Kamis, 31 Maret 2011
Keceriaan
Rabu, 30 Maret 2011
Ternyata aku juga takut
Selasa, 29 Maret 2011
Susah ya...
Senin, 28 Maret 2011
Devil and Angel
Minggu, 27 Maret 2011
Keluarga
Sabtu, 26 Maret 2011
Kebijakan kaku
Manusia atau Robot....?
Mengutip pernyataan Paulo Freire yang mengkritik sistem pendidikan yang terjadi di Chile pada masa itu, Freire memberikan ide pemikirannya tentang tujuan pendidikan sebagai instrumen yang mampu membebaskan manusia dari ketertindasan, yang mampu memanusiakan manusia . Bagi Freire penindasan apapun alasannya sangatlah tidak manusiawi, dan merupakan bentuk dehumanisasi. Sementara yang terjadi di Indonesia berdasarkan pengamatan saya sepertinya sistem yang ada berjalan ke arah dehumanisasi manusia. Sangat bertolak belakang dengan tujuan pendidikan. Seperti keterkaitan yang tak beraturan semua serba ingin menguasai bukan ingin mengembangkan walaupun dipoles dengan bahasa yang santun seakan -akan untuk tujuan memenuhi kebutuhan siswa. Agar siswa mampu bersaing memasuki " era globalisasi " . Hal inilah yang sering tidak kita sadari . Para pengambil kebijakan
harus tahu bahwa proses belajar, berpikir dan penciptaan pengalaman jauh lebih penting dari pada hanya melihat hasil ujian. Karena dari kegiatan itulah akan terbangun motivasi untuk pengembangan diri, kemandirian untuk bertindak dan berkompetisi dan untuk bertahan hidup.Ingat bahwa tujuan pendidikan adalah memberdayakan manusia dalam membangun kekuatan yang kreatif dan mampu berpikir, menguasai ilmu dan tehnologi , memecahkan masalah dan membangun berbagai ketrampilan. Itu semua hanya dapat dilakukan dengan ketulusan serta tanggung jawab para pendidik, tanpa harus direkayasa.Dan apabila kegiatan dehumanisasi seperti ini berlangsung terus menerus maka dimasa datang yang akan kita temui adalah manusia robot yang memiliki tubuh tetapi tak memiliki rasa . Rasa untuk berkreasi dan mencipta. Melakukan sesuatu karena sesuai dengan aturan dan petunjuk.
Jumat, 25 Maret 2011
Zona nyaman
Melewati pagi dengan jalan yang sama setiap hari dari senin hingga jumat . Dan saat pulang juga lewat jalan yang sama pula kembali dari senin hingga jumat. Begitu terus tanpa terasa sudah memasuki hampir 7 tahun . Sampai kapan ya ini akan berlangsung terus…Terkadang aku berpikir saat suasana dalam keadaan nyaman, damai, tenang tidak selalu mempunyai efek baik untuk kinerja. Karena otak kita tidak ditempa untuk berpikir saat kita dalam keadaan nyaman.Dan biasanya kita akan terlena dengan suasana seperti ini terus menerus. Lama kelamaan hal seperti ini akan berdampak pada kemalasan untuk melakukan aktifitas yang menantang kemampuan otak untuk berkreasi dan menciptakan sesuatu yang baru. Dan sekarang aku mulai memahami makna dari ayat dalam Al. Quran, dimana Allah akan menguji umatnya dengan berbagai cobaan dan ujian, baik berupa kesenangan, kesedihan, kekayaan,kesehatan , anak dan banyak lagi yang lainnya.Dan dari berbagai cobaan itulah otak kita ditantang untuk berpikir, menyimpulkan , menganalisa , berkreasi segala hal yang indah dan membuat hal-hal baru. Aku pernah mengalami beberapa kejadian dimasa lalu yang membuat ku berpikir dan mencari solusi dari beberapa masalah yang menimpa. Allah memberi anugrahnya yang terindah kepada umatnya berupa kemampuan untuk berpikir. Untuk kemudian dapat mengubah keadaan dari kejadian dan proses mengatasinya . Subhanallah,Alhamdulillah….Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan Beberapa hari ini aku merasa ada dalam zona nyaman. Damai dan aman. Tetapi ternyata tidak membuatku banyak berpikir. Dan hari ini dari Koran Sindo yang terbit ada esai yang diurai oleh Prof Komarudin Hidayat tentang Tumbuh kuat bersama bencana.Bercerita tentang bencana yang terjadi di Jepang dan bagaimana bangsa tersebut berusaha untuk keluar dari keadaan yang tidak menyenangkan. Tanpa harus jadi peminta-minta..Berani keluar dari zona nyaman untuk melakukan sesuatu yang akan mengubah keadaan menjadi lebih baik.
Rabu, 23 Maret 2011
Terlalu serius
Tadi pagi aku mendapat sms dari satu teman ku yang tinggal di luar kota. Isi sms nya cukup membuatku terpana….” Tolong bantu doa ya ! kemaren aku chek up ke dokter , aku ada kelainan darah. Udah di chek di lab hasilnya positif. Ternyata aku berdarah ningrat dan lebih parahnya lagi aku terkena penyakit cutelity, ini semacam penyakit makin lama makin keren dan mempesona , gak nular sih tapi gak bisa sembuh…awalnya aku prihatin setelah aku baca 2 kali akhirnya aku menjawab sms itu dengan isi NARSISSSSSSSSSSSSSSS. Setelah itu temanku menelepon dan tertawa ngakak ternyata kamu belum kehilangan rasa humormu ya…Padahal aku juga kirim ke beberapa teman yang lain dan jawabannya cepat sembuh ya…itu kata temanku itu . Haha…bagaimana kalau konselornya sudah sangat serius menanggapi sesuatu ada kemungkinan klien-klien yang datang kepada kita juga akan bête…padahal terkadang klien itu juga butuh sesuatu yang menghibur …
Senin, 21 Maret 2011
Karakter Bangsa
Ganti mentri-ganti kebijakan. Hal itu yang selalu diucapkan oleh banyak kalangan pendidikan tidak terkecuali orang tua siswa . Dan sebagai guru yang bekerja di lembaga pendidikan akupun merasakan kebijakan tersebut,sebelum mendiknas yang saat ini lagi menjabat kurikulum yang diterapkan adalah kurikulum berbasis kompetensi.Dengan tujuan setiap guru mampu mengembangkan kompetensinya sebagai GURU. Belum selesai dengan kurikulum berbasis kompetensi atau tepatnya para guru belum tuntas untuk mengembangkan kompetensinya didengungkan lagi slogan yang lain , dan sekarang yang selalu didengar adalah slogan membangun karakter ( Caracter Building ) . Saya mencari-cari dalam banyak literature tentang karakter bangsa Indonesia . Tersebutlah diantaranya ramah tamah, sopan, jujur,hemat,bertanggung jawab ,kreatif, menghargai karya orang lain,pemurah, rajin, rela berkorban,sabar, rendah hati, setia, tepat janji dan segala hal yang baik-baik….Saya agak merinding membacanya…begitu luhurnya karakter bangsa Indonesia seperti yang digambarkan oleh para pendiri bangsa ini, tapi ternyata hanya angan-angan saja atau lebih tepatnya masih ada di mimpi untuk waktu tidur yang teramat panjang . Dan tak tahu kapan mimpi itu akan terwujud menjadi kenyataan. Sebagai pendidik saya sering melihat didepan mata saya bagaimana perilaku siswa/i saya saat mereka sedang ada dengan teman-temannya. Mudah sekali keluar pernyataan dan kalimat kasar ,sumpah serapah ,menuduh, menghakimi dan banyak kalimat –kalimat lain yang tidak menyenangkan untuk didengar. Padahal tidak selalu ucapan itu keluar saat mereka sedang dalam keadaan marah sambil bercandapun tanpa malu atau sungkan ucapan tak enak didengar telinga itupun terucap juga. Untuk itulah lantas kemudian saya berpikir apakah karakter bangsa Indonesia yang sebenarnya itu adalah yang bertutur kata ketus, pemarah dan segala perilaku tak terpuji. Karena remaja sangat malu saat disebut sebagai remaja yang santun sementara kepopuleran mereka akan langsung ada diposisi puncak saat mereka diberitakan menang tawuran melawan sekolah lain…..wah luar biasa ya…Masih tentang membangun karakter yang didengungkan oleh Mendiknas periode 2009-2014, mulailah disosialisasikan rancangan program pengajaran( RPP) yang berkarakter…saya sendiri hingga kini tak tahu atau belum mudeng yang dimaksud dengan karakter . Konon kemudian dipaksa untuk membuat RPP yang berkarakter… terdengarlah oleh pihak penerbit buku dan mulai merancang buku panduan untuk mata pelajaran “yang berkarakter”RPP yang tadinya hanya dibuat ala kadarnya bahkan seringkali mengulang RPP yang lalu ( Copy Paste) dirancang lagi RPP yang berkarakter dengan isi yang berlembar-lembar padahal apakah dalam prakteknya rekan guru itu juga berprilaku yang berkarakter??Tidak hanya berhenti sampai dengan RPP beberapa kegiatan seminar juga dibuat dengan tema selalu ada kata “ Berkarakter” . Hebat memang orang Indonesia…untuk urusan tiru meniru yang baru selalu bisa dijadikan trend…Dan beberapa waktu yang lalu aku menghadiri suatu kegiatan seminar dengan mengusung tema “Sekolah berkarakter” dengan pembicaranya yang sudah cukup pengalaman dengan dunia pendidikan di Indonesia. Harapan ku saat mengikuti kegiatan seminar itu aku akan memperoleh suatu pemahaman dan pencerahan baru tentang karakter dan membentuk karakter siswa di tempatku bertugas. Alih –alih dengan harapan yang terwujud ternyata sang nara sumberpun tak mampu memberikan sedikit informasi tentang karakter yang sesuai dengan bangsa. Kecewa sudah pasti….Bercerita tentang karakter yang lain ada lagi satu cerita yang pernah kualami saat itu pimpinanku baru saja pulang dari kunjungan ke suatu sekolah di daerah . Dan pimpinanku itu sangat kagum dengan keadaan sekolah yang dikunjunginya itu…Dan beliau ingin menerapkan apa-apa yang dia lihat menarik diterapkan pula di sekolah saya, dengan menugaskan pada seluruh siswa/i untuk membuat batok kelapa dan kemudian diisi dengan satu tanaman toga…sebenarnya menarik tetapi sosialisasi yang kurang dan sifatnya perintah ternyata kurang berhasil . Yang membuatku tersenyum adalah saat kebijakan itu di umumkan di briefing, kita buat sekolah kita seperti sekolah yang saya kunjungi waktu itu bagus sekali disetiap koridor ada gantungan batok kelapa . Ternyata sekolah yang dikunjungi oleh pimpinan ku itu berlokasi di daerah penghasil kelapa sehingga tidak mengalami kesulitan untuk mendapatkan bahan bakunya dan lifeskill yang diharapkan dari siswa dengan menanam tanaman toga dalam batok kelapa itu berhasil . Sementara sekolahku berada di kota besar yang mungkin saja anak-anak ibukota ini tidak pernah tahu yang seperti apa batok kelapa itu. Dan saya berkata sewaktu briefing itu juga kenapa kita tidak menampilkan sesuatu yang memang menjadi ciri khas sekolah kita. Sementara di sekolah ku hanya ada satu pohon kelapa dengan jumlah buahnya hanya ada sekitar 5…apa mungkin satu pohon kelapa itu diperebutkan untuk sekitar 800 siswa? Akhirnya saya jadi bertanya kenapa ya kita selalu ingin mencontoh tapi tidak pernah berpikir untuk menciptakan sesuatu yang berbeda, atau sebenarnya karakter bangsa kita adalah karakter peniru ?
Minggu, 20 Maret 2011
Tak ada yang abadi
Seperti lirik lagunya Peterpan yang dinyanyikan Ariel. Sering aku mengamati orang-orang yang berada dalam posisi berkuasa bertindak seenaknya saja pada orang dibawahnya. Tak jarang aku pun kena imbasnya. Perintah sana sini tanpa berpikir bagaimana kira-kira mewujudkan perintah itu.Tanpa mau tau ataupun bertanya apa kesulitan yang dihadapi dari si pelaksana perintah tersebut. Memang seperti itukah perilaku orang yang berkuasa? Dan tipe –tipe orang berkuasa yang senang main perintah tersebut justru banyak beredar di masyarakat. Entah karena takut atau biar aman yang dilakukan oleh orang yang biasa di beri perintah justru patuh-patuh saja( didepan) sementara sebenarnya dalam hati tetap tidak menerima diperlakukan seperti itu. Manusia pada dasarnya memiliki sifat yang tidak suka diperintah tapi mungkin karena ketidakmampuannya akhirnya menerima dengan keterpaksaan berada dalam posisi yang harus diperintah.Harusnya mulai disadari oleh yang berkuasa maupun yang dikuasai untuk memahami tak ada yang abadi . Si berkuasa harus memiliki kesiapan mental untuk apabila pada saatnya harus tidak berkuasa lagi. Dan yang dikuasai juga mesti untuk mempersiapkan diri apabila suatu saat menjadi yang berkuasa.Tetap bijaksana mengingat kembali rasanya dikuasai.Karena tak ada yang abadi
Belajar dari Jepang
Bencana gempa dan Tsunami yang menimpa Jepang pada tgl 11 Maret 2011,tidak hanya meninggalkan cerita kesedihan. Tetapi jadi perhatian ku untuk mempelajari tentang budaya dan mental masyarakat Jepang yang menurutku luar biasa hebat dan tangguhnya. Dari beberapa tulisan yang aku baca tentang sikap mental orang Jepang membuatku kagum . Memang tidak mudah membangun mental. Jauh lebih mudah membangun jembatan gedung bertingkat dan segala prasarana yang yang bahan bakunya berupa batu, semen, pasir, dan besi. Semua itu dapat dibangun sesuai keinginan pembuatnya dan dibentuk seperti kemauan para pemesan dan disesuaikan dengan anggaran yang dimiliki.Membangun mental sesuatu yang hasilnya tak dapat dipetik dalam 2-3 tahun setelah kegiatan itu dilakukakan . Kata Filsuf China “ Kalau ingin memetik hasilnya dalam setahun maka tanamlah sayuran. Apabila ingin memetik hasilnya dalam 10 tahun , tanamlah buah-buahan . Dan lain halnya kalau mau menikmati hasilnya 100 tahun lagi . Tanamlah MANUSIA. “ Maksudnya disini adalah membangun sikap mental yang tangguh melalui proses pendidikan yang berkesinambungan bukan hanya sekedar ikut-ikutan trend .Bangsa dan negara Jepang melalui proses itu setelah perang dunia 2 saat Jepang harus mengaku kalah oleh tentara sekutu negara itu mampu bangkit secara ekonomi menjadi negara yang diperhitungkan . Karena budaya yang membentuk mereka untuk selalu bekerja sesuai dengan prosedur . Yang dilakukan oleh bangsa Jepang adalah selalu memperhatikan proses. Berbeda dengan di negara kita tercinta ini hasil-hasil –dan hasil yang banyak itulah yang menjadi kebanggaan tidak perduli apakah itu sesuai dengan kemampuan, prosedur ataupun hasil dari kegiatan tidak baik.Hal itu tak pernah ditanyakan.Satu nilai yang dapat dipelajari dari negara Jepang adalah seringnya negara itu mengganti pejabat-pejabat di pemerintahannya manakala mulai tercium oleh publik akan penyelewengan yang dilakukan oleh departemen yang dipimpinnya para pejabat itu siap untuk mundur karena merasa tidak kompeten untuk memimpin bukan malah menyalahkan lingkungan. Dan bagaimana yang terjadi di negara kita…???Saya tidak ingin membahas tentang perilaku pejabat karena biarlah itu menjadi tanggung jawab moralnya secara pribadi kepada Allah nantinya. Tapi sebagai guru ada yang menarik ingin kubagi untuk jadi bahan renungan. Beberapa waktu yang lalu ada seorang siswaku yang datang dan melakukan konseling kepadaku. Dia mengatakan kegusarannya karena nilai tryoutnya kurang memuaskan tetapi teman-temannya yang mendapat contekan dengan bangganya tergabung dalam kelas unggulan. Aku bertanya kepada siswa ku itu setelah percakapan yang cukup lama. Bagaimana pendapat siswaku tentang kepalsuan dan kejujuran. Siswaku mengatakan ia ingin jujur tapi kalau merugikan buat apa bu, itu yang diucapkannya . Ada perasaan khawatir sebagai orang dewasa dengan pendapat siswaku itu, begitu sulitnya ternyata membangun mental kejujuran dalam diri siswaku . Mereka generasi penerus yang banyak mendapati contoh-contoh perilaku tak terpuji dan tidak jujur di lingkungannya bahkan yang membuat miris tanpa kita sadari , kita orang tua dengan bangganya membanggakan anak-anak kita yang mendapat nilai baik tapi tak pernah bertanya sejauh mana anak-anak kita memahami hal-hal yang telah dipelajarinya. Ternyata kita pun orang dewasa ( orang tua dan guru ) masih sangat suka akan kepalsuan . Kita tidak pernah memulai dari diri kita untuk menjadi panutan tetapi kita malah meniru perilaku lingkungan yang tak terpuji. Dengan alasan yang kita ungkapkan kok dia boleh sedangkan kita tidak. Kembali ingat dengan pepatah China tadi, apabila dari sekarang kita sudah menanam perilaku-perilaku tak terpuji yang menjadi sikap mental bangsa Indonesia, aku khawatir 100 tahun dari sekarang kita hanya tinggal mengingat pernah ada negara Indonesia tapi tak pernah tahu nilai budaya dan karakter seperti apa yang ada di Indonesia. Begitu mudahnya terkikis oleh informasi yang beredar dalam arus globalisasi . Berbeda dengan bangsa Jepang saat mereka berada di belahan dunia manapun sikap mental mereka yang santun tetap mereka perlihatkan. Terakhir tetap sebagai mahluk ciptaan Allah yang mencintai kedamaian aku berdoa untuk kebangkitan rakyat Jepang bangkit dari bencana yang menimpanya. Dan terimakasih Jepang karena banyak memberi inspirasi akan kesantunan dan keuletannya dalam menjaga budaya bangsanya.