Kami
kelas 74. Kelas yang paling sering di banding-bandingkan dengan kelas
lain karena kebandelannya. Kami mungkin memang jelek di mata beberapa
orang, mungkin mereka hanya menganggap kami semua sebagai kelas tak
berguna, tapi di balik itu semua, terdapat kesolidaritas dari
anak-anaknya.
Awalnya,
ketika kami baru berkenalan ketika masa mpls, pasti ada sedikit rasa
tidak nyaman. Huh, sekolah baru, teman baru juga. Bagaimanapun juga
teman baru di smp berbeda dengan teman lama di sd, kan? Saat itu sedikit
dari kami mengenal beberapa orang, dan banyak dari kami tidak mengenal
siapapun ketika itu. Rasanya aneh saat kau sudah berada di satu sekolah
selama enam tahun, tiba-tiba harus beradaptasi di lingkungan sekolah
baru.
Belum
lagi dengan guru-guru. Dulu saat sd, kami hanya diajar dengan sedikit
guru, paling banyak yang mengajar wali kelas. Dan ketika smp, kami
diajar oleh guru yang berbeda tiap pelajarannya. Kami perlu beradaptasi
lagi dengan cara mengajar tiap guru-guru. Jujur saja, bagi beberapa dari
kami, itu berat. Karena kami tidak hanya perlu beradaptasi dengan
tempat baru saja, tapi dengan teman juga guru baru.
Kehidupan
semasa kami sd juga tidak seribet sekarang. Maksudnya, saat sd dulu,
kami tidak perlu memikirkan bagaimana tanggapan orang lain ketika
melakukan sesuatu. Tapi sekarang sudah berbeda. Orang-orang bisa saja
mengomentari sikap kita, seperti yang hampir seluruh siswa baru smp
dapatkan, yaitu omongan kakak kelas. Tidak semua kakak kelas bisa
langsung menerima diri kita. Kita semua punya aturan dalam melakukan
segala sesuatu.
Saat
baru merasakan masa-masa smp, sejujurnya bagi kami terasa berat.
Pelajaran yang baru, pergaulan yang berbeda dan peraturan baru juga.
Kadang, kami masih tidak paham dengan cara pengajaran beberapa guru.
Mereka mengajar dengan cara yang berbeda, dan pengajaran mereka seperti
tak di sesuaikan dengan masing-masing kami.
Dan
semakin berlalunya hari demi hari, pertengkaran semakin sering terjadi.
Kami sadar jika kelas ini memang tidak harmonis, tapi bukankah di
hubungan kakak dan adik saja bisa bertengkar? Kita bisa saja 'kan
bertengkar dengan sahabat yang telah berteman dengan kita bertahun-tahun
lamanya? Nothing impossible, everything could happen. Meski
banyak pelajaran yang telah kami ambil, tapi tidak memungkinkan untuk
kembali tidak ada tengkaran, kan? Terkadang bahkan rasanya terlalu
hambar jika tidak ada suatu cobaan, akan membosankan juga jika kita
tidak bertengkar.
Meskipun,
ada beberapa yang terlihat dekat dan ada pula yang tidak, kami masih
memiliki solidaritas. Banyak kenangan yang telah kami lalui. Orang
memandang kami sebelah mata. Orang sering membicarakan kami dengan
niatan merendahkan. Tapi mereka sebenarnya tidak tahu apa-apa tentang
kami. They don't know about us. Ya
walau kami memang terkenal jelek, buruk dan brengsek (kata beberapa
guru), tapi tidak memperkecil fakta bahwa kami menyayangi satu sama
lain. Dan jika mereka menjadi salah satu diantara kami, pasti mereka
tahu keseruan apa yang telah kita jalani. Meski tidak sekeren kelas
lain, tapi kami rasa kami cukup kompak.
Terserah
apa kata mereka, kami juga tidak peduli. Toh, rasanya mustahil jika
tidak ada orang yang bakal mencemooh sesuatu hal. Manusia pernah
melakukan kesalahan, dan dilahirkan bukan untuk menjadi sempurna. Kami
memiliki kekurangan. Tapi walau begitu, tidak membuat kami jadi minder.
Orang-orang hanya akan membicarakan keburukan kami, jadi hanya kami
sendiri yang akan tahu apa sebenarnya kenyataan dan apa yang sebenarnya
bukan fakta tentang kami.
Namun, kami juga tidak enak hati dengan Pak Saring. Tentu jika muridnya jelek, past
i
gurunya dianggap jelek juga. Padahal Pak Saring selalu mengajarkan hal
baik pada kami, tapi karena memang dasarnya kami sedikit bandel, jadi
beginilah. Intinya meski banyak cobaan yang menghadang kami semua, kami
tetap mencoba untuk bersatu. Semua yang sudah berlalu biarlah berlalu.
Dan memang beginilah " KETUPAT"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar