Selasa, 08 Juni 2010

Benarkah sekolah bisa membuat orang jadi pandai atau patuh

Saat ini penulis telah berprofesi sebagai guru,yang katanya guru adalah profesi yang mulia ,calon ahli surga.Karena apabila gurunya mengajarkan ilmu yang bermanfaat kepada murid-muridnya insya Allah pahalanya akan mengalir terus.
Tetapi tidak pernah disinggung bahwa guru juga bisa masuk neraka pinjam istilah teman "satu kaki di surga dan satu kaki di neraka apabila yang diajarkan tidak bermanfaat.
Pengamatan penulis selama menjadi guru dan memiliki anak yang saat ini sedang menimba ilmu di tempat yang namanya sekolah.
Sekolah yang ada dewasa ini " mungkin bisa " membuat anak jadi pandai atau pengamatan penulis,penulis memakai istilah patuh.
Karena sekolah membekali siswanya dengan pengetahuan,melakukan proses perubahan dari tidak bisa menjadi bisa,dari tidak tahu menjadi tahu dari yang perilakunya negatif menjadi positif.
Dan untuk membuat jadi pandai gurulah yang bertugas untuk mentrasfer ilmunya kepada anak didiknya.
Tetapi sayangnya banyak juga guru yang seperti kata teman saya satu kakinya di surga dan satu lagi di neraka karena menyampaikan informasi yang salah.
Penulis sering mendengar keluhan dari anak didik di sekolah tempat penulis bekerja."kenapa sih bu point kita dikurangi karena kelas kita kotor...gak tanggung-tanggung lagi 50 point bu.
Dan penulis balik menanyakan siswa kok kalian diam saja point dikurangi sampai begitu banyak ada aturannya gak di buku penghubungnya.serentak mereka menggeleng.kami gak berani bu.ya kami patuh saja lah bu daripada point kami dikurangi ,lebih banyak lagi karena kami membantah. Hal itu terjadi pada anak didik penulis,dan sebagai guru mereka saya pun ternyata tak berdaya dengan aturan yang luarbiasa dibuat-buat tanpa pertimbangan saat penulis meneruskan keluhan siswanya kepada pembuat kebijakan Berikan jawaban kepada anak-anak bahwa sekolah mengajarkan siswa untuk disiplin.waduh.....bagaimana ya apakah itu termasuk proses belajar juga.Mungkin iya belajar untuk patuh dengan aturan
Penulis juga pernah dibuat bingung dengan aturan yang katanya untuk meningkatkan kinerja dengan membuat laporan tatap muka dikelas setiap harinya.Saat ini penulis tidak memiliki kegiatan tatap muka lagi dengan siswanya karena mereka sudah lulus sementara siswa kelas dibawahnya penulis tidak mengajar mereka.Pembuat kebijakan di sekolah pernah bertanya kenapa tidak pernah lagi mengumpulkan laporan? Penulis menjawab saya kan tidak ada jam tatap muka lagi dengan siswa kalau laporan kegiatan yang lain ada. Pokoknya buat saja laporannya tadi datang jam berapa setelah itu apa saja yang dilakukan dst,dll.Dengan maksud apa supaya tunjangan penulis tidak berkurang karena tidak membuat laporan.Apakah memang harus demikian mengada-ada.
Di lembaga yang sama juga yang namanya sekolah lagi-lagi penulis berpikir,untuk gurunya saja diajarkan untuk patuh dengan pembuat kebijakan di sekolah ini,bagaimana penulis sebagai guru harus mengajarkan kepada siswa tentang tidak tahu menjadi tahu dll

Tidak ada komentar:

Posting Komentar