Sabtu, 27 November 2010

HUT PGRI ke 65

Ada upacara bendera yang dilakukan saat hari ulang tahun PGRI ke 65 di sekolahku,untuk bahan pemikiran saja sudah setua itu umur organisasi guru di Indonesia ini tapi apa yang telah didapat oleh dunia pendidikan atas kiprah organisasi tersebut?
Saya tidak sedang ingin menganalisa organisasi PGRI nya tapi yang membuat saya tergelitik untuk menuliskan pemikiran saya adalah kegiatan upacara bendera yang dilakukan di sekolah saat ultah PGRI tanpa latihan apalagi kordinasi antara pimpinan dengan petugas yang saat itu sedang merayakan ultahnya ( guru-guru). Semua dilakukan serba mendadak dan terburu-buru. Upacara yang harusnya dilakukan dengan hidmat malah berkesan sedang menyaksikan komedi dengan pelakonnya "guru". Saat derigen memimpin untuk menyanyikan lagu Himne Guru ternyata sang derigen pun tidak hapal lagu tersebut.....( sambil menarik nafas antara malu atau....) dilanjutkan guru menyanyikan lagu " Bangun Pemuda-Pemudi " yang tujuannya memberi semangat pada siswa atas tugas berat yang harus mereka emban di masa depan, bait kedua lagu itu yang berisi lirik " tangan baju mu singsingkan untuk negara ,masa yang akan datang kewajibanmu lah menjadi tanggungan mu terhadap nusa...dst...dst apabila kita para guru benar-benar mau meresapi makna dari syair tersebut ah mungkin kita tak bisa berbangga hati dengan mengatakan kita telah memberi yang terbaik untuk anak didik kita saat itu aku tercekat dan meneteskan air mata haru karena berpikir apa yang telah kuberikan untuk anak didikku? sementara tantangan yang dihadapi siswa - siswa ku di masa depan lebih berat dan sangat komplek. Dan tangisku tidak hanya berhenti saat lagu itu berakhir. Upacara ditutup dengan pembacaan doa yang luar biasa menyentuh hati dan sanubari " Ya Allah Ya Tuhan kami jangan lah Kau ijinkan anak didik kami mencontoh perilaku kami yang tidak pantas untuk ditiru karena kami adalah generasi yang buruk ,koruptor, dan tercela . Ya Allah Y aTuhan kami kami belum dapat meneladani perilaku baik para pendahulu kami mulai dari Rasullulah Muhammad SAW, Isa Putra Maryam, Mahatma Gandhi,Bunda Theresa dan semua orang -orang mulia di mataMu. Tangis ku pecah saat itu sesak sekali dada ini mengingat berapa banyak "dosa" pemahaman yang telah aku cekokin dalam kepala dan sanubari anak didik ku, dengan pemaksaan kehendak dengan alasan tuntutan kurikulum padahal sering kali kurikulum yang dipaksa harus dipelajari oleh siswa dalam bentuk bahan ajar tidak sesuai dengan kebutuhan karakteristik pribadi mereka apalagi kalau harus dilihat dengan tantangan yang harus dihadapi siswa di masa depan, Padahal kata Khalil Gibran " Berikan mereka ( anak -anak didikmu ) kasih sayangmu tapi jangan sodorkan bentuk pikiran mu sebab pada mereka ada pikiran sendiri . " patut kau berikan rumah untuk raganya tapi tidak untuk jiwanya sebab jiwa mereka adalah penghuni rumah masa depan yang tidak dapat kau kunjungi sekalipun dalam impian. Guru adalah satu profesi yang sangat mulia yang juga dilakoni oleh orang -orang mulia bukan hanya dalam kompetensi akademik yang dimliki oleh guru tapi perilaku dari guru yang juga harus terlihat berbeda sehingga dapat menjadi panutan bagi siswa-siswanya. Perilaku yang bisa diteladani itulah yang saat ini sudah mulai terkikis dari peran guru -guru yang ada saat ini. Siswa lebih mencari figur keteladan dari dunia maya yang lebih mudah dan gampang dikunjunginya tanpa harus " siswa merasa dinilai. Masih berbicara saat upacara hari guru saat itu setelah selesai dengan pembacaan doa yang sangat menyentuh ternyata masih juga disodori dengan tontonan yang berbau kemunafikan ( lagi2 harus mengurut dada) , pembagian piagam penghargaan yang diserahkan kepada guru yang rajin mengumpulkan laporan harian padahal belum tentu mengajar di kelas yang menjadi tanggung jawabnya . ah sedih,kecewa dan marahnya diriku karena aku ada dalam lingkungan yang luar biasa munafik nya.... dan doaku
" Ya Allah aku tahu didepan mataku ada yang salah
ada kemunafikan yang dilakukan mereka ...
mereka tertawa -tawa
seakan yang paling benar,paling tahu,paling hebat,
Ya Allah aku hanyalah hambamu yang lemah
yang tak mampu tanpa petunjuk dari Mu untuk menjadi teladan bagi anak didik ku
Bimbinglah aku Ya Allah agar dapat mengajarkan hal-hal baik sesuai aturan dariMu.
( inspirasi dari doa yang dibacakan Fajril Gois)

Minggu, 14 November 2010

Prinsip ekonomi berlakukah untuk pendidikan?

Judul yang saya tulis diatas berkaitan dengan yang terjadi di dunia pendidikan khususnya di institusi tempat saya bekerja . Baru-baru ini saya agak kaget juga( sebelumnya pernah juga terjadi tapi saya gak begitu perduli waktu itu ) institusi tempat saya bekerja mengadakan ujian tengah semester yang diperuntukkan bagi semua siswa dari kelas 7 -9 SMP. Dan yang membuat saya sebagai guru di sekolah itu bingung adalah kegiatan ujian tengah semester tersebut tidak dibuat jadwal pelaksanaannya dan yang akan dinilai adalah hasil murni dari kegiatan ujian tengah semester tersebut. Dan hal inilah yang membuat saya jadi tergelitik untuk bertanya saat pimpinan menyampaikan dalam kegiatan briefing mingguan kenapa tidak dibuat jadwal dan jawaban yang disampaikan benar-benar membuat saya tercengah ,nanti akan dipikirkan lagi untuk membuat jadwalnya...loh kok bisa ya baru mau dipikirin sementara kegiatan ujian tengah semester tersebut termasuk kegiatan rutin tahunan yang selalu dan akan selalu dilakukan.Banyak hal yang akhirnya bisa saya analisa tentang " keberatan pihak sekolah " untuk membuat jadwal ujian tengah semester adalah mungkin saja pihak sekolah tidak mau mengeluarkan dana untuk guru yang diberi tugas mengawas ujian karena hal itu merupakan pengeluaran tambahan dari anggaran BOS dan BOP ( mungkin) pihak sekolah berpikir dengan pengeluaran sekecil-kecilnya mendapat keuntungan sebesar-besarnya...wah kalau yang dipikirkan seperti itu menurut saya justru salah besar karena hasil dari mendidik kita hari ini mungkin baru bisa disemai 10 tahun yang akan datang . Sebagai guru pembimbing disekolah tersebut saya sering mendengar keluhan siswa yang curhat terlalu banyak tugas belum lagi saat ada kegiatan ujian tengah semester berlangsung siswa/i saya harus mempersiapkan diri untuk ujian pada pelajaran hari itu....apabila hari itu ada 5 mata pelajaran ya hari sebelumnya mereka harus siap untuk ujian esok hari dengan 5 pelajaran juga ( oh kasiannya nasib generasi penerus bangsa ini ) atau disituasi yang sama siswa juga dirugikan dengan tidak adanya jadwal ujian tersebut bagi siswa yang lebih dahulu ujian tidak mempunyai kesempatan bertanya pada kelas yang lain sementara untuk siswa yang belakangan untuk jadwal pelajarannya ada kesempatan untuk bertanya ( asyik dong...)pasti dong nilai ujiannya jadi lebih baik kan...padahal setelah hasilnya dikoreksi...ya sama aja gak ada pengaruhnya tuh....Nah kalau sudah begitu apa sih sebenarnya tujuan dari dilakukan kegiatan ujian tengah semester yang tanpa jadwal tersebut. Untuk evaluasi ya gak segampang itu dong karena yang dimaksud evaluasikan harus melihat dari berbagai aspek ....,untuk penghematan justru yang dilakukan tersebut merupakan bentuk kegiatan merugikan jangka panjang tanpa disadari oleh si pelaksana di dunia pendidikan.Pengen hemat dengan memakai prinsip ekonomi " dengan pengorbanan sekecil-kecilnya untuk mendapat hasil sebesar-besarnya ...bisakah hal itu diberlakun untuk dunia pendidikan ?