Jumat, 18 Maret 2011

Kemana ahlinya ?

Hujan lebat yang disertai dengan angin kencang di Jakarta Pusat terjadi kemarin 16 Maret 2011 menjelang jam 3 sore. Saat aku bersiap-siap pulang ke rumah setelah beraktifitas seharian. Tidak ingin menyalahkan hujannya karena hujan adalah anugrah dari Allah kepada hamba yang dicintainya. Tapi dampak dari hujan yang menjadi penyebab awal kemacetan luar biasa dan mulailah aku bertanya kemana ahlinya? Yang sewaktu kampanye Pilkada yang lalu mempromosikan diri dengan slogan “ Serahkan pada ahlinya “ untuk mengatasi macet, banjir dll segala permasalahan yang terjadi di ibukota negara RI ini. Memang tidak semudah yang dibayangkan saat masa kampanye untuk memanage wilayah DKI ini tapi yang menjadi pemikiran saya adalah apakah slogan kampanye itu tidak terlalu berat bebannya. Karena saya ingat juga dengan mitos zaman dahulu yang mengatakan apabila ada anak kecil yang sakit-sakitan terus mungkin karena nama yang disandangnya teramat berat. Seakan –akan ingin menunjukkan pada dunia siapa dirinya…itu bentuk dari sifat sombong manusia warisan setan.Sedikit ingin bercerita akibat dari kemacetan yang terjadi karena hujan deras kemarin waktu tempuh menuju rumah jadi 2 x lipat dari waktu yang biasa. Yang menurutku luar biasa adalah saat aku naik bus TransJakarta dari halte Slipi menuju halte stasiun Cawang kira-kira ada 10 halte yang harus kulalui tapi baru satu halte dari halte Farmasi JHCC menuju Semanggi waktu tempuh perjalanan adalah 55 menit. Wah aku membayangkan masih ada 9 halte lagi apabila waktu tempuh ke setiap halte 55 menit bisa 7-8 jam aku berdiri diatas bus TransJakarta ini dan hal itu sama dengan waktu tempuh ke daerah Tasikmalaya sebelum ada Tol Padalarang –Cilenyi.Begitu penuhnya penumpang di bus TransJakarta saat itu sementara pemandangan lain diluar bus kemacetan yang mengular hingga tak tahu sampai mana.Pemandangan yang menarik lain adalah 5 jalur yang memenuhi jalan diisi oleh mobil pribadi yang penumpangnya hanya ada 2-3 orang. Kembali lagi pikiranku bertanya kemana ahlinya? Yang telah membuat kebijakan tidak berpihak kepada rakyat kecil. Operasional bus yang bersinggungan dengan bus TransJakarta koridor 9 dihapus karena dianggap sebagai biang kemacetan karena sering menaikkan dan menurunkan penumpang tidak pada tempatnya. Padahal berapa banyak bis regular yang lewat di derah Semanggi menuju Cawang…apabila dibandingkan dengan mobil-mobil pribadi yang memenuhi jalur-jalur jalan di ibukota.Ahli bukan hanya slogan tapi bukti nyata dari keahlian yang akan diakui oleh banyak orang.

1 komentar: