Kamis, 28 November 2013

Menunggu

Menunggu memang pekerjaan yang membosankan . Setiap menit yang berlalu terasa lama . Kurasakan sekali saat kuberi hukuman kepada siswa/i ku . Yang masih saja berisik cekikikan tak menentu . Padahal sudah sepakat untuk memulai diskusi . Tapi tetap saja kegaduhan masih terjadi . Kutunggu dari jam 3 dini hari saat terjaga dari tidur malam ku . Khawatir kesiangan bangunnya . Mempersiapkan diri untuk menunaikan tugas mencerdaskan generasi penerus setelah menunaikan sholat subuh Go to Stasiun . Dan baru bertemu bertemu dengan siswa dalam kegiatan tatap muka di kelas saat selesai sholat zuhur .Lamanya menunggu ...Meski ada hal -hal lain yang bisa dikerjakan . Tetap bosan menunggu selama itu . Dan ketika waktunya jam tayang tatap muka kebosenan menumpuk . Dimulai dengan ketidak siapan siswa memulai diskusi . Tak kumulai pelajaran menunggu hingga mereka tenang . Kubiarkan dengan menatap mereka satu persatu .Ternyata risih juga mereka karena aku tak marah-marah seperti umumnya rekan -rekan pengajar. 
Waktu berlalu 40 menit . Kuubah strategi tetap tanpa suara keluar dari mulutku . Ku tulis di papan tulis tugas untuk mereka " Tuliskan apa yang kalian rasakan " terinspirasi dari tagline di jejaring sosial . Pikirku toh mereka terbiasa untuk mengungkapkan apa yang dirasa dan dipikirkan dalam akun sosial media mereka . Tetap tanpa suara . Dengan kepatuhan dibungkus kebingungan akan tugas yang kuberikan . Karena tetap tak kuijinkan bersuara . Tugas tetap dikerjakan . Jam pelajaran diakhiri dengan bunyi bel panjang . Ku tulis kembali di papan tulis " kumpulkan " Kubawa tugas mereka ke ruangan untuk di koreksi . Lega dan bersyukur juga mereka mau menuliskan apa yang dirasakan selama 2 jam belajar dalam keheningan . Tulisan menarik di tulis dengan gaya mereka bercerita .

Kamis, 21 November 2013

Imad yang tak biasa

Kreatif memang tak harus patuh . Dan biasanya orang kreatif akan berbeda dengan yang lain . Terkadang nyeleneh karena tak biasa . Tapi justru idenya terkadang bisa bermanfaat saat dicoba . Salah satu ciri kreatifitas memang harus berani berinovasi . Tak harus baru , memadukan berbagai hal yang sudah ada , kreatifitas dapat terwujud.Syaratnya memang harus berani berbeda . Hal seperti itu yang sedikit sulit diwujudkan kepada anak didikku. Kebiasaan mereka berpikir sesuai aturan baku seringkali menghambat kreatifitas . Tak berani keluar dari kotak ( out of the box) . Bukan tugas yang mudah bagiku untuk memancing kreatifitas siswaku. Setidaknya untuk kreatifitas berpikir. Keraguan yang selalu diungkapkan adalah 'takut salah bu' #waduh sampe tepok jidat nih .Salah dalam belajar hal yang wajar nak. Justru kalo tidak pernah salah , berarti kita gak sedang belajar nak. Mengubah mind set takut salah dan menjadi kreatif itu tantangannya untukku . Tapi selalu ada cahayanya yang bersinar dalam kegelapan . Diantara sekian banyak ide , saran yang diungkapkan ketika kulakukan diskusi kelompok . Dengan pembahasan beberapa kasus yang hampir mirip . Sebelumnya telah kuinformasikan aku tak suka pendapat yang biasa-biasa saja seperti janji kampanye para caleg menjelang pemilu. Berbeda dan harus berbeda dikemas dalam bahasa remaja yang lugas  , tegas dan apa adanya . diskusi mulai hangat dengan argumen standar bahasa ideal " seharusnya dan sebaiknya " Kukatakan aku butuh  caranya bukan idealnya . Pendapat satu ditimpali oleh pendapat yang lain. Hingga akhirnya dengan sedikit ragu ada yang menunjuk tangan dan berkata saya mau berpendapat bu, silahkan kataku. Mulailah dia berucap bla...bla...bla...Terkesima aku dengan pernyataannya Pendapat Imad yang tak biasa biasa saja., lugas , tegas, apa adanya . Seisi kelas mendengarkan baik-baik pendapat Imad hening lalu beberapa kepala mengangguk-angguk tanda paham dan setuju . Tanpa dikomando selebrasi tepuk tangan dilakukan . Tak biasa tapi bermanfaat ya Mad 

Selasa, 19 November 2013

P M P

Bukan mata pelajaran di zaman  orde baru Pendidikan Moral Pancasila . Atau plesetan anak abg 'Pren makan pren ' . Aku memaknai singkatan PMP dengan Posisi Menentukan Prestasi . Istilah plesetan PMP aku dengar pertama kali saat kuliah . Ketika mo uts berbondong -bondong mencari posisi kursi yang nyaman agar bisa leluasa. Leluasa macem-macem .Berpikir dan berusaha saat ujian berlangsung .Ketika posisi leluasa telah didapat biasanya walau tak selalu keberuntungan mengikuti prestasi. kembali aku garis bawahi tak selalu . Tapi paling tidak lebih pede dan tak terbebani dengan  kekhawatiran nilai dan harus  ngulang semester depan.
Namun manakala posisi kurang menentukan mendapat kursi pas berhadapan dengan dosen . 
Alamak kesiapan seperti apa pun tetap saja ada rasa grogi . Dan setelah melewati status mahasiswa ada pergeseran pemahaman tentang PMP . 
Kuamati ada rekan kerjaku yang menghayati PMP dengan sangat baiknya . Saat sebelum diberi amanah untuk menjadi pejabat terbiasa aku dan dia guyon saling meledek . Dan ketika amanah untuk menjadi 'pejabat diemban 'lain pula sikap yang ditampilkan .Pembicaraan dilakukan dengan sangat teratur sesuai aturan birokrasi . Apalagi apabila sedang duduk di kursi kekuasaannya akan berbeda sikapnya . Herannya begitu ia berdiri dan melangkah menjauhi kursi kekuasaannya teriakan tarzan pun dilakukan ketika melihatku berjalan di tengah lapangan sambil bertepuk tangan .Di kiranya aku burung dara kali ya...oh PMP...PMP ...

Narsis apa Geer ya…???



Narsis apa geer ya namanya , beberapa kali terjadi pada diriku . Dicegat oleh siswa yang maaf bukan aku pembimbingnya .” Ibu kapan ngajar di kelas kami ?” Padahal pembimbing di lembaga ini bukan hanya aku . Dan kebetulan kami memang memegang tanggung jawab pembimbingan mengikuti tingkatan siswa . Saat ini aku kebagian membimbing kelas 7 karena di tahun ajaran sebelumnya aku sudah menuntaskan tugasku menghantarkan siswa kelas 9 lulus dan memilih sekolah lanjutan sesuai dengan keinginan mereka
Walau tetap melalui proses seleksi dan di tahun ajaran ini aku kembali membimbing siswa kelas 7 . Akan berubah saat mereka harus naik ke kelas 8 dan berlanjut ke kelas berikutnya. Hingga nanti pada akhir di tingkat sekolah ini harus rela dan iklas menghantarkan mereka ke tingkat lanjutan yang lebih tinggi . Begitulah proses yang terjadi . Dan akan selalu ada hal –hal menarik yang diperoleh ketika berinteraksi dengan calon pemimpin bangsa masa depan . Belajar tentang kesabaran dan kebijakan dari siswa/i. Belajar mengingat dan memahami bahwa ketika dulu pun aku di posisi mereka mengeluh dan tak suka juga ketika diperlakukan tak adil tak dipahami oleh orang dewasa . yang sulitnya sebagai orang dewasa sering lupa dan mengabaikan perasaan siswanya . Menganggap hal tersebut hal yang wajar ketika sudah demikian yang terjadi tak menutup peluang akan terjadi bullying terselubung . Yang berkuasa menekan yang lemah . Mungkin dengan cara yang paling halus atau terang-terangan melawan Tak bisa dipungkiri ketika para siswaku datang dan meminta agar aku mau mengajar mereka . Yang dibutuhkan mereka adalah dipahami bukan dihakimi . Dan seringkali kita lupa untuk memahami tapi ingin dipahami .  

Manusia mahluk sosial



Judul diatas bukan untuk membahas teori sosial . Manusia sebagai homo sapiens. Tapi mencoba mengkaitkan individu dengan saling ketergantungan dengan lingkungannya.
Sebagai guru pembimbing di suatu lembaga pendidikan aku tak ingin hanya melakukan yang bersifat rutinitas kerja. Kurencanakan suatu kegiatan yang kurancang diawal tahun ajaran.Silaturahmi dengan orang tua murid. Bukan silaturahmi biasa seperti yang dilakukan umumnya sekolah di awal tahun ajaran . Yang isinya biasanya informasi tentang program sekolah . Tapi lebih kepada pendekatan personal kepada orang tua siswa yang mempercayakan buah hatinya di lembaga pendidikan tempatku bertugas .Ada hal-hal yang mengesankan , menyenangkan juga memprihatinkan ketika para orang tua siswa itu hadir memenuhi undanganku satu persatu agar informasi yang kudapat akurat juga menghargai karakteristik siswa/iku . Aku berbincang hanya 4 mata dengan para orang tua tersebut . Banyak informasi yang bisa kudapat meski tak kupingkiri bertemu juga dengan orang tua yang hanya mengatakan
“ anak saya biasa saja bu”. O…o bagaimana memulai mengenai siswaku kalo orang tuanya sendiri tak kenal baik anaknya. Untuk bahan renungan bagi kita orang tua cukup kenalkah kita dengan anak-anak kita . Kulanjutkan perbincangan dengan mengatakan bahwa aku meyakini sekali setiap orang tua punya harapan besar kepada buah hatinya namun seringkali keduanya berjalan sendiri-sendiri.(harapan orang tua dan sekolah ) . Karena itulah aku mengundang orang tua untuk menyatukan satu visi antara anak , orang tua dan sekolah . Berharap besar dari kegiatan yang kulakukan ada pemahaman yang kuperoleh agar bisa mengarahkan dan memandirikan para siswaku sesuai dengan potensi yang dimilikinya . Jadi semua mahluk ciptaan Tuhan tak akan mungkin dapat hidup sendiri sedikitnya tetap butuh informasi dari pihak yang lain .

Jumat, 15 November 2013

Tentang Ahok...

Begitu menjabat sebagai wakil gubernur DKI keberadaan pribadi yang pernah menjabat sebagai bupati Belitung ini begitu menarik perhatian . Berduet dengan seseorang yang santun seperti Jokowi . Ahok sosok yang berbeda dan sangat ekspresif menyampaikan apa yang dirasakannya . 
Kontroversi sikapnya yang berseberangan dalam menanggapi pernyataan atasannya mendagri sangat luar biasa berani. . Belum pernah ada dalam sejarah Indonesia yang merdeka 68 tahun . Bawahan terang-terangan membantah atasannya.Padahal sejujurnya si bawahan juga tak sepenuhnya setuju dengan kebijakan atau pernyataan atasannya karena kondisi kebiasaan masyarakat kita yang ewuh pakewuh . Akhirnya budaya blangkon yang dilakukan manggut-manggut ketika di depan dan mengepalkan tinju ketika berbalik  .Anehnya kita mungkin lebih suka dan nyaman ketika dibohongi dari pada berkata tentang kejujuran . Ketika bawahan membantah yang ada dipikiran atasan adalah bentuk rongrongan kekuasaannya . Era keterbukaan berpendapat mulai kita masuki . Silahkan kaget bagi yang tak siap perubahan.
Dan teringat dengan pernyataan sang wagub yang dilansir oleh media on line " Saya orang Indonesia bukan Cina" , kembali membuat kagum . Pernyataan yang menggambarkan seorang yang berjiwa nasionalis .Tak hanya di bibir saja. Biasanya masyarakat kita akan suka bertanya ketika bertemu dengan seseorang , " orang mana"? Atau pernyataan bernada miring " oh orang ini ya ...???" sambil menyebut suku tertentu dibarengi dengan mimik wajah yang berbeda . Dan akan berbeda ketika bertemu dengan yang sesuku...
Indonesia dengan kemajemukannya di kotak-kotak dengan sukuisme . Tak salah adanya suku atau agama yang berbeda . Justru itu sebagai bagian untuk memperkaya diri kehidupan bernegara . 
Dan aku termasuk orang yang sangat tak suka saat ditanya orang mana ,Waktu SMP pernah guruku bertanya saat mengabsen dan perkenalan di awal pelajaran . Memanggil nama siswanya dan siswa menyebutkan daerah asalnya . Ketika tiba giliranku yang dipanggil lantang aku menjawab , Saya orang Indonesia ,. Saat itu terdengar gemuruh tawa teman sekelasku dan aku diledek sebagai orang Indonesia . Setelah kejadian itu aku tetap berkata apa yang salah dengan pernyataan ku . Aku orang Indonesia dan aku bangga akan Indonesia . Walau pedih dengan keadaan Indonesia karena oknum . Mirip ahok gak sikapku ??Ya pasti beda ya , siapa yang mo dengar pernyataan anak SMP kala itu . Saat ahok ngomong kan sudah jadi pejabat....

Serasa Selebriti

Judul diatas adalah topik kegiatan yang kulakukan bersama dengan siswaku di minggu ketiga bulan september . Seperti biasa kuawali dengan bertanya keadaan para siswa/i ku . Menghargai keberadaan mereka . Kukondisikan ruangan kelas adalah panggung selebriti. Kuajak mereka membayangkan saat berjalan diatas red carpet di tengah -tengah para penggemar mereka sembari melambaikan tangan . Ada yang melakukan dengan sangat percaya diri .Layaknya selebriti papan atas melambaikan tangan kepada para teman-temannya.Namun ada pula yang dengan malu-malu bahkan tak percaya diri berjalan menunduk seperti mencari sesuatu yang jatuh di lantai. Beraneka ragam pola dan gaya yang ditampilkan . Yang begitu PD bisa dikategorikan dalam golongan siswa yang telah mampu beradaptasi dengan situasi yang selalu berbeda.Secara mental dan tugas perkembangannya baik. Sementara untuk siswa yang masih ragu-ragu dan tak percaya diri , inilah siswa yang harus diberi perhatian dan motivasi agar mulai berani menunjukkan kemampuannya . Proses menuju dewasa masih sangat panjang . Don't worry be happy anak didikku . Tetaplah menjadi siswa yang positif menatap masa depan

Kamis, 14 November 2013

Memaknai Sumpah Pemuda

Memasuki kelas dengan kurang bersemangat . Manusiawi terkadang butuh juga suntikan semangat .
Bertepatan denagan moment Sumpah Pemuda . Kukatakan di depan kelas hari saya kurang semangat dan tugas para siswaku adalah membuat membuat saya bersemangat . Teriakan rame bergema dalam kelas , Games bu , games bu . Tak langsung kupatahkan usulan mereka . Kujawab kutampung dulu . Masih dalam keriuhan suara mereka , ada yang nyeletuk " bikin drama singkat tentang sumpah pemuda bu ". Oho....pucuk dicinta ulam tiba . Awalnya aku ingin mengambil moment sumpah pemuda , tapi sedikit bingung metode apa yang pas ya . Ide kreatif dari mereka dan sebagai guru tak selalu harus menggunakan metode ceramah untuk menyampaikan materi . Lebih baik menggali kemampuan siswa dan bertindak fasilitator . asyik deh .
Dengan penuh antusias mereka berkumpul di satu meja untuk mendiskusikan dan berusaha mencapai kata sepakat . Sesekali ada yang menghampiri mejaku dan meminta saran . It's Oke cukup matang ternyata mereka. Walau diawal bingung dengan kelompoknya . Kukatakan aku beri kebebasan untuk berkreasi . Mau satu kelas atau dibagi 2. Secara tak langsung aku mengajarkan utuk bertanggung jawab . Tetap aku menunggu mereka berdiskusi sambil mngamati tingkah pola lucu mereka .Mengamati mereka berargumen , mendengarkan pendapat temannya . Beradaptasi untuk beberapa siswa yang cenderung menarik diri . Alhamdulillah satu jam berlalu , terpotong waktu istirahat . Kukatakan istirahat saja dulu . selesai istirahat kita mulai drama singkat " Sumpah Pemuda " 
Bel istirahat berakhir bergegas masuk kelas dan kutanyakan siap untuk tampil ? Beberapa menjawab dengan berkata , bu saya deg-degan . Wuih tetap tenang nak.. 
Sebelum tampil kuminta mereka menggeser bangku ke belakang biar " panggungnya lebih luas" sementara yang lain menghafal dialog . Beberapa siswa putra menggeser meja dan bangku . Kupersilahkan untuk duduk dilantai , aku sedikit memberi pengarahan sambil duduk dilantai bersama dengan mereka . Semangat mereka memberi suntikan energi bagiku padahal awalnya aku begitu ngantuk . 
Drama singkat dimulai aku sibuk mendokumentasikan akting mereka. Drama ditutup dengan bersama-sama mereka membaca ikrar sumpah pemuda juga pekik "MERDEKA " Mantap deh. 
Tugas akhir ku mengevalusi kegiatan yang mereka lakukan sambil duduk bersila di lantai . Hening mereka menunggu aku berbicara . Ku acungkan 2 jempol untuk kegiatan mereka . Tanpa di komando mereka langsung bertepuk tangan . Kulanjutkan dengan memberi informasi pesan sponsor makna sumpah pemuda 1928, kala itu para pemuda mengorbankan keegoisan sukuisme demi Indonesia . Dan pesan sponsor dari ku adalah tantangan untuk 1 minggu ke depan " Menjunjung bahasa persatuan bahasa Indonesia . Tak menggunakan kata akhiran OH, LOL dan GO . Juga tak menyimpan kebun binatang dalam rongga mulutnya .Sedikit ragu menerima tantangan itu tapi kukatakan di coba ya .
Akhir pelajaran kuucapkan terimakasih untuk mereka yang telah memberi suntikan semangat kepadaku hari ini

Kangen ....Menulis

Lama tak posting tulisan dan membaca tulisan inspiratif membuat tergoda juga untuk menuangkan berbagai pemikiran . Selama tak menulis bukan lantas tak ada sesuatu hal yang bisa dijadikan bahan tulisan . Justru banyak dan banyak sekali . Dari mulai kejadian rutin yang sering dialami saat menjadi Sandra Bullock di Comuter Line atau atau kejadian di lingkungan kerja yang terkadang membuat geram dengan aturan SOP yang mencla-mencle . Belum lagi kejadian di dunia pendidikan yang membuat merinding dan beristigfar . Begitu jauh perilaku  yang dilakukan generasi setelahku melewati batas nalar pemikiran orang dewasa . 
Tak terpikir mereka akan berani melakukan itu tapi ternyata dilakukan juga . 
Kemana etika sopan santun yang aku yakin pernah diajarkan oleh lingkungannya . Orang tua , sekolah dan lain lain . Apakah kami sebagai orang dewasa begitu tak pantas untuk dijadikan panutan ???? Sehingga perilaku yang ditampakkan oleh remaja begitu mencengangkan kami ......

Rabu, 13 November 2013

Bodoh santun atau “pintar minterin “ ?



Kalimat mirip-mirip seperti itu beberapa kali kudengar dari pejabat yang mengingatkan bawahannya untuk berhati –hati ketika berhadapan dengan siswa-siswa yang pintar .Kurang lebih pernyataannya seperti ini” anak-anak sekarang pintar-pintar tapi kita tetap  harus jeli karena terkadang kepintaran mereka digunakan untuk ngakalin gurunya. Oh ….begitu ya ? Pinternya untuk minterin orang . Tapi saat tertentu terdengar juga keluhan “ anak-anak tuh gimana sih dikasih tau berulang kali gak ngerti juga . Loh jadi sebenarnya mereka pintar atau tidak ya ???. Lanjut dengan pernyataan pejabat tersebut, Lebih baik mengajar anak bodoh tapi santun dibanding pinter tapi licik …..Nah lo ???? Ketika tak pintar dan tak mencapai standar kkm apa yang akan terjadi dengan si anak “ bodoh “ ? Maaf silahkan mencari tempat yang sesuai dengan kemampuan anda #sambil tepok jidat .