Sabtu, 28 November 2015

25 November 2015




25 November 2015 HUT PGRI tahun ini istimewa bagiku.
Bukan hanya di karangan bunga,senyum,ucapan selamat dari anak didikku, permintaan foto yang tak habis-habisnya di setiap kakiku melangkah, serasa jadi seleb hari ini .
Bahagia ,sedih ,emosional bercampur jadi satu .
Bahagia ketika sadar aku mendapat tempat di hati siswa/iku .
Teringat saat menjadi siswa dan ada seorang guru yang hingga kini masih terkenang akan sosoknya , dan itu menjadi harapku ...menanam saat ini untuk memetik hasilnya saat yang tepat .

Menanam versiku adalah menanam kebaikan , menanam kasih sayang, menanam perhatian selain tranfer ilmu tentunya. 
Dan sadar menanam tak selalu mendapat bibit yang baik, lahan yang kondusif.
Ketika bercerita seorang siswa di HUT PGRI tentang keadaan hidupnya problema berat yang dihadapi , hingga berucap tak peduli dengan hidupnya ...
Oh masih bisakah aku menuntut KKM setinggi bintang di langit , menuntut banyak hal kognitif tanpa menyentuh afektifnya . Kebutuhan , perasaan , kegundahan dan kegalauan akan masa depannya . Selalu ditanamkan tentang indahnya kehidupan melalui pendidikan namun sering kali minin proses penguatan yang disertai dengan keteladanan untuk memotivasi .
HARUS BISA...How nya diajarkan dong...?
Tugas pendidik tak hanya sekedar tranfer ilmu dari buku . Tantangan terberat seorang guru saat ini adalah merengkuh hati siswa melalui keteladanan yang lebih berguna untuk bekal masa depan generasi penerus . SELAMAT HARI GURU

Minggu, 22 November 2015

Tak Selalu Sesuai Harapan

Menyatukan beberapa pikiran dan keinginan tak selalu sesuai rencana.
Sedikit kaget dan terperanjat saat membaca keluhan salah satu anak didikku yang merasa kegiatan drama adalah kegiatan yang cuma buang -buang waktu saja.
Menarik nafas panjang dan coba tenang menanggapinya ...tenang...tenang.
Berpikir dan merenung banyak banget ya tantangannya hanya untuk menggali kreatifitas siswa/i ku .
Di mulai dari diobrak-abriknya rencana program yang sudah dijadwal dari tahun ajaran baru mendadak kacau karena tuntutan kognitif sistem pendidikan yang gak jelas .
Ya sudahlah ...jabatan tak menjamin punya kuasa ternyata ...
Harapan besar bisa mengajarkan tentang toleransi , kematangan emosi , keberanian dan kreatifitas melalui kegiatan team work drama butuh kesabaran dan kebesaran hati pula untuk mengambil sikap bijak dan tenang .
Sistem pendidikan yang begitu mengagungkan kognitif menggiring pelakunya untuk selalu berkompetisi . Mengabaikan dunia sudah berubah butuh kerjasama bukan lagi kompetisi.
Bereaksi untuk menyampaikan uneg-uneg dengan cara yang santun dan mendapat arahan untuk mengubah jadwal dan tetap memotivasi agar tetap berkreasi kujawab dengan senyuman
 'kita lihat saja nanti apakah semangatku masih full batere atau butuh doping semangat ' 
Ketika berpikir ngapain repot-repot ...toh semua nyaman maka kreatifitas dan idealismeku yang menyusut dan mungkin akan hilang ,. Walau tantangan untuk menggali kreatifitas dan semangat bukan hal yang mudah untuk terus dipelihara . Dan ketakutan terbesarku ketika kedua hal itu hilang dariku

Promo Diri




Kesibukan menggunting , mencari gambar dan huruf dari majalah atau koran bekas yang kuminta siswaku membawanya . Ternyata menjadi keasyikan tersendiri yang dilakukan oleh siswa/i ku saat layanan klasikal Bimbingan Konseling .
Sesekali menghampiri meja guru untuk meminta arahan karena masih di dera kebingungan . Tekun mencari huruf per huruf dari rangkaian kata / kalimat yang di baca di koran atau majalah bekasnya .
Gambaran atau penilaian diri kegiatan yang sudah dilakukan sebelumnya. Johari Window , Time line kehidupan , dan analisis SWOT membuatku berharap mereka memahami dirinya secara baik tentang kelebihan dan kekurangannya  paham juga akan kesempatan dan ancaman yang mungkin akan dihadapi . 
 Bukan pekerjaan mudah untuk membuat siswa/iku percaya diri .Lingkungan yang kurang kondusif baik itu dilakukan oleh teman sekelasnya yang secara tak sengaja memberi komentar negatif  dengan menyoraki , menatap sinis  atau perilaku dan penilaian orang dewasa ( guru dam orang tua ) yang memberi label negatif merupakan faktor penghambat tumbuhnya rasa percaya diri siswa /i .
Ragu-ragu dan pesimis dalam memutuskan sesuatu adalah perilaku yang tampak dan menjadi tugas berat bagiku . 
Menjadi keprihatinanku ketika diberi kesempatan selalu menunjuk orang lain untuk maju tetapi menyoraki yang maju. Mengapa begitu tak percaya diri batinku . Namun sangat cuek ketika melanggar aturan dan norma masyarakat . 
Pergeseran nilai yang terjadi dalam kehidupan membuat banyak pula  perubahan yang terjadi dalam konsep diri siswa/i ku . 
Mungkin akan menjadi perjalanan panjang untuk bisa dengan badan tegap tatapan lurus dan berkata 
inilah "AKU"

Antusias 9.6...


Semangat dan kekompakan kelas teruji lewat tantangan kegiatan drama . 
Berulang kali merayu untuk bertanya tentang drama membuatku mengacungkan jempol karena antusias yang mereka tunjukkan . 
Saat kelas yang lain masih dengan keluhan karena tak sepakat dengan skenario dan peran para pemainnya berbeda dengan 9.6 . 
Kesiapan skenario dan toleransi saling menghargai sesama temannya membuatku kagum . 
Pelajaran berharga kupetik saat mengamati beberapa siswa yang memiliki kemampuan mengorganisisr teman-teman sekelasnya . Seperti tersihir dengan wibawanya . 
Bakat untuk jadi pemimpin terasah melalui kegiatan organisasi yang diikuti . 
Dengan beragam karakter teman-temannya , si jago menulis berkarya dengan skenario , si gemar mencoret berkreasi dengan posternya , si ceria , si patuh , si kinestetik berkumpul dalam satu kelas menjadi bagian terpenting untuk menunjukkan kekompakan kelas . 

Semangat mereka hanya tinggal semangat , tak usah pedulikan perasaan ...
Tujuan untuk membuat kompak hanya keinginanku saja , 
Biarlah cerita tentang masa remaja hanya menjadi cerita mereka ...

                               Ketika semangat itu masih ada....



Minggu, 08 November 2015

Coming Soon

Coming Soon aku beri judul tulisan itu karena aku memang menantikannya .
Seperti biasa hampir 3 tahun kebersamaan dengan siswa/i ku , kuberi mereka tantangan di akhir semester ganjil untuk penampilan drama di halaman sekolah .
Proses persiapan dilakukan sebulan sebelu penampilan . Meski di awal tahun ajaran seringkali meminta bocoran tema drama yang akan ditampilkan. Jawabanku biasanya hanya tersenyum nanti saatnya pasti saya sampaikan tema besarnya kataku . 
Akhir bulan Oktober kusampaikan tema drama tentang semangat kepahlawanan , mengambil moment hari pahlawan. Negosiasi dan keluhan bergema di ruang kelas , bebas dong bu  jangan tentang pahlawan . Kupahami masa remaja yangs saat ini sedang mereka jalani membuat mereka memiliki imajinasi sendiri tentang dunia mereka.Tak harus kaku menafsirkan tentang semangat kepahlawanan kataku . Mulailah memikirkan skenario , poster, peran , editing dan promosi sahutku lagi . 
November Rain seperti judul lagunya Jon Bon Jovi menantikan penampilan mereka H2C harap-harap cemas. Pertama karena sekian lama musim kemarau dan di bulan November hujan mulai turun membawa keberkahannya dan cemas ketika jadwal tampil nantinya bersamaan dengan turunnya hujan . 
Mendampingi mereka berlatih memberi energi dan mengulik memory 3 tahun yang lalu. 
Teringat 3 tahun yang lalu ketika memulai ide dan mewujudkan dalam drama , riuh dan paniknya tapi menyimpan kenangan terindah yang sulit kuhapus . 
Kesepakatan skenario dan pembagian peran sesuai skenario merupakan proses toleransi saling menghargai diantara mereka . 
Menggali kecerdasan Visual -Spasial untuk dituangkan dalam poster, memanfaatkan kemampuan Linguistik untuk membuat naskah drama juga mengamati kemampuan siswa / iku untk mengorganisir teman-temannya merupakan hal yang masuk dalam pengamatan interpersonal . 
Coming Soon ...tak sabar menantikan penampilan mereka . Kunikmati setiap proses dan keluhan yang disampaikan . Ketika aku berada dalam salah satu kelas untuk melihat latihan  tak jarang kelas yang lain merasa iri  dan berucap "gitu deh kelas kita dcuekin "  


                                         Proses Pembagian peran berlangsung dengan demokratis





                                                 Latihan dialog berlangsung dengan canda tawa yg akrab

Membangun Peradaban

Membangun Peradaban ...Kata-kata yang sangat menggugah . Kubaca di status FB rekanku .
Bergairah dan penuh semangat .
Profesiku sebagai guru menurutku sangat dekat dengan kata-kata itu . Disadari atau tidak melalui kompetensi ilmu , profesionalitas kerja adalah bagian dari membangun peradaban .
Kuyakini segala hal yang dilakukan untuk kebaikan dan bermanfaat adalah kegiatan membangun peradaban.
Bisa dillakukan melalui hal-hal sederhana yang mungkin dianggap tak berarti , namun ketika dilakukan dengan konsisten dan bersungguh -sungguh merupakan bagian dari membangun peradaban.
Melakukan dengan perilaku sederhana tersenyum tulus, menyapa siswa dengan penuh kehangatan , mengangguk penuh arti , menyediakan telinga untuk mendengar keluhan adalah perilaku sederhana yang bertujuan membangun peradaban versiku .
Ketika kompetensi pribadi sebagai konselor dalam bentuk perilaku sabar, peduli , dan perhatian yang menjadi modal untuk bisa menjadi konselor profesional digabung dengan keilmuan dalam bidang konseling mengarah pada tujuan konseling agar klien mandiri dan tangguh dalam kehidupannya .
Membangun peradaban identik "menanam manusia" butuh proses panjang dan berliku .
Ungkapan filsuf China " Apabila ingin memetik hasilnya dalam setahun maka tanamlah sayuran , apabila ingin memetik hasilnya dalam 10 tahun tanamlah buah-buahan . Berbeda ketika ingin memetik hasilnya dalam 100 tahun maka tanamlah manusia .
Membangun peradaban lewat pendidikan. Butuh kesabaran , ketekunan , kebijaksanaan menghadapi perubahan dan proses yang panjang