Behind the scene
Cerita di Balik Bincang menutup 2021.
Behind the scene
Cerita PTM ku hari ini,
Menjadi satu moment berkesan dan membuat terkagum-kagum .
Kagum dgn ciptaan Tuhan yg begitu banyak mengajarkan tentang kebijaksanaan .
Dimulai dengan satu kegiatan yg biasanya menjadi hal rutin sebelum negeri api menyerang,pandemi akibat virus corona membuat hal rutin seperti panggilan orang tua , konseling , diskusi , dialog dgn siswa dan rekan guru menjadi hal yang sulit dilakukan secara tatap muka.
Dan hari ini setelah PTM berlangsung 3 minggu mulai untuk melakukan silaturahmi dgn orang tua berdialog banyak hal tentang kondisi dan kendala yang dirasakan oleh putra/i siswa selama pjj berlangsung. Seperti cerita klise di sinetron ketika hampir sebagian besar menyampaikan kendala nya karena tak punya kuota dan sinyal yg tak stabil .
Dialog berlangsung menyentuh ketika informasi di sesi konsultasi berlangsung dengan penggalian mendalam terhadap perasaan dan harapan siswa untuk kendala yang dihadapinya . Manakala ucapan yang diungkap oleh orang tuanya mengenai putranya yang masih sering teringat akan kepergian ibunya menghadap Sang Penciptanya .
Namun justru pelajaran tentang kebijaksanaan banyak didapat dari cara setiap siswa ku menyelesaikan segala kendala nya dalam PJJ.
Ada yang langsung move on dan menyelesaikan semua tugas tertunggaknya. Wow... Keren kamu nak.
Ada pula yang bercerita mulai mempelajari bahasa Jepang untuk mengisi waktu dan kejenuhannya . Bikin bangga deh .
Ya semakin menyadari berdialog membuka komunikasi secara mindfullnes bisa membuat setiap orang lebih bijaksana .
Love mindfullnes
Selalu ada cerita menarik dari setiap pertemuan dgn siswa kala kegiatan layanan klasikal. Berawal dari kegaduhan ku yang mencoba menantang diri sendiri untuk bisa mengatur pembelajaran jarak jauh paralel 8 kls sekaligus dgn menggunakan aplikasi wa dan google class room . Melatih tatapan mata dan jari jemari untuk lincah menggunakan gawai agar cepat terjadi interaksi dengan siswa dari setiap klsnya di grup yg berbeda tentunya . Sebuah usaha yang tak boleh dianggap remeh. Karena pjj yang dimulai jam 10.30 hingga jam 10 malam kegiatan pendampingan dan konsultasi untuk kendala yg dihadapi siswa tetap harus dilayani .
Sambil koreksi tugas dari siswa yg sudah melampirkan di Google classroom nya jadi bahan refleksi diri atas kegiatan hari ini. Bisa lah kegiatan ini disebut sebagai asesment untuk bisa memahami kemampuan siswa atas materi layanan . Sejauh mana siswa memahami materi Bagaimana siswa mampu merangkai kata untuk pertanyaan yang membutuhkan jawaban bercerita. Mengembangkan kemampuan visual dan linguistik dalam rangkaian tugas.
Ada yang menarik dari jawaban dan pertanyaan siswa dalam pjj online ini , saat mereka bertanya tentang rute perjalanan dari rumah menuju sekolah. Ketika mencoba koreksi tugas jadi paham ternyata pemahaman siswa tentang rute itu berbeda dengan pemahaman ku sebagai gurunya. Sebagian besar siswa memahami maksud pertanyaan sebutkan rute perjalanan dari rumah ke sekolah adalah waktu tempuh. Dan saat mencoba memberi umpan balik dari jawaban siswa kembali dijawab dgn jawaban "deket bu, cuma 5 menit" .
Hmm ... Dan aku memaknai proses belajar yang berlangsung ini adalah contoh nyata pembelajaran Blended Learning.
Mengajar 8 kls paralel dengan menyapa di grup wa merupakan layanan klasikal BK di era pandemi. Tak selalu harus menggunakan zoom untuk melibatkan 288 siswa secara bersamaan. Suatu pencapaian bagi ku , saat mampu untuk memberi layanan dalam grup wa . Memulai dengan salam dan menyapa
Assalamualaikum selamat pagi menjelang siang semua nya .
Salam Senin bahagia , anak2 Hebat ibu 😍😍. Apa kabarnya? Semoga semua sehat dan selalu bahagia ya
Dijawab oleh sedikitnya 10 siswa dalam setiap grup kelas. 10 siswa yang menjawab cukup mengurangi waktu untuk memulai kegiatan .
Melanjutkan untuk mulai kegiatan dan menjelaskan tahapannya
Hari ini ibu mo ngajak kalian jalan2.
Supaya kita bisa kenal dgn sekolah kita tercinta.
Ada yang mau ikut?
Jawaban yg harus dijawab lagi dgn pertanyaan
"Mo kemana bu "
"Kan masih PPKM bu? "
Iya kita akan jalan2 virtual
"Oh... Virtual "respon yg seperti paduan suara dalam bentuk kata-kata tertulis
Tapi kalian harus punya persiapan dulu ya
Persiapannya apa ya.....
" Quota bu ".
"Sinyal bu ".
Baik perhatikan , persiapannya adalah :
1.jangan lupa isi absennya terlebih dahulu ya. ( silahkan ke GCR nya)
2. Untuk bisa jalan2 persiapannya kalian harus download google earth apabila jalan2nya mau pake hp. (Klik instruksi di GCR)
Kalo jalan2 nya mo pake laptop silahkan langsung ke GCR nya ya
Nah kalo udah selesai jalan2nya jangan sampai lupa screnshoot sekolah kita dan lampirkan di GCR nya ya .
Enjoy your trip 😍😍
Keseruan jalan-jalan virtual ternyata lebih menyenangkan dibanding dengan melakukan zoom meeting . Siswa belajar untuk berkenalan dengan lingkungan sekolah melalui aplikasi Google Earth . Guru pun belajar mengelola pembelajaran dengan memberi layanan klasikal yang melibatkan semua siswa secara aktif.
Semua Murid Semua Guru 😍😍
Pertemuan kedua bersama dengan siswa kls 7 yang baru saja bergabung menjadi satu keluarga besar di sekolahku . Ada banyak cerita dan pemahaman baru yang dilakukan bersama mereka .
Kegiatan awal dimulai di pukul 10.30. Dan sebelum waktu itu , salah satu dari 287 yang lain memberanikan diri untuk bertanya apakah hari ini akan melakukan zoom lagi. Kujawab secara langsung , "tidak nak"
Tepat pukul 10.30 serentak aku menyapa dan memberi salam kepada siswa dalam grup wa ke 8 kelas paralel. Respon yang baik langasung menjawab dan kembali bertanya kabar gurunya sembari mendoakan juga semoga selalu sehat. Dan menit berikutnya setelah itu adalah hal yang seru, rempong dan menantang ku untuk tetap memberi layanan terbaik merespon satu persatu pertanyaan mereka. Saat ku sampaikan untuk segera meluncur ke classroom di google karena aku sudah memposting beberapa aktifitas di situ. Dimulailah babak drama tersebut jreng jreng , teriakan awal adalah "bu kode kelas nya saya belum dapat".Hmm untuk pertanyaan ini mungkin termasuk anggota yang malas melakukan panjat informasi . Karena kode kelas di Google itu sudah kuberikan di hari sebelumnya.
Babak berikutnya menjadi cerita yg lebih menegangkan hingga kegiatan pembelajaran jarak jauh campuran ini sedikit lebih tenang di pukul 15.30. Tak ada lagi teriakan bu saya masih belum bisa membuka linknya. Keramaian pertanyaan diganti dgn laporan bu saya sudah isi daftar hadir dan angketnya ya bu . Dan penuh lah galeri gawai ku dengan tangkapan layar siswa yang melaporkan sudah selesai mengisi daftar hadir dan mengisi angket sesuai intruksi.
Babak drama yang membuat aku bisa memaknai pelaksanaan pembelajaran sinkron dan asinkron di sisipi dengan proses komunikasi, kolaborasi , kreatifitas dan kreatif thingking . Saling berkomunikasi secara tulisan di grup wa membantu ketika temannya menemukan kendala proses pengiriman angket karena link yg tidak bisa dibuka ,memberitahukan jalan keluar untuk mencoba beberapa alternatif yg bisa dilakukan. Model pembelajaran sinkron dan asinkron yang langsung dipraktekkam dalam saat yg tepat.
Komunikasi, kolaborasi, critical thingking, creativity bukan hanya sekedar memahami definisi dari ke 4 kata tersebut. Tantangan kehidupan masa depan terletak pada menjalin komunikasi yang efektif, kerjasama (kolaborasi) dengan beragam elemen, menyelesaikan kendala yang timbul dengan cara menganalisa dan berpikir kritis serta mencari solusi dengan cara kreatif.
4C secara definisi seperti nya adalah hal mudah untuk di lakukan dibumbui dgn semangat merdeka belajar.
Namun pada kenyataannya 4C dalam dunia persekolahan adalah hal yang melibatkan gengsi dan arogansi kekuasaan.
Komunikasi yang tak terjalin baik karena masih beranggapan pada posisi jabatan antara atasan dan bawahan membuat sekat pemisah semakin terbuka lebar. Atasan dengan sikap arogansi nya akan dengan mudah menyampaikan argumen bahwa ini program sekolah. Yang berkeberatan dianggap tak mendukung program sekolah. Padahal bawahan hanya bertanya dan meminta solusi dari masalah yg timbul karena komunikasi tak berjalan baik berdampak pada penilaian pembangkang dan dianggap tak menjaga kekompakan. Waduh sikap arogansi dan menekankan kekuasaan pada jabatan masih laku ternyata dalam dunia persekolahan. Lantas bagaimana apabila 4c komunikasi, kreativitas, kolaborasi dan berpikir kreatif hanya sekedar jargon dalam dunia pendidikan tapi masih sulit dilakukan oleh para pendidik. Seperti mengharapkan durian jatuh dari langit tapi gak pernah mau menanam atau membeli sendiri.
Menuntut untuk dipahami tapi gak belajar menghargai orang.
Novel kolaborasi kedua yang terbit dalam masa pandemi . Beragam cerita yang mewarnai siswa dan guru dalam menjalani situasi pembelajaran yang berbeda dari pembelajaran sebelumnya. Tanpa tatap muka tak kenal fisik dan raga siswanya. Kegelisahan siswa yang harus menjalani model pembelajaran tanpa ada sentuhan pemahaman secara nyata . Dan jungkir balik guru yang berusaha belajar banyak hal baru untuk tetap memberi nuansa pembelajaran yang menyenangkan .
Judul novelnya Sekolah Hanya Judul tergambar menjadi sebuah cerita dengan pemahaman setiap orang yang akan berbeda memaknainya. Satu hal menjadi diskusi menarik dalam grup whatsap saat cover novel ini kuposting di akun media sosial ku . Dengan gaya beragam beberapa rekan menganalisa bahwa buku ini merupakan cerita ilmiah , hingga harus menengahi untuk menyampaikan bahwa itu merupakan novel fiksi yang ditulis bersama dengan siswa berbakat . Point penting yang ingin disampaikan adalah menulis kolaborasi itu asyik loh , bisa memahami sudut pandang siswa dari cara siswa menulis dan mengungkapkan gagasannya, menggali kemampuan literasi siswa. Dan jawaban oh...novel . kirain karya ilmiah . Hmm ternyata judul memang bisa membuat imajinasi seseorang tentang sesuatu hal berkelana liar ya .
Proses seru yang bisa diceritakan di balik layar dari terbitnya novel kolaborasi ini adalah belajar memahami proses berpikir siswa berbakat yang memiliki kemampuan dan kemauan untuk mengungkapakn ide pikirannya. Ingat sekali saat awal ide ini terlintas di pikiranku adalah saat Nona nama panggilan sang penulis menyampaikan keinginannya untuk bisa membuat buku bersama teman-temannya dan menjadi kenangan indah yang bisa dia titipkan dalam masa remaja di sekolah ini . Seperti yang dilakukan oleh angkatan sebelumnya . Dan jawabanku kala itu , ok silahkan informasikan pada teman-teman yang berminat untuk bisa menulis bersama. Dan selang beberapa detik dari jawaban tersebut terkirim, imajinasi liar ku mulai menggelitik untuk mengeksekusi nya . Kusampaikan pada Nona untuk menulis bersama dengan gurunya ini . Yang selalu dan tak pernah bosan untuk menggiatkan literasi dengan caranya , nyari mangsa siswa untuk menulis bareng. Pucuk dicinta ulam tiba seperti kata pepatah . Kemampuan dan kemamuan itu memang ada dalam diri Nona sehingga ketika kusampaikan ide nulis kolaborasi langsung disambut dengan respon positif .
" Non, nulis bareng yuk sama ibu" ...isi chat ku kala itu.
"Nulis tentang apa bu ", respon yang disampaikan nona .
"Tentang cerita siswa dan guru di masa pandemi ini .
" Ok bu ,"
"Siyap ibu siapkan link google doc nya dulu ya . kita nanti nulis barengan di google doc tersebut.
Perjalanan menyenangkan saat membaca ide pemikiran yang disampaikan oleh Nona. Gambaran situasi dalam proses PJJ yang berlangsung selama setahun ada dalam benakku. Proses penulisan yang berlangsung selama 6 bulan memberi gambaran jelas bahwa sang penulis sama-sama menginginkan suasana belajar secara tatap muka . oh...semoga wabah covid ini segera berlalu . Dan semua diberi keshatan .
Reward and punishment adalah 2 kata yang sangat lekat dilakukan dalam dunia pendidikan. Salah satu tehnik yang biasa dilakukan dalam budaya persekolahan.
Meski dalam perjalanannya sudah banyak pula modifikasi yang dilakukan pendidik dan orang tua dalam mendidik siswa atau pun putra /putri nya. Tak lagi sebatas hanya memberi reward atau hadiah dan punishment atau hukuman ketika siswa atau putra/putri melakukan hal yang baik atau pun buruk.
Reward and punishment merupakan salah satu tehnik yang ada dalam teori behavioral. Satu teori yang mendasari lahirnya beberapa teori lain sebagai penyempurnaan dari teori ini.
Satu tontonan film I'm not Stupid2 menggambarkan dengan jelas reward dan punishment yang terjadi dalam lingkup keluarga dan sekolah. Seringkali posisi yang teramat rentan adalah anak / siswa. Anak /siswa dalam lingkup budaya manapun sering dianggap sebagai objek yang hanya punya hak untuk mendengar tanpa bisa mengungkapkan pendapatnya. Ketika anak/ siswa berpendapat pengabaian oleh orang dewasa sering kali dilakukan dan tanpa disadari perilaku pengabaian tersebut menjadi perilaku yang dijadikan contoh oleh anak2.
Namun apakah yang dilakukan oleh orang dewasa saat anak atau siswa berperilaku mengabaikan atau tak menuruti aturan. Sanksi punishment langsung diberikan tanpa bertanya alasan si anak/siswa melakukan pengabaian.
Dan terkadang reward pun tak segampang itu diberikan, reward diberikan ketika perilaku yang ditunjukkan oleh siswa/anak adalah hal yang bersifat prestasi yang membawa nama baik dan gengsi orang tua,guru ataupun lembaga pendidikan. Reward untuk hal - hal yang biasa dilakukan oleh anak /siswa entah itu dalam bentuk pujian, senyum tulus, anggukan kepala, tepukan di pundak tak selalu bisa dilakukan oleh orang dewasa guru dan orangtua. Karena beranggapan hal tersebut yang seharusnya memang dilakukan oleh anak padahal reward yang seperti itu memberi kesan mendalam dan dapat meningkatkan kepercayaan diri anak /siswa.Anak atau siswa tak merasa dianggap sebagai objek yang hanya akan diberi reward apabila melakukan perilaku yang berprestasi dan membanggakan.
Sementara untuk punishment atau hukuman merupakan hal yang dengan mudah diberikan. Seperti diskon di pusat perbelanjaan. Ketika anak/ siswa sedikit melakukan hal yang berbeda dari yg biasa dilakukan secara umum hukuman/ punishment dengan mudahnya diberikan walaupun mungkin dalam bentuk lisan seperti, teguran, ancaman, makian.
Reward and punishment yang selalu dilakukan oleh orang dewasa menjadi terlihat tak seimbang karena dalam keseharian yang banyak dijalankan adalah punishment nya. Salah dikit ngomong sudah dimarahin, salah jalan dikit udah dibentak begitu ungkapan yang terucap dari lisan anak/siswa.
Dan untuk mendapatkan reward butuh usaha keras karena peletakan standar yang teramat tinggi melibatkan gengsi, harapan, nama baik dan kehormatan orang dewasa.
Kolaborasi
Kolaborasi bagi ku saat ini punya makna dalam banget.. Kalo anak generasi z sih terbiasa dengan ungkapan collabs yuk... Kuy lah.
Sedikit mengulas tentang makna kolaborasi. Filosopi kolaborasi itu sebenarnya menjadi budaya bangsa Indonesia dengan kata yg lebih Indonesia Gotong Royong. Hanya saja masyarakat kita lebih suka dengan penggunaan kata baru yang lebih berkesan modern.
Nah... Cerita tentang Kolaborasi di era kekinian menjadi sesuatu yang menarik nih. Semua orang tau di masa pandemi ini segala hal dilakukan secara virtual. Kerja, belajar, beribadah semua virtual. Andai pun tetap ada yang melakukan tanpa virtual banyak hal yang harus dipatuhi. Protokol kesehatan yang ketat harus tetap dijalankan.
Kegiatan kolaborasi menarik di masa pandemi ini yang kulakukan bersama siswa maupun rekan memiliki dampak sebagai support sistem antar individu.
Kebrisikan di pikiran yg selalu ingin berinteraksi dilakukan dengan kolaborasi virtual. Saling menginspirasi, mendukung adalah dalam rangka menjaga kesehatan mental yang mulai terserang kejenuhan selama berbulan-bulan di rumah saja.
Mengajak siswa untuk terlibat dalam penulisan novel kolaborasi dengan menggunakan aplikasi Google Doc sangat membantu menghasilkan karya buku novel. Menulis bersama itu seru loh, karena banyak hal yang bisa digali. Sebagai guru aku jadi bisa memahami proses berpikir siswaku. Cerita siswa dengan gaya bercerita abg nya.
Kolaborasi yang lain lagi adalah ketika support sistem berjalan saling menguatkan sesama guru dalam satu komunitas. Semua guru semua murid. Saling bercerita dan berbagi praktik baik. Tak harus merasa minder karena semua belajar