Kamis, 31 Maret 2011

Keceriaan

Hari ini kegiatan awalku di pagi hari diisi dengan kegiatan membersihkan ruangan kerjaku bersama teman-teman yang tidak mendapat jatah mengawas ujian.Ngobrol ngalor-ngidul tentang banyak hal.Dan kami membahasakan obrolan kami sebagai kegiatan menganalisa, biar keliatan intelek gitu. Membahas tentang kasus penipuan yang dilakukan wanita-wanita cantik yang memperdaya orang untuk menipu.Sampai akhirnya aku menerima sms dari anakku yang minta dijemput karena mereka ingin pamer hasil kegiatan mereka di sekolah setelah beberapa hari sebelumnya mereka sudah membuat beberapa percobaan.Sesampai di sekolah anakku mereka langsung menghampiri aku dan menarik tanganku , sini bunda lihat kerjaan kakak...sementara adiknya juga tak mau kalah menarik tanganku yang satu lagi....riang sekali mereka bercerita tentang hasil percobaan mereka. Saat itu yang kurasakan adalah aku sangat menikmati sekali peranku sebagai orang tua. Karena biasanya mereka bercerita kepadaku saat sore hari dalam kereta api menuju perjalanan pulang ke rumah, dimana saat itu aku juga sudah cukup lelah setelah seharian beraktifitas dan saat itu aku mendengarkan cerita mereka dengan terkantuk-kantuk. Rasanya tak adil sekali aku sebagai orang tua untuk anak sendiri aku tak menyediakan telingaku dengan cukup baik untuk mendengar sementara saat aku sedang bekerja sebagai konselor aku berusaha se "profesional " mungkin sesuai dengan ilmu yang aku dapat tentang bagaimana caranya menjadi pendengar yang baik.Nikmatnya memang berbeda tetapi sangat menyenangkan saat kita mau mendengar dengan sepenuh hati.Dan hal itulah yang harus dilatih terus menerus . Mendengarkan ...mendengarkan...mendengarkan

Rabu, 30 Maret 2011

Ternyata aku juga takut

Sesekali aku ingin juga berbagi cerita tentang cerita yang agak horor. Cerita dimulai saat aku membantu salah satu siswaku yang mengalami kejadian bahasa kerennya " kesurupan". Dihari awal siswaku kesurupan dia melotot -melotot kepada kami guru-guru yang membantunya. Sampai kemudian setelah dia mulai siuman kami menelepon orang tuanya untuk menjemputnya. Dua hari kemudian dari kelas yang lain lagi terdengar teriakan, bu...ada yang gambar-gambar serem. Kemudian salah satu guru datang dengan membawa hasil gambar serem yang dibuat siswa tersebut.Dan saat saya melihat hasil gambarnya ....ternyata memang seram.!!! Esok harinya aku memanggil siswa yang menggambar gambar seram tersebut.Berbincanglah aku dengan siswa itu.Aku bertanya kenapa dia menggambar gambar itu, awalnya dan lain sebagainya. Dengan penuh semangat aku memberi banyak nasehat untuk selalu mengingat Allah SWT .Bla...bla...bla...sok tau ya. Sesampai di rumah apa yang terjadi dengan diriku...bayangan dari gambar seram yang di buat oleh siswa ku menari-nari dalam pikiranku...ih seram bener...sampai-sampai aku takut dan saat menjalankan ibadah sholat Isya aku memohon doa kepada Allah . " Ya Allah lindungi hambamu dari perasaan takut dan khawatir akan mahluk ciptaanmu yang gaib . Dan hilangkanlah bayangan menakutkan itu dari pikiranku" . Ternyata aku benar-benar takut sehingga saat harus bangun seperti biasa dini hari aku celingukan melihat kiri dan kanan was-was ada bayangan itu di depan mataku dan tersenyum penuh arti padaku...haaaaaaaaaaah...takut....

Selasa, 29 Maret 2011

Susah ya...

Itu kata-kata yang aku ucapkan saat melihat siswa/i ku yang sedang mengerjakan soal matematika dengan wajahnya berkerut mencoba berpikir keras padahal belum tentu mendapat jawabannya. Dan jawaban mereka dengan serempak mengatakan " BANGET BU". Dan aku pun menjawab lagi saya bantu doa saja ya. Mereka menatapku dengan wajah memelas dan berkata dalam hati ( gak lucu bu) . Ada perasaan senang saat siswa/i ku mengerutkan keningnya untuk berpikir dan aku menikmati keadaan itu...wah aku mulai terkena penyakit syaraf no 28 kali ya menurut Andrea Hirata senang melihat orang dalam kesulitan...hehe. Aku membayangkan saat menjadi siswa zaman dahulu kala..mungkin juga para guru-guruku menikmati juga wajah-wajah tegang dan putus asa siswanya ya saat siswa/i nya menemui kesulitan untuk menjawab soal yang ada. Di menit berikutnya seorang siswa datang menghampiri ku yang sedang duduk di kursi pengawas dengan rekan guru yang lain. Dan bertanya bu soal yang ini jawabannya yang mana? Hah...aku kaget sebegitu putus asa nya siswa ku ini hingga nekat walau dengan cara yang sopan menghampiri ku untuk bertanya jawaban dari soal yang ada. Dan aku menjawab juga dengan gaya mereka sebagai remaja..." Oh anakku maaf beribu maaf , Matematika itu bukan gue banget"

Senin, 28 Maret 2011

Devil and Angel

Tersenyum mendengar perkataan itu saat memasuki ruang kelas untuk melaksanakan kegiatan mengawas ujian sekolah. Aku yang datang agak terlambat dibanding rekan kerjaku.Salah satu siswa ku menyebut devil and angel . Dan aku bertanya dengan mengangkat alis mataku ke arahnya, dijawab dengan senyuman untukku dan memonyongkan mulutnya untuk rekan kerjaku yang telah masuk terlebih dahulu.Detik berganti menit hingga hitungan jam berganti juga, mulai merasakan kebosanan dan dihinggapi rasa kantuk karena tidak melakukan aktifitas apapu selain melototin para siswa yang sedang mengerjakan soal-soal ujian. Dan kembali teringat akan ucapan salah satu siswaku tadi " devil and angel" . Bukan bermaksud geer , tapi aku merasa pasti sebutan angel itu ditujukan untuk aku sementara devilnya pasti ke rekan kerjaku.Padahal aku merasa masih jauh sekali dari sebutan angel karena aku termasuk guru yang apabila dilihat dari tuntutan profesi aku terbilang kurang perduli dengan hal-hal yang dilakukan siswa apabila tidak prinsip. Misalnya untuk urusan baju seragam yang tidak rapi aku jarang menegur mereka.Karena mungkin aku termasuk guru yang mencoba memahami setiap individu dengan segala perbedaannya. Aku menyenangi keberagaman. Dan hal-hal tersebut yang mungkin membuat siswa-siswaku menyenanginya...walaupun untuk urusan ini aku sering dianggap sebagai guru yang tidak kompak dengan aturan yang telah ditetapkan oleh sekolah . Di satu sisi mungkin aku dianggap angel oleh siswa/i ku tapi aku juga dianggap devil oleh instansi tempatku bekerja karena sering dianggap nyeleneh tidak mematuhi aturan. Berarti dalam diri setiap individu ada 2 sisi kepribadian , bisa menjadi devil atau evil pada saat yang bersamaan atau saat yang berbeda.Untuk jadi bahan renungan saja lebih menikmati saat menjadi devil atau angel....??? Apabila jawabannya saat menjadi devil...wah saya harus lebih sering beribadah tentunya sementara apabila saat menjadi angel adalah saat yang menyenangkan , mulailah dari sekarang,hari ini untuk tetap menebarkan kebaikan bagi sesama di lingkungan terdekat kita.

Minggu, 27 Maret 2011

Keluarga

Keluarga adalah medium suci tempat anak-anak dilahirkan dan dibesarkan. Juga merupakan jendela kecil tempat kita memandang dan merumuskan dunia di luar kita . Keluarga adalah medium awal tempat kita mengenal lingkungan di sekitar kita dan medium akhir tempat kita merenungkan kembali diri kita . Keluarga adalah medium final tempat kita kembali dari keluasan dunia luar ( Anggade Moesono) Sebuah kalimat yang sarat makna akan penting dan bermaknanya sebuah keutuhan keluarga . Namun akhir-akhir ini yang terjadi di tengah masyarakat sangat bertolak belakang keluarga tidak lagi menjadi tempat kembali yang menyenangkan bagi individu-individu yang ada di dalamnya.Keluarga hanya sebatas status dalam sebuah surat keterangan. Mengkhawatirkan perubahan yang terjadi keluarga tidak lagi dianggap sebagai pengikat tali silaturahmi antar individu...antara orang tua dan anak, atau antara anak yang satu dengan anak yang lain. Era globalisasi demikian berpengaruhnya terhadap ikatan psikologis dalam keluarga. Tidak jarang terlihat dalam suatu keluarga yang ada dalam satu ruangan yang sama tetapi tidak terlibat dengan perbincangan yang hangat . Masing - masing sibuk dengan dunia yang ada dalam genggamannya hp atau BB. Si orang tua dengan kesibukannya mungkin sedang mengawasi kegiatan bisnisnya dari jarak jauh, sementara si anak berkelana dalam dunia yang tanpa sensor apa yang dia mau tinggal cari saja tanpa perlu dibimbing cara mencarinya . Dan jangan disalahkan juga anak-anak yang sekarang hidup dan besar dalam dunia masa kini di tengah arus globalisasi . Mereka tak merasakan ikatan keluarga yang utuh karena para orang dewasanya pun ( orang tua ) juga sedang mengalami suatu gegar budaya dengan arus globalisasi. Si orang dewasa belum siap menghadapi kehidupan yang begitu pesat kemajuannya sementara juga dituntut untuk menjadi pembimbing bagi generasi dibawahnya.Tak bijaksana rasanya apabila kita menyalahkan zaman...kata-kata yang lebih tepat mungkin adalah kita yang belum dan sangat tidak siap menghadapi perubahan zaman. Sehingga berdampaklah pada hubungan kekeluargaan yang kurang erat sekarang ini . Tidak mudah membentuk sebuah keluarga yang memiliki ikatan erat dan saling bergantung di zaman sekarang tapi tak ada salahnya dicoba karena tak tahu akan jadi apa , apabila tidak ada lagi yang memperdulikan tentang fungsi yang teramat dalam dan luas dari sebuah keluarga .

Sabtu, 26 Maret 2011

Kebijakan kaku

Beberapa hari yang lalu saya bersama dengan beberapa rekan guru pembimbing menghadiri undangan seminar dengan tema mempersiapkan anak menghadapi era informasi dan komunikasi.Saya rasa tema cukup menarik bagi kami guru pembimbing karena dalam pekerjaan kami sering menghadapi berbagai masalah yang berkaitan dengan informasi melalui dunia game dan internet yang berdampak pada perilaku serta prestasi akademis siswa.Kegiatan seminar berlangsung dengan lancar dan kami cukup puas untuk informasi yang kami dapatkan dari seminar itu. Tetapi kegiatan tersebut ternyata berdampak panjang terhadap kebijakan pimpinan di tempatku bekerja. Beberapa hari setelah kegiatan seminar rekan kerjaku dipanggil oleh pimpinan karena dianggap menyalahi prosedur . Kami tidak diperkenankan untuk hadir dalam kegiatan itu karena undangan seminarnya bukan berasal dari dinas pendidikan terkait.Dan pimpinan tidak bersedia memberi surat tugasnya...Karena masih menurutnya juga pimpinan akan mendapat teguran keras dari dinas pendidikan karena mengijinkan pegawai yang menjadi bawahannya menghadiri kegiatan di luar undangan dinas waduh luar biasa kakunya . Apa pimpinan begitu yakinnya ya bahwa setiap kegiatan yang diadakan oleh dinas pendidikan dengan nara sumbernya dari dinas pendidikan adalah yang terbaik. Sementara informasi yang beredar di masyarakat tidak selalu bersumber dari dinas pendidikan kan? Hari gini masih hanya nonton satu stasiun televisi...kemana aja ya...

Manusia atau Robot....?

Setiap menjelang Ujian Nasional aku merasa kasihan dengan siswa yang duduk di kelas akhir.Seakan -akan tiada hari yang dilewati oleh mereka dengan belajar-belajar dan lagi-lagi belajar. Dimulai dari masuk jam 6.30 pagi belajar untuk pelajaran yang sesuai dengan jadwal pelajaran dan setelah pulang sekolah masih dilanjutkan lagi dengan pendalaman materi hingga jam 3.30 sore ...hebat ya mereka memiliki kekuatan untuk mengikuti begitu banyak kegiatan sekolah walau dengan keterpaksaan. Padahal tak jarang setelah atau sebelum pendalaman materi (pm ) dimulai mereka bertanya atau mengadu untuk tidak mengikuti pm tapi apalah daya mereka. Dari sisi kebutuhan , kebutuhan mereka sebagai remaja bukanlah hal itu, remaja membutuhkan pengendalian diri yang baik,butuh kebebasan,kebutuhan akan rasa kekeluargaan, kebutuhan akan penerimaan sosial yang baik,kebutuhan akan penyesuaian diri,dan kebutuhan akan agama dan nilai-nilai sosial. Akan tetapi yang terjadi di lembaga pendidikan jauh dari sentuhan psikologi. Remaja dituntut untuk menguasai berbagai bidang ilmu sementara terkadang bukan hal itu yang menjadi minat dan ketertarikan para remaja.Saat mereka datang dan mengeluh karena merasa capek dan lelah untuk berpikir , para pengambil kebijakan tidak memahami dengan baik dan akhirnya malah mendapat omelan . Kasihan sekali memiliki tubuh tetapi ternyata tak memiliki kuasa untuk melakukan yang terbaik sesuai kebutuhan tubuhnya.Seperti robot yang melakukan sesuatu karena sudah ada yang mengatur. Segala hal ada kontrolnya...Dan kemudian yang terjadi adalah ada dalam ruangan kelas tetapi hanya wujudnya saja . Sementara pikiran dan perasaan mengembara entah kemana .
Mengutip pernyataan Paulo Freire yang mengkritik sistem pendidikan yang terjadi di Chile pada masa itu, Freire memberikan ide pemikirannya tentang tujuan pendidikan sebagai instrumen yang mampu membebaskan manusia dari ketertindasan, yang mampu memanusiakan manusia . Bagi Freire penindasan apapun alasannya sangatlah tidak manusiawi, dan merupakan bentuk dehumanisasi. Sementara yang terjadi di Indonesia berdasarkan pengamatan saya sepertinya sistem yang ada berjalan ke arah dehumanisasi manusia. Sangat bertolak belakang dengan tujuan pendidikan. Seperti keterkaitan yang tak beraturan semua serba ingin menguasai bukan ingin mengembangkan walaupun dipoles dengan bahasa yang santun seakan -akan untuk tujuan memenuhi kebutuhan siswa. Agar siswa mampu bersaing memasuki " era globalisasi " . Hal inilah yang sering tidak kita sadari . Para pengambil kebijakan
harus tahu bahwa proses belajar, berpikir dan penciptaan pengalaman jauh lebih penting dari pada hanya melihat hasil ujian. Karena dari kegiatan itulah akan terbangun motivasi untuk pengembangan diri, kemandirian untuk bertindak dan berkompetisi dan untuk bertahan hidup.Ingat bahwa tujuan pendidikan adalah memberdayakan manusia dalam membangun kekuatan yang kreatif dan mampu berpikir, menguasai ilmu dan tehnologi , memecahkan masalah dan membangun berbagai ketrampilan. Itu semua hanya dapat dilakukan dengan ketulusan serta tanggung jawab para pendidik, tanpa harus direkayasa.Dan apabila kegiatan dehumanisasi seperti ini berlangsung terus menerus maka dimasa datang yang akan kita temui adalah manusia robot yang memiliki tubuh tetapi tak memiliki rasa . Rasa untuk berkreasi dan mencipta. Melakukan sesuatu karena sesuai dengan aturan dan petunjuk.



Jumat, 25 Maret 2011

Zona nyaman

Melewati pagi dengan jalan yang sama setiap hari dari senin hingga jumat . Dan saat pulang juga lewat jalan yang sama pula kembali dari senin hingga jumat. Begitu terus tanpa terasa sudah memasuki hampir 7 tahun . Sampai kapan ya ini akan berlangsung terus…Terkadang aku berpikir saat suasana dalam keadaan nyaman, damai, tenang tidak selalu mempunyai efek baik untuk kinerja. Karena otak kita tidak ditempa untuk berpikir saat kita dalam keadaan nyaman.Dan biasanya kita akan terlena dengan suasana seperti ini terus menerus. Lama kelamaan hal seperti ini akan berdampak pada kemalasan untuk melakukan aktifitas yang menantang kemampuan otak untuk berkreasi dan menciptakan sesuatu yang baru. Dan sekarang aku mulai memahami makna dari ayat dalam Al. Quran, dimana Allah akan menguji umatnya dengan berbagai cobaan dan ujian, baik berupa kesenangan, kesedihan, kekayaan,kesehatan , anak dan banyak lagi yang lainnya.Dan dari berbagai cobaan itulah otak kita ditantang untuk berpikir, menyimpulkan , menganalisa , berkreasi segala hal yang indah dan membuat hal-hal baru. Aku pernah mengalami beberapa kejadian dimasa lalu yang membuat ku berpikir dan mencari solusi dari beberapa masalah yang menimpa. Allah memberi anugrahnya yang terindah kepada umatnya berupa kemampuan untuk berpikir. Untuk kemudian dapat mengubah keadaan dari kejadian dan proses mengatasinya . Subhanallah,Alhamdulillah….Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan Beberapa hari ini aku merasa ada dalam zona nyaman. Damai dan aman. Tetapi ternyata tidak membuatku banyak berpikir. Dan hari ini dari Koran Sindo yang terbit ada esai yang diurai oleh Prof Komarudin Hidayat tentang Tumbuh kuat bersama bencana.Bercerita tentang bencana yang terjadi di Jepang dan bagaimana bangsa tersebut berusaha untuk keluar dari keadaan yang tidak menyenangkan. Tanpa harus jadi peminta-minta..Berani keluar dari zona nyaman untuk melakukan sesuatu yang akan mengubah keadaan menjadi lebih baik.

Rabu, 23 Maret 2011

Terlalu serius

Tadi pagi aku mendapat sms dari satu teman ku yang tinggal di luar kota. Isi sms nya cukup membuatku terpana….” Tolong bantu doa ya ! kemaren aku chek up ke dokter , aku ada kelainan darah. Udah di chek di lab hasilnya positif. Ternyata aku berdarah ningrat dan lebih parahnya lagi aku terkena penyakit cutelity, ini semacam penyakit makin lama makin keren dan mempesona , gak nular sih tapi gak bisa sembuh…awalnya aku prihatin setelah aku baca 2 kali akhirnya aku menjawab sms itu dengan isi NARSISSSSSSSSSSSSSSS. Setelah itu temanku menelepon dan tertawa ngakak ternyata kamu belum kehilangan rasa humormu ya…Padahal aku juga kirim ke beberapa teman yang lain dan jawabannya cepat sembuh ya…itu kata temanku itu . Haha…bagaimana kalau konselornya sudah sangat serius menanggapi sesuatu ada kemungkinan klien-klien yang datang kepada kita juga akan bête…padahal terkadang klien itu juga butuh sesuatu yang menghibur …

Senin, 21 Maret 2011

Karakter Bangsa

Ganti mentri-ganti kebijakan. Hal itu yang selalu diucapkan oleh banyak kalangan pendidikan tidak terkecuali orang tua siswa . Dan sebagai guru yang bekerja di lembaga pendidikan akupun merasakan kebijakan tersebut,sebelum mendiknas yang saat ini lagi menjabat kurikulum yang diterapkan adalah kurikulum berbasis kompetensi.Dengan tujuan setiap guru mampu mengembangkan kompetensinya sebagai GURU. Belum selesai dengan kurikulum berbasis kompetensi atau tepatnya para guru belum tuntas untuk mengembangkan kompetensinya didengungkan lagi slogan yang lain , dan sekarang yang selalu didengar adalah slogan membangun karakter ( Caracter Building ) . Saya mencari-cari dalam banyak literature tentang karakter bangsa Indonesia . Tersebutlah diantaranya ramah tamah, sopan, jujur,hemat,bertanggung jawab ,kreatif, menghargai karya orang lain,pemurah, rajin, rela berkorban,sabar, rendah hati, setia, tepat janji dan segala hal yang baik-baik….Saya agak merinding membacanya…begitu luhurnya karakter bangsa Indonesia seperti yang digambarkan oleh para pendiri bangsa ini, tapi ternyata hanya angan-angan saja atau lebih tepatnya masih ada di mimpi untuk waktu tidur yang teramat panjang . Dan tak tahu kapan mimpi itu akan terwujud menjadi kenyataan. Sebagai pendidik saya sering melihat didepan mata saya bagaimana perilaku siswa/i saya saat mereka sedang ada dengan teman-temannya. Mudah sekali keluar pernyataan dan kalimat kasar ,sumpah serapah ,menuduh, menghakimi dan banyak kalimat –kalimat lain yang tidak menyenangkan untuk didengar. Padahal tidak selalu ucapan itu keluar saat mereka sedang dalam keadaan marah sambil bercandapun tanpa malu atau sungkan ucapan tak enak didengar telinga itupun terucap juga. Untuk itulah lantas kemudian saya berpikir apakah karakter bangsa Indonesia yang sebenarnya itu adalah yang bertutur kata ketus, pemarah dan segala perilaku tak terpuji. Karena remaja sangat malu saat disebut sebagai remaja yang santun sementara kepopuleran mereka akan langsung ada diposisi puncak saat mereka diberitakan menang tawuran melawan sekolah lain…..wah luar biasa ya…Masih tentang membangun karakter yang didengungkan oleh Mendiknas periode 2009-2014, mulailah disosialisasikan rancangan program pengajaran( RPP) yang berkarakter…saya sendiri hingga kini tak tahu atau belum mudeng yang dimaksud dengan karakter . Konon kemudian dipaksa untuk membuat RPP yang berkarakter… terdengarlah oleh pihak penerbit buku dan mulai merancang buku panduan untuk mata pelajaran “yang berkarakter”RPP yang tadinya hanya dibuat ala kadarnya bahkan seringkali mengulang RPP yang lalu ( Copy Paste) dirancang lagi RPP yang berkarakter dengan isi yang berlembar-lembar padahal apakah dalam prakteknya rekan guru itu juga berprilaku yang berkarakter??Tidak hanya berhenti sampai dengan RPP beberapa kegiatan seminar juga dibuat dengan tema selalu ada kata “ Berkarakter” . Hebat memang orang Indonesia…untuk urusan tiru meniru yang baru selalu bisa dijadikan trend…Dan beberapa waktu yang lalu aku menghadiri suatu kegiatan seminar dengan mengusung tema “Sekolah berkarakter” dengan pembicaranya yang sudah cukup pengalaman dengan dunia pendidikan di Indonesia. Harapan ku saat mengikuti kegiatan seminar itu aku akan memperoleh suatu pemahaman dan pencerahan baru tentang karakter dan membentuk karakter siswa di tempatku bertugas. Alih –alih dengan harapan yang terwujud ternyata sang nara sumberpun tak mampu memberikan sedikit informasi tentang karakter yang sesuai dengan bangsa. Kecewa sudah pasti….Bercerita tentang karakter yang lain ada lagi satu cerita yang pernah kualami saat itu pimpinanku baru saja pulang dari kunjungan ke suatu sekolah di daerah . Dan pimpinanku itu sangat kagum dengan keadaan sekolah yang dikunjunginya itu…Dan beliau ingin menerapkan apa-apa yang dia lihat menarik diterapkan pula di sekolah saya, dengan menugaskan pada seluruh siswa/i untuk membuat batok kelapa dan kemudian diisi dengan satu tanaman toga…sebenarnya menarik tetapi sosialisasi yang kurang dan sifatnya perintah ternyata kurang berhasil . Yang membuatku tersenyum adalah saat kebijakan itu di umumkan di briefing, kita buat sekolah kita seperti sekolah yang saya kunjungi waktu itu bagus sekali disetiap koridor ada gantungan batok kelapa . Ternyata sekolah yang dikunjungi oleh pimpinan ku itu berlokasi di daerah penghasil kelapa sehingga tidak mengalami kesulitan untuk mendapatkan bahan bakunya dan lifeskill yang diharapkan dari siswa dengan menanam tanaman toga dalam batok kelapa itu berhasil . Sementara sekolahku berada di kota besar yang mungkin saja anak-anak ibukota ini tidak pernah tahu yang seperti apa batok kelapa itu. Dan saya berkata sewaktu briefing itu juga kenapa kita tidak menampilkan sesuatu yang memang menjadi ciri khas sekolah kita. Sementara di sekolah ku hanya ada satu pohon kelapa dengan jumlah buahnya hanya ada sekitar 5…apa mungkin satu pohon kelapa itu diperebutkan untuk sekitar 800 siswa? Akhirnya saya jadi bertanya kenapa ya kita selalu ingin mencontoh tapi tidak pernah berpikir untuk menciptakan sesuatu yang berbeda, atau sebenarnya karakter bangsa kita adalah karakter peniru ?

Minggu, 20 Maret 2011

Tak ada yang abadi

Seperti lirik lagunya Peterpan yang dinyanyikan Ariel. Sering aku mengamati orang-orang yang berada dalam posisi berkuasa bertindak seenaknya saja pada orang dibawahnya. Tak jarang aku pun kena imbasnya. Perintah sana sini tanpa berpikir bagaimana kira-kira mewujudkan perintah itu.Tanpa mau tau ataupun bertanya apa kesulitan yang dihadapi dari si pelaksana perintah tersebut. Memang seperti itukah perilaku orang yang berkuasa? Dan tipe –tipe orang berkuasa yang senang main perintah tersebut justru banyak beredar di masyarakat. Entah karena takut atau biar aman yang dilakukan oleh orang yang biasa di beri perintah justru patuh-patuh saja( didepan) sementara sebenarnya dalam hati tetap tidak menerima diperlakukan seperti itu. Manusia pada dasarnya memiliki sifat yang tidak suka diperintah tapi mungkin karena ketidakmampuannya akhirnya menerima dengan keterpaksaan berada dalam posisi yang harus diperintah.Harusnya mulai disadari oleh yang berkuasa maupun yang dikuasai untuk memahami tak ada yang abadi . Si berkuasa harus memiliki kesiapan mental untuk apabila pada saatnya harus tidak berkuasa lagi. Dan yang dikuasai juga mesti untuk mempersiapkan diri apabila suatu saat menjadi yang berkuasa.Tetap bijaksana mengingat kembali rasanya dikuasai.Karena tak ada yang abadi

Belajar dari Jepang

Bencana gempa dan Tsunami yang menimpa Jepang pada tgl 11 Maret 2011,tidak hanya meninggalkan cerita kesedihan. Tetapi jadi perhatian ku untuk mempelajari tentang budaya dan mental masyarakat Jepang yang menurutku luar biasa hebat dan tangguhnya. Dari beberapa tulisan yang aku baca tentang sikap mental orang Jepang membuatku kagum . Memang tidak mudah membangun mental. Jauh lebih mudah membangun jembatan gedung bertingkat dan segala prasarana yang yang bahan bakunya berupa batu, semen, pasir, dan besi. Semua itu dapat dibangun sesuai keinginan pembuatnya dan dibentuk seperti kemauan para pemesan dan disesuaikan dengan anggaran yang dimiliki.Membangun mental sesuatu yang hasilnya tak dapat dipetik dalam 2-3 tahun setelah kegiatan itu dilakukakan . Kata Filsuf China “ Kalau ingin memetik hasilnya dalam setahun maka tanamlah sayuran. Apabila ingin memetik hasilnya dalam 10 tahun , tanamlah buah-buahan . Dan lain halnya kalau mau menikmati hasilnya 100 tahun lagi . Tanamlah MANUSIA. “ Maksudnya disini adalah membangun sikap mental yang tangguh melalui proses pendidikan yang berkesinambungan bukan hanya sekedar ikut-ikutan trend .Bangsa dan negara Jepang melalui proses itu setelah perang dunia 2 saat Jepang harus mengaku kalah oleh tentara sekutu negara itu mampu bangkit secara ekonomi menjadi negara yang diperhitungkan . Karena budaya yang membentuk mereka untuk selalu bekerja sesuai dengan prosedur . Yang dilakukan oleh bangsa Jepang adalah selalu memperhatikan proses. Berbeda dengan di negara kita tercinta ini hasil-hasil –dan hasil yang banyak itulah yang menjadi kebanggaan tidak perduli apakah itu sesuai dengan kemampuan, prosedur ataupun hasil dari kegiatan tidak baik.Hal itu tak pernah ditanyakan.Satu nilai yang dapat dipelajari dari negara Jepang adalah seringnya negara itu mengganti pejabat-pejabat di pemerintahannya manakala mulai tercium oleh publik akan penyelewengan yang dilakukan oleh departemen yang dipimpinnya para pejabat itu siap untuk mundur karena merasa tidak kompeten untuk memimpin bukan malah menyalahkan lingkungan. Dan bagaimana yang terjadi di negara kita…???Saya tidak ingin membahas tentang perilaku pejabat karena biarlah itu menjadi tanggung jawab moralnya secara pribadi kepada Allah nantinya. Tapi sebagai guru ada yang menarik ingin kubagi untuk jadi bahan renungan. Beberapa waktu yang lalu ada seorang siswaku yang datang dan melakukan konseling kepadaku. Dia mengatakan kegusarannya karena nilai tryoutnya kurang memuaskan tetapi teman-temannya yang mendapat contekan dengan bangganya tergabung dalam kelas unggulan. Aku bertanya kepada siswa ku itu setelah percakapan yang cukup lama. Bagaimana pendapat siswaku tentang kepalsuan dan kejujuran. Siswaku mengatakan ia ingin jujur tapi kalau merugikan buat apa bu, itu yang diucapkannya . Ada perasaan khawatir sebagai orang dewasa dengan pendapat siswaku itu, begitu sulitnya ternyata membangun mental kejujuran dalam diri siswaku . Mereka generasi penerus yang banyak mendapati contoh-contoh perilaku tak terpuji dan tidak jujur di lingkungannya bahkan yang membuat miris tanpa kita sadari , kita orang tua dengan bangganya membanggakan anak-anak kita yang mendapat nilai baik tapi tak pernah bertanya sejauh mana anak-anak kita memahami hal-hal yang telah dipelajarinya. Ternyata kita pun orang dewasa ( orang tua dan guru ) masih sangat suka akan kepalsuan . Kita tidak pernah memulai dari diri kita untuk menjadi panutan tetapi kita malah meniru perilaku lingkungan yang tak terpuji. Dengan alasan yang kita ungkapkan kok dia boleh sedangkan kita tidak. Kembali ingat dengan pepatah China tadi, apabila dari sekarang kita sudah menanam perilaku-perilaku tak terpuji yang menjadi sikap mental bangsa Indonesia, aku khawatir 100 tahun dari sekarang kita hanya tinggal mengingat pernah ada negara Indonesia tapi tak pernah tahu nilai budaya dan karakter seperti apa yang ada di Indonesia. Begitu mudahnya terkikis oleh informasi yang beredar dalam arus globalisasi . Berbeda dengan bangsa Jepang saat mereka berada di belahan dunia manapun sikap mental mereka yang santun tetap mereka perlihatkan. Terakhir tetap sebagai mahluk ciptaan Allah yang mencintai kedamaian aku berdoa untuk kebangkitan rakyat Jepang bangkit dari bencana yang menimpanya. Dan terimakasih Jepang karena banyak memberi inspirasi akan kesantunan dan keuletannya dalam menjaga budaya bangsanya.