiasi menjadi hal yang hangat untuk jadi pembahasan resmi maupun tak resmi dalam segala kegiatan disekolah 

Dalam Program Guru Penggerak dalam paket modul 2 Praktik Pembelajaran yang berpihak pada murid membahas banyak hal tentang apa yang dimaksud dengan pembelajaran berdiferensiasi . Di modul 2.1 dengan sub tema nya adalah Pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan belajar murid mengupas tentang kesiapan belajar murid ,minat murid dan profil murid . Ketiga aspek yang diungkapkan oleh Tomlinson dari buku yang kemudian menjadi dasar acuan modul PGP “How to Differentiate Instruction in Mixed Ability” . 

Yang dimaksud dengan pembelajaran berdiferensiasi adalah  serangkaian keputusan masuk akal (common sense) yang dibuat oleh guru yang berorientasi kepada kebutuhan murid. Keputusan-keputusan yang dibuat tersebut adalah yang terkait dengan:

1.Kurikulum yang memiliki tujuan pembelajaran yang didefinisikan secara jelas.

2.Bagaimana guru menanggapi atau merespon kebutuhan belajar muridnya.

3.Bagaimana mereka menciptakan lingkungan belajar yang “mengundang’ murid untuk belajar

4.Manajemen kelas yang efektif.

5.Penilaian berkelanjutan. .

Miskonsepsi masih sering terjadi dalam menerapkan pembelajaran berdiferensiasi dengan mengelompokkan murid dalam kelompok gaya belajar nya ,visual auditori dan kinestetik. Dan hal ini menjadi temuan menarik ketika refleksi saat  melakukan pendampingan individu bersama CGP . Beberapa murid menyuarakan keberatannya manakala temannya yang diidentifikasi memiliki gaya belajar kinestetik diperbolehkan untuk belajar di luar kelas. Tentu saja dalam pikiran murid ada perlakuan tidak adil yg diterima oleh murid dg gaya belajar auditori dan visual .

Hal lain yang bisa menjadi pengingat untuk menerapkan pembelajaran berdiferensiasi sebagai pemenuhan belajar murid adalah saat sesi penilaian. Dalam asesmen akhir tahun semua penilaian hanya dilakukan dengan cara tes tulis . Apakah tes tulis nya dengan menggunakan aplikasi on line atau dengan menggunakan lembar jawaban kertas yang pasti lembaga pendidikan masih dengan paradigma asesmen akhir untuk mendapatkan penilaian hasil belajar murid hanya dapat dilakukan dengan melakukan ujian tulis bersama. Pengabaian bahwa setiap murid dengan kebutuhan belajar yang berbeda begitu juga dengan sistem penilaiannya .             Menjadi tidak adil saat proses KBM guru melakukan observasi dan asesmen dan menemukan kebutuhan belajar murid dapat dipenuhi dengan pembelajaran berdiferensiasi namun saat asesmen penilaian murid dipaksa dinilai hanya dgn satu standar penilaian yaitu tes tulis .  Dan hasil akhir dalam bentuk laporan hasil belajar saat pembagian raport adalah dengan penilaian labeli

Cerita tentang pembelajaran berdiferensiasi menjadi hal yang hangat untuk jadi pembahasan resmi maupun tak resmi dalam segala kegiatan disekolah 

Dalam Program Guru Penggerak dalam paket modul 2 Praktik Pembelajaran yang berpihak pada murid membahas banyak hal tentang apa yang dimaksud dengan pembelajaran berdiferensiasi . Di modul 2.1 dengan sub tema nya adalah Pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan belajar murid mengupas tentang kesiapan belajar murid ,minat murid dan profil murid . Ketiga aspek yang diungkapkan oleh Tomlinson dari buku yang kemudian menjadi dasar acuan modul PGP “How to Differentiate Instruction in Mixed Ability” . 

Yang dimaksud dengan pembelajaran berdiferensiasi adalah  serangkaian keputusan masuk akal (common sense) yang dibuat oleh guru yang berorientasi kepada kebutuhan murid. Keputusan-keputusan yang dibuat tersebut adalah yang terkait dengan:

1.Kurikulum yang memiliki tujuan pembelajaran yang didefinisikan secara jelas.

2.Bagaimana guru menanggapi atau merespon kebutuhan belajar muridnya.

3.Bagaimana mereka menciptakan lingkungan belajar yang “mengundang’ murid untuk belajar

4.Manajemen kelas yang efektif.

5.Penilaian berkelanjutan. .

Miskonsepsi masih sering terjadi dalam menerapkan pembelajaran berdiferensiasi dengan mengelompokkan murid dalam kelompok gaya belajar nya ,visual auditori dan kinestetik. Dan hal ini menjadi temuan menarik ketika refleksi saat  melakukan pendampingan individu bersama CGP . Beberapa murid menyuarakan keberatannya manakalala temannya yang diidentifikasi memiliki gaya belajar kinestetik diperbolehkan untuk belajar di luar kelas. Tentu saja dalam pikiran murid ada perlakuan tidak adil yg diterima oleh murid dg gaya belajar auditorial dan visual .

Hal lain yang bisa menjadi pengingat untuk menerapkan pembelajaran berdiferensiasi sebagai pemenuhan belajar murid adalah saat sesi penilaian. Dalam asesmen akhir tahun semua penilaian hanya dilakukan dengan cara tes tulis . Apakah tes tulis nya dengan menggunakan aplikasi on line atau dengan menggunakan lembar jawaban kertas yang pasti lembaga pendidikan masih dengan paradigma asesmen akhir untuk mendapatkan penilaian hasil belajar murid hanya dapat dilakukan dengan melakukan ujian tulis bersama. Pengabaian bahwa setiap murid dengan kebutuhan belajar yang berbeda begitu juga dengan sistem penilaiannya .             Menjadi tidak adil saat proses KBM guru melakukan observasi dan asesmen dan menemukan kebutuhan belajar murid dapat dipenuhi dengan pembelajaran berdiferensiasi namun saat asesmen penilaian murid dipaksa dinilai hanya dgn satu standar penilaian yaitu tes tulis .  Dan hasil akhir dalam bentuk laporan hasil belajar saat pembagian rapot adalah dengan penilaian labeling yang diberikan adalah murid tidak pintar , murid nakal,murid pecicilan murid baik murid pendiam . 

Tantangan besar untuk dapat mengubah miskonsepsi ttg pembelajaran berdiferensiasi hingga penilaian akhirnya dengan tetap memenuhi kebutuhan belajar murid .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar