Kamis, 27 Oktober 2016

Belajar Santun dari seorang Anies Baswedan

Tulisan ini saya buat dengan berbagai pertimbangan . Ada kagum ada kritik ada kecewa.
Seorang Anies Baswedan yang memiliki visi membangun peradaban melalui jalur pendidikan dengan gagasan besarnya Indonesia Mengajar mengajak generasi muda untuk terlibat memberi sumbangsih mengajar di daerah terpencil Indonesia. Luar biasa dan mengaggumkan . 
Decak kagum dan harapan besar saat pembentukan kabinet di pemerintahan Jokowi -JK  seorang Anies dipercaya memimpin satu kementrian Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Harapan ditujukan kepada seorang Anies agar dapat memberi sentuhan humanis dalam lembaga pendidikan . 
Semua butuh proses untuk membenahi kurikulum, sistem pendidikan, managemen sdm , pendekatan interaktif kepada penyelenggara dan pelaksana pendidikan menjadi hal besar yang harus sudah mulai dikerjakan . 
Tak berlangsung lama amanah untuk tetap di kemendikbud diganti dalam resuffle kabinet. 
Kecewa, sedih dan tak percaya saat pengumuman  pergantian mentri . Apalah daya aku hanya rakyat biasa. Kalau pake bahasa Cita Citata 'aku mah apa atuh ' 
Protesku , sedihku dan kecewaku gak ngaruh apa-apa dalam kegiatan bernegara. 
Perjalanan hidup gak bisa diduga . Kaget saat pengumuman calon gubernur DKI diumumkan ...oh pak Anies kenapa mau jadi calon gubernur DKI . Pak Anies tuh milik Indonesia . Ide dan gagasannya untuk Indonesia bukan hanya untuk Jakarta . Apalagi terlontar komentar akan memperbaiki pendidikan di Jakarta pak Anies. Bagaimana dengan bagian Indonesia yang lain yang terhampar dari Sabang hingga Merauke ?
Tapi tetap harus diakui kesantunan dan kebesaran hati seorang Anies yang banyak mengajarkan kepada saya. 
Di pagi ini membaca ini membaca tweetnya pak Anies berkaitan dengan pertanyaan putra kecilnya untuk bolehkah bersalaman dengan pak ahok . Jawaban santun seorang ayah yang mengajarkan etika sopan santun mengijinkan dan mengantarkan sang putra bertemu dengan petahana. Terlihat sepele tapi mengajarkan makna kehidupan . 

Sabtu, 22 Oktober 2016

Krisis...

Minggu yang berat ketika harus menangani permasalahan siswa berkaitan dengan perselisihan . 
Semua pihak merasa yang dilakukan adalah yang paling benar. 
Masa remaja yang menurut istilah pakar merupakan masa penuh gejolak, pencarian identitas diri, ingin tampil beda,ingin jadi pusat perhatian dll. 
Mirisnya yang dilakukan agar diperhatikan terkadang melakukan perilaku negatif. 
Mulai lunturnya tentang etika dan kesopanan menambah panjang gelengan kepala orang dewasa ( guru dan orang tua ) karena perilaku yang mengejutkan yang dilakukan oleh remaja. 
Krisis identitas yang terjadi mungkin juga disebabkan oleh menipisnya keteladanan yang bisa ditunjukkan oleh orang dewasa.
Remaja era digital mengalami banyak loncatan dalam kehidupannya. 
Perubahan gaya hidup , status sosial ekonomi , pola komunikasi turut mempengaruhi pola asuh dalam keluarga. Sebelum era digital hubungan dalam keluarga biasa dilakukan dengan komunikasi tatap muka.
Dan di era digital sangat sulit mencari waktu yang pas untuk bertatap muka.
Jadilah remaja edisi kekinian yang selalu galau dan gusar dalam menghadapi masalah .
Ketika berhadapan dengan lingkungan yang tak nyaman perilaku yang ditampilkan adalah menyalahkan pihak lain , lari dari masalah dan tak bertanggung jawab . 
Terkadang faktor kecil pun dapat menggugah emosi menjadi perilaku agresif yang merusak . 
Dari saling lirik saat berpapasan , obrolan yang teramat berisik di transportasi umum, status di medsos yang memancing pemikiran tertentu dan banyak hal yang lain lagi . 
Untuk kemudian beralasan harga dirinya diinjak-injak . Oh remaja sudah demikian menipiskah rasa kasih sayangmu 
Solidaritas tak ditempatkan pada situasi yang tepat. 
Saat terjadi perselisihan dengan pihak lain yang bukan dari golongannya teramat mudah bersuara demi solidaritas

Minggu, 16 Oktober 2016

Membaca Mana Maknanya..

 Hari ini saat membaca satu tulisan di media cetak pagi hari sangat setuju dengan salah satu judul di media Jawa Pos Minggu 16 Oktober 2016 " Siswa bisa baca tapi tak tahu makna". 
Program belajar menuntaskan buta huruf yang dirancang oleh pemerintah berhasil . 
Begitupun dengan perintah dalam Al Quran dengan Iqra . Segala kegiatan harus diawali dengan membaca.
Sebagai pendidik sangat merasakan hal-hal tersebut. Siswa /i  ku kuyakini mampu membaca . 
Melek teknologi jago browsing dan lain lain. Dalam kbm yang berlangsung tak jarang kuminta siswaku membaca dan mencari referensi dari internet untuk melengkapi pemahaman . Namun apa yang terjadi ?
Pengalaman dari kbm yang selesai dilakukan , " Bangga jadi anak Indonesia " ku beri tugas siswa/i bimbinganku untuk ber opini . Mempersilahkan untuk mencari referensi dari pendapat berbagai sumber . 
Dan yang terjadi adalah ketika saat para siswa untuk menyampaikan opininya selalu yang diucapkan adalah "saya belum hafal bu ", ucapan memelas dari siswaku . 
" Pendapat mu sendiri apa nak?  tanyaku . Hanya menggeleng 
" Oke, yang kamu tulis apa, pendapatmu sendiri atau tulisan yang kamu ambil di internet?" tanyaku 
" Yang dari internet bu,"
Hmmm sabar ....beberapa kelas yang kuajar selalu dengan jawaban sama. Mencari dari referensi internet dan tak pernah memodifikasi dengan perkembangan yang terjadi . 
Membaca bisa tapi memaknai bacaan yang masih menjadi pr bagi kita semua .

Jumat, 07 Oktober 2016

Special Moment..

Special moment hari ini tidak terjadi di kelas namun di ruang konseling . 
Bilik kecil berukuran 1,5m x 1,5 m dalam ruangan besar berukuran 6x4 m terletak di pojok bersebelahan dengan tempat sholat. Banyak cerita yang terjadi di ruangan ini. Dari tangisan histeris, terisak-isak. 
Tawa ngakak atau tersenyum malu-malu. Diam seribu bahasa hingga celoteh yang saling bersahutan. 
Tak pernah bisa diduga dari waktu ke waktu , menit ke menit. 
Ada yang datang dengan sukarela dan langsung bercerita . 
Ada pula yang datang dengan langkah ragu-ragu masih dibayangi paradigma lalu 'masuk ruang BK berarti bermasalah'
Hari ini diawali dengan aktifitas rutin melanjutkan penyelesaian masalah episode kemarin yang belum tuntas. Memanggil beberapa nama yang sebelumnya meminta ijin dari guru yang mengajar di kelas tersebut.
Ruangan menjadi saksi bisu dari pembahasan masalah yang dihadapi . 
Dari nada suara lembut hingga harus sedikit mengencangkan volume lebih keras berharap paham dengan penjelasan panjang dan lebar. 
Ada proses tarik ulur untuk tak melanjutkan penyelesaian masalah dengan melibatkan orang tua . 
Seperti terkunci dalam ruangan satu selesai lanjut dengan tamu yang lain hingga waktu pun terus bergulir. 
Di waktu tugas hampir berakhir hari ini dengan sisa energi yang terkuras dan berharap cepat diisi asupan gizi. Masih harus menerima tamu orang tua yang bercerita dapat telepon dari putrinya yang menangis terisak-isak. Khawatir ..pasti dong. Putri tunggal yang terbilang belia dan sudah tak berbapak . Sang ibu cukup protektif tapi tak memanjakan. Ketika putrinya kutanya sambil terisak menjawab "saya diganggu kakak kelas dari pas uts duduk sebangku"."Kakak kelas itu bilang kalo gitu kita putus aja".Aku dan ibunya sempat heran dan bertanya kamu pacaran ? Menggeleng kencang sambil menangis ," enggak tapi aku gak suka dia ganggu aku."Agar tak berlarut kutanya , " kita selesaikan ya , boleh ibu panggil dia kesini tanyaku . Menjawab dengan mengangguk.
Tak lama berselang hadir dihadapan ku remaja putra terbilang rupawan , " ibu manggil saya ,'tanyanya. Kusebutkan nama dan kelas dan dia mengangguk . Dari tampilan tak terlihat sebagai siswa yang dalam "bermasalah " . Sebelum masuk keruang konseling kupelototin dia dan bertanya , kamu apain anak saya ," dengan wajah digalak-galakin . Dan siswa ku hanya tersenyum . 
Masuk keruang konseling kutanya pada siswi ku , " ini orangnya ?" Siswiku hanya mengangguk dan cemberut. " Kamu apain dia tadi , " kutanya pada siswaku . Dijawab lugas , saya tadi main ke kelasnya bu, terus saya duduk disebelahnya , saya sapa dia , udah lama gak ketemu ya , dia malah nagis bu. Aku melirik ibunya dan kami berdua hanya bisa menahan tawa . 
Kuberi isyarat untuk berbicara dengan siswaku di ruangan yang berbeda. 
Kutanya, " ada maksud apa kamu mengganggu dia" . "Gak bu , saya suka liat dia kayak anak kecil , saya gak punya adek perempuan bu." " oh begitu sambungku . " Kamu tau nak , dia anak yatim . Ketika kita dengan sengaja membuat anak yatim bersedih kita berdosa loh." Termenung dan berkata , " saya gak mau buat dia bersedih bu cuma mo temenan." " Ya tapi ternyata gak semua orang bisa paham dengan becandamu nak.Lalu menurutmu apa yang mo kamu lakukan , tanyaku." " saya mo minta maaf bu " . " Berani , tanyaku . " iya bu saya salah udah bikin dia sedih " Ok mari ajakku . 
Saat kembali bertemu siswiku masih dengan wajah cemberut melihat siswaku masuk dan duduk disampingnya . "Kusampaikan maukah siswiku menerima maaf temannya dan adakah prasyaratnya".  Kembali siswiku menangis dan terlihat masih  jengkel . Kuminta siswaku untuk meminta maaf kepada siswiku dan berjanji tak akan mengulanginya .Dijawab hanya dengan anggukan kepala masih terdengar isak tangisnya . Lalu kuminta siswaku untuk bersalaman , jawaban sangat diplomatis ," belum muhrim bu." 
Kuanggap sudah selesai kutanya pada ibunya apakah ada bekal makan yang dibawa karena kutau siswiku sukar makan apabila tak disuapin , dan coba menawarkan diri ," mau ibu suapin makan?" hanya menggeleng
Terdengar suara dari siswaku bertanya kalo aku yang suapin mau gak ?" Aku dan ibu siswiku langsung melotot dan berkata " Ih jangan mulai lagi deh dan siswaku hanya tersenyum menggoda .
Hmm jadi ingat zaman remaja ...special moment yang menyenangkan .

Minggu, 02 Oktober 2016

Ketika Belajar Hanya Sekedar Hafalan .

Diam saja tanpa melakukan aktifitas memang pekerjaan yang membosankan. Menguap goyang -goyang kaki, kipas-kipas , baca buku semua sudah dilakukan. Dan kebosanan tak juga beranjak pergi . 
Naluri untuk observasi dan mengamati perilaku satu persatu peserta ujian adalah tindakan yang cukup menghibur.Sebagai konselor perilaku gerak-gerik ucapan siswa adalah data tak tertulis namun informasi yang akurat . 
Saat siswa begitu gelisah menghadapi soal ujian merupakan alasan tepat untuk melakukan pengamatan lebih mendalam , ada apakah dengan peserta ujian ini , mengapa begitu gelisah . 
Tak siap atau sedang punya masalah . Saat ketenangan yang tampak oleh pengawas mulai terlihat usaha gelisah mencoba menarik perhatian temannya ketika pengawas berkeliling mendekati bangkunya.gusar dan terburu-buru memasukkan contekan agar tak terlihat. 
Mencoba memecah suasana dengan bertanya " susah ya soalnya ?" Dijawab serempak " banget bu. " 
" sudah dijelaskan kan ? , sudah bu tapi beda dengan yang dijelaskan. 
" Bedanya apa , tanyaku penasaran . Ini bu , yang ditanya tentang pendapat kita. 
Oooo....terdiam dan bengong.

Belajar Itu....

Ibu saya gak bisa," ucap siswaku.
Sudah di coba belum ? tanyaku
Diam sesaat kembali mengulang kalimat yang sama

Ibu saya gak bisa
Sudah dicoba ?
Hanya gelengan kepala yang menjawab

Hening beberapa saat . Dan mengulangi kalimat yang sama
Ibu saya gak bisa , dengan wajah memelas
Dan kesabaranku seperti diuji
Menarik nafas dalam , Ok silahkan duduk kesempatan mu hilang nak
Melangkah lemas menuju bangkunya.

Sepertinya aku menjelma menjadi raja tega . Kegiatan untuk menyampaikan opini tentang kebanggaan menjadi anak Indonesia berlangsung sudah hampir 2 bulan.
Kusadari pasti mulai jenuh dengan materi yang sama.
Tapi kusampaikan aku harus adil menilai dan memberi kesempatan pada semua siswaku . 
Dengan waktu 1 jam tatap muka setara 40 menit dan jumlah siswa tiap kelasnya 36 orang membutuhkan waktu berbulan-bulan agar semua siswa dapat menunjukkan keberanian, kreatifitas,dan inisiatif sesuai potensi yang dimiliki.
Opini dapat disampaikan melalui pidato,stand-up comedy,berpuisi,bernyanyi atau bercerita. 
Generasi Z yang hidup di era teknologi digital sangat dimudahkan untuk mencari informasi melalui internet. Memindahkan pemikiran penulis dari blog yang dibaca.
Sering tanpa merasa bersalah menjawab pertanyaan tulisan siapa yang kamu ungkapkan
, "apakah hasil pemikiranmu, "Bukan bu" hmm anak digital sambil menarik nafas.
Kekecewaan terhadap siswaku terlihat jelas oleh siswa yang lain. 
Kusampaikan cobalah belajar dengan cara memahami bukan menghafal .
Ketika yang dilakukan dengan menghafal kalimat per kalimat .
Satu kata lupa bubar semua yang diingat .
Tapi coba belajar memahami isi tulisan yang dibaca sebagai bahan referensi setelah itu ungkapkan pemikiranmu sendiri , sahutku .