Minggu, 31 Juli 2011

Agen Perubahan ?

Agen perubahan suatu kata yang menurut pendapatku sangatlah mulia dan mempunyai tanggung jawab besar. Sebagai orang yang memilih profesi sebagai guru( menurut Giroux 1988): Guru bukan sekedar pekerja profesionalyang dipersiapkan untuk melakukan proses pendidikan di sekolah, akan tetapi guru adalah manusia bebas yang memiliki moral, dedikasi, dan semangat untuk menumbuhkan kekuatan kritis pada siswa-siswanya. Mulia kan tugas guru.
Dan dari tugas mulia itulah diharapkan guru juga dapat menjadi agen perubahan dari situasi yang ada dalam lingkungan dunia pendidikan. Setidak-tidaknya di lingkungan tempatnya mengajar. Apabila dibahas satu persatu tentang moral. Sejauh ini aku masih meyakini individu yang memilih profesi sebagai guru adalah orang yang bermoral nilai religius sangat tertanam dalam kehidupannya. Untuk dedikasi hal ini pun sangat melekat , loyal pada aturan. Meski terkadang aku di buat bingung juga dedikasi dan loyal sebaiknya ditujukan pada pimpinan atau pekerjaan ya? Karena tak jarang dalam dunia pendidikan lingkup sekolah, yang namanya guru harus patuh...tuh dengan kepala sekolahnya.Padahal sering terdengar kata-kata yang mengatakan kepala sekolah adalah tamu di sekolah tersebut , tetapi pada kenyataannya tetap saja apapun maunya kepala sekolah yang terkadang tak sesuai dengan kondisi sekolah di "ada-ada" in dengan menyelimuti kebijakan untuk kebaikan dan nama baik sekolah padahal yang akan mendapat nama kan kepala sekolahnya bukan guru-gurunya. Dan yang terakhir adalah semangat guru untuk menumbuhkan kekuatan kritis pada siswa-siswanya. Nah untuk hal yang ini aku sebagai guru masih jarang melihatnya. Momok yang menakutkan manakala guru menemukan siswa yang kritis .
Menjadi agen perubahan bagi seorang guru agar dapat menghasilkan siswa-siswa yang kritis adahal hal yang harus terus dilakukan dari sekarang, paling tidak si guru tersebut juga diharapkan menjadi orang yang berani untuk menyampaikan aspirasinya, bukan hanya menerapkan mental yang patuh ( atau berdedikasi saja) . Bagaimana bisa mengajarkan siswa menjadi kritis apabila mental gurunya pun belum berani untuk berubah. Dan akan mengalami kesulitan untuk menjadi agen perubahan apabila dalam kehidupannya si guru masih dihantui rasa takut dan tidak nyaman untuk berekspresi.

Sabtu, 30 Juli 2011

Kata "bintang"

Tadi siang anakku Alya sedang tertarik untuk membaca zodiaknya.Membacalah dia keras-keras dengan suara lantang. Semua zodiak penghuni rumah di baca. Ayah gak pantas jadi guru karena bla-bla-bla katanya, dan bunda adalah orang yang pemaaf , tegas dan pekerja keras tapi menurut zodiaknya bunda tetap gak pantas jadi guru juga. Hahaha...lucu anakku. Dan aku jadi ingat juga saat beranjak remaja dahulu. Mulai senang membaca majalah remaja yang baru terbit. Dan pastinya yang dilihat terlebih dahulu adalah ramalan bintangnya. Ya pastinya tentang asmara setelah itu tentang keuangan. Dan kemudian menjadi cerita seru dan membahagiakan manakala seseorang yang sedang ditaksir tiba-tiba tersenyum apalagi menegur, langsung berpikir bener lo kata ramalan bintangnya hehhehe.
Dan sekarang seiring berjalannya waktu, bertambahnya usia.Ramalan bintang hanya sekedar cerita masa lalu. Segala hal yang terjadi menjadi pemikiran matang untuk di evaluasi . Dipikirkan secara tepat untuk keputusan yang terbaiknya. Bener banget kata orang bijak yang berbicara " selagi muda kita belajar, dimasa tua kita memahami"

Jumat, 29 Juli 2011

Sedikit cerita

Teringat kejadian-kejadian lucu bersama teman-teman di tempat kerja.Seorang temanku mengatakan udah tenang aja aku tadi udah minta tolong Nadya untuk beli gorengan untuk kita santap sama-sama. Dan tak lama berselang hadir seorang siswa bernama Mikail membawa sebungkus gorengan. Dan temanku agak heran , loh kok kamu yang nganterin gorengannya Mikail kan bapak nyuruh si Nadya. Dan Mikail menjawab iya pak saya sekalian ke atas. Oh ya gak apa-apa, terimakasih ya.Begitu Mikail berlalu temanku santai menjawab bagus pak yang datang Mikail kalau sampai Israil yang datang bisa berabe kita.

Kamis, 28 Juli 2011

Wacana pindah ruangan

Kembali teringat dengan kejadian 3 tahun yang lalu saat tiba-tiba saja ruangan kerjaku dipindahkan ke tempat yang menurut aturan kurang representatif untuk ukuran sekolah standar nasional. Terjadi perdebatan dan perselisihan yang berkepanjangan . Sampai bentuk penolakan yang kami lakukan adalah berkantor di mushola sekolah, mungkin memalukan tetapi toh kami tetap berusaha bekerja maksimal tak terpengaruh oleh ruangan. Sebaliknya ada hikmah dibalik kejadian tersebut kegiatan beribadah lebih intens dilakukan . Bahkan sampai akhirnya terkirim dari pesan singkat ibadah dianggap sebagai pura-pura. Padahal siapa yang tau mengenai khusuknya ibadah. Urusan khusuk ibadah urusan antara yang diciptakan dan Sang penciptanya tak akan bisa seorang manusiapun mengatakan apalagi memvonis ibadah individu yang lain.
Dan siang tadi rapat membahas tentang program sekolah. Salah satu wacana yang di utarakan adalah tentang pemindahan ruangan BK ke tempat yang baru. Bukan tak suka dengan perubahan tetapi harus diuji alasan pemindahan ruangan secara akurat. Jangan sampai kejadian yang lalu terulang lagi karena alasan suka dan tidak suka si pengambil kebijakan . Sampai akhirnya mengundang pihak Abkin untuk melakukan mediasi .Jangan pernah menganggap bawahan tak memiliki wawasan untuk menyuarakan aspirasinya sesuai dengan prosedur yang ada . Sering kali bawahan di doktrin untuk patuh dengan atasan. Padahal atasan juga membutuhkan bawahan untuk dapat melaksanakan dengan baik semua programnya. Masing-masing saling membutuhkan sebenarnya tetapi atasan terkadang lupa dengan posisinya, seakan-akan telah memberi nafas bagi kehidupan bawahan. Dan bawahan juga begitu patuhnya dengan menganggap rezeki memang berasal dari si atasan . Ya jadilah kesesuaian . Botol ketemu tutup. Saling melengkapi
Rasanya gatal saja mulut untuk menyampaikan keberatanku, walau beberapa teman seperjuangan tak hadir bersama . Tapi tetap harus diperjuangkan. Bertanya dengan alasan apa menyampaikan wacana pindah ruangan, dan dijawab cukup diplomasi ini baru wacana kok bu...tetap harus kita pertimbangkan secara matang.
Setelah selesai rapat seorang teman berkata, aku sebenarnya ingin ikut ngomong, tapi khawatir kena skak , kan dirimu juga numpang kok keberatan....

Rabu, 27 Juli 2011

Katanya Peraturan

Materi pertama yang aku sajikan untuk dibahas oleh siswaku adalah membedah peraturan yang ada di lembagaku. Aku katakan kita jadi pengacara yang akan menganalisa peraturan-peraturan yang ada di buku penghubung di tempatku mengajar. Sengaja aku katakan kita jadi " pengacara" karena sebelumnya saat mereka masih duduk di kelas yang pemula, aku telah mengajak mereka untuk menjadi "wartawan" yang mewawancarai teman-teman sekelasnya berkaitan dengan aturan-aturan yang harus mereka buat berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan.
Dan sekarang aku memberi contoh tugas yang harusnya mulia dilakukan oleh " pengacara" membela klien , tetapi dalam pandangan siswa/i ku menurut mereka adalah membela yang mau bayar...waduh seperti itu pandangan mereka. Tak bisa disalahkan karena memang seperti itulah yang terjadi di masyarakat kita.
Ada peraturan yang dibuat oleh pihak sekolah, meskipun aku tak terlibat di dalamnya saat pembuatan peraturan tersebut. Dan saat aturan-aturan tersebut telah diterapkan selama hampir 2 tahun dan saat sekarang aku mulai membuka cakrawala berpikir mereka ( kalau gak mau disebut cuci otak) membedah satu persatu pasal , satu persatu point-point pelanggaran dan juga point penghargaan. Menurutku cukuplah untuk permulaan karena dari hasil koreksianku tentang tugas yang mereka kerjakan , aku menemukan banyak hal-hal yang janggal dan tidak adil dari bahasa siswaku. Terlalu tergesa-gesa saat peraturan tersebut di buat.Dan juga tak mencerminkan bagaimana peraturan tersebut berusaha membuka wawasan siswa. Mengkerdilkan kognitif siswa lebih tepatnya . Membingungkan satu sisi mengajarkan siswa untuk berpikir kritis namun menerapkan aturan yang membonsai pemikiran mereka untuk patuh atau " takut"

Senin, 25 Juli 2011

Si Hitam dan si Gendut

Saat upacara bendera pagi tadi, ada hal-hal yang menurutku tak pantas untuk dicontoh. Manakala kegiatan upacara dimulai , diawal semua berlangsung cukup hidmat. Sampai dengan pengibaran bendera merah putih berlangsung dengan sakral. Menyenangkan melihat siswa-siswiku yang dengan penuh percaya diri melangkah tegap membawa bendera dan mengibarkannya.
Tetapi mendadak semua jadi tak menyenangkan, saat pembina upacara yang memiliki jabatan cukup terhormat berteriak lantang menyebutkan " hei hitam, kamu berisik saja. Dan tanpa diperintah semua leher dewan guru berputar menoleh ke arahnya. Kaget dan terbengong mendengar seruannya yang cukup kencang tapi tak mendidik. Memulai lagi amanat yang aku juga tak paham apa yang sedang dibahasnya dan terloncat lagi satu kalimat tak mendidik dan mempermalukan dirinya untuk kedua kalinya di depan para peserta upacara. " Gendut , yang pengurus Osis kamu tak memberi contoh kepada teman-temanmu.....Dan lagi -lagi aku dibuat terbengong dengan ucapannya yang menggunakan pengeras suara...LANGSINGKAH DIA, PUTIHKAH DIA....???

Minggu, 24 Juli 2011

Sisi lain dari demo

Jumat sore sehabis beraktifitas untuk mengakhiri minggu ini. Melewati jalan yang biasa. Menaiki tangga Busway dan setia menunggu kedatangan. 10, 15 menit muncul busway dengan penuh sesak dan tak mungkin aku memaksakan diri untuk masuk karena pasti akan membuat penumpang lain bersungut-sungut dan jengkel kepadaku. Ku tahan langkahku untuk tidak memasuki busway yang penuh sesak tersebut dan kembali menunggu. Lama juga sampai akhirnya muncul orang-orang berjalan memenuhi 4 jalur jalanan yang biasa dipenuhi oleh mobil-mobil pribadi . DEMO atau unjuk rasa ratusan orang berjalan melewati jalan protokol. Santai dengan membawa berbagai atribut demo sesekali mereka bernyanyi dan berteriak - teriak. Senasib sepenangungan kata pepatah.Kemudian busway yang aku tunggu-tunggu datang walau tetap penuh sesak aku memaksakan diri untuk masuk ke dalam, sret...sret sampai juga pada posisi yang cukup nyaman. Sepanjang perjalanan yang dilalui busway terlihat gerutuan sesama penumpang yang perjalanan dan waktu menjadi terhambat. Tetapi tidak dengan aku, entah sedang mengalami perasaan apa , aku malah menikmati laju busway yang tersendat karena ratusan orang yang berdemo dan menuju gedung Jamsostek tersebut. Walau terlihat di wajah-wajah mereka, kelelahan tapi ada raut bahagia karena mungkin bisa membuat macet ibukota di sore hari . Sementara dalam busway yang penuh sesak itu aku juga berpikir dan kagum dengan orang-orang yang mengikuti demo tersebut. Terlepas dari banyak orang dirugikan tapi menurutku mereka orang-orang yang memiliki sisi lain yang hebat. HEBAT karena mau berjuang...hebat karena berani menyuarakan aspirasi dan keinginan . Hebat dan sangat hebat bahkan . Karena menurutku juga di zaman sekarang jarang ada orang yang mau berlelah -lelah menyuarakan aspirasinya dengan berjuang . Seringnya malah mencari jalan pintas agar keinginannya cepat terwujud. Jadi demo bagaimanapun bentuknya, entah ditunggangi kalo kata koran atau murni demo pastinya ada sisi lain yang bisa dibahas untuk dicari jalan keluarnya .

Life Skill

Kecakapan hidup artinya dalam bahasa Indonesia. Bukan hal yang mudah untuk diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Bekalnya bukan hanya pada ilmu pengetahuan dan keahlian tertentu. Tapi banyak sekali yang dapat dijadikan bekal diantaranya kesabaran , keuletan,kegigihan, daya juang ….pokoknya panjang sekali. Dan saat aku menyadari bahwa kesabaran , keuletan , tangguh merupakan salah satu bekal untuk menjadi life skil. Hal-hal itu tak pernah masuk dalam kurikulum nasional. Kemarin aku tersadar makna dari kata-kata Life skil. Sewaktu aku melihat seorang pekerja taman yang sedang menyusun bebatuan di sebuah taman di rumah perubahan Rhenal Kasali . Begitu sabar memilih batu-batu yang berbentuk pipih untuk disusun dengan posisi menghadap ke atas. Sehingga saat di pijak oleh kaki-kaki yang melangkah ada rasa seperti pijatan refleksi yang membantu mengaliri sumbatan darah . Si pekerja cukup tekun dan sabar melakukan pekerjaan tersebut. Cukup lama aku mengamati dan sembari berpikir tak semua orang memiliki kesabaran seperti itu. Mungkin terlihat sepele . Hanya seorang pekerja taman yang menyusun bebatuan agar terlihat rapi . Tapi makna dibalik hal tersebut menurutku luar biasa. Aku sendiri pun belum tentu memiliki kesabaran dan keuletan untuk terus menyusun dan menyusun.

Sabar , ulet, gigih bukanlah hanya berupa kata-kata yang bisa diucapkan. Tetapi merupakan suatu bentuk perilaku yang membutuhkan tenaga ekstra agar bisa mewujudkan tujuan yang hendak dicapai. Karena manusia yang merupakan individu yang selalu diliputi oleh kebosanan dan kebosanan. Jadi bukan hal yang mudah untuk mengembangkan life skill tetapi akan selalu bisa dicoba untuk menjadi lebih baik.

Selasa, 19 Juli 2011

Menulis untuk berubah

Dua hari mengikuti pelatihan di Rumah Perubahannya pak Rhenald Kasali memberi banyak informasi baru. Pencerahan dan wawasan yang semakin bertambah. Kegiatan hari pertama yang diisi oleh pembicara yang telah melahirkan banyak buku best seller membuatku semakin mengaggumi sosok Prof Rhenal Kasali . Selama ini aku hanya bisa membaca tulisan-tulisannya di koran Seputar Indonesia . Tulisan yang selalu memberi inspirasi bagi ku. Sering setelah selesai membaca koran yang baru aku beli di stasiun kereta menjelang berangkat kerja ada inspirasi baru yang hinggap di kepalaku untuk kutuangkan menjadi tulisan sesuai dengan pengalaman yang aku alami. Pernah aku ingat waktu membaca tulisan yang membahas tentang hari kasih sayang . Dan kebetulan aku juga memberi materi pelajaran tentang berbagi kasih kepada siswa ku dan aku masukkan tuisanku tentang pengalaman mengajar dengan tema Berbagi kasih. Dan ternyata hal itu juga membuatku kaget karena tulisan yang aku terbitkan di note FB ku mendapat tanggapan yang beragam . Ada yang secara terang-terangan memberi koment yang mengingatkan untuk tidak merayakan hari kasih sayang ( Valentine day). Sementara banyak juga dari siswa-siswiku yang menyempatkan diri untuk membaca tulisanku berkomentar kenapa kegiatan tersebut dilaksanakan justru saat mereka tidak lagi menjadi siswa bimbinganku secara langsung. Mereka mengeluh dan menyesali. Aku berpikir dari tulisan yang aku terbitkan tersebut berarti pesan tentang makna kasih sayang telah sampai pada yang membaca. Walau dengan berbagai pemahaman pada masing-masing pembaca.
Dimulai dari hal itulah kemudian aku berpikir segala hal yang kita pikirkan dan kemudian dituangkan dalam bentuk tulisan akan mampu membuat para pembaca memiliki cara pandang dan wawasan baru . Menjadi tertantang untuk " mencuci otak " orang dengan tulisan karena dengan tulisan yang sarat makna akan membuat si pembaca merubah cara berpikir dan lambat laun juga cara bersikap. Untuk perubahan ke arah yang lebih baik kenapa tidak dicoba...

Sabtu, 16 Juli 2011

Adaptasi

Proses penyesuaian diri yang dilakukan setiap individu adalah proses yang berlangsung seumur hidup. Tak terkecuali bagi individu yang telah dewasa.Kemaren menjelang siang pulang sekolah beberapa siswaku datang dengan berurai air mata karena merasa tidak nyaman berada di kelas yang baru. Sempat ada pertanyaan yang diucapkan oleh siswaku tersebut kenapa saya yang harus dipindahkan ke kelas yang lain. Apakah saya teramat nakal sehingga harus dipisahkan dari teman-teman yang lain. Sehingga akhirnya saya bertanya juga menurut kamu nak, apakah kamu termasuk dalam kategori siswa yang bandel. Ternyata dari dialog tersebut ada sesuatu yang membuat saya tersenyum simpul. Pernyataan siswa saya yang mengatakan bahwa wajar kan bu , kalau siswa ngobrol di kelas kadangkala sedikit bandel . Bagi saya yang selalu berusaha memahami kondisi psikologis siswa hal yang dikatakan oleh siswaku itu masuk akal.Dan aku pun pernah mengalami masa menjadi siswa dimana sering merasa jenuh juga saat guru hanya menjelaskan pelajaran dan siswa diminta hanya menjadi pendengar.Karena hal yang paling sulit dilakukan adalah mendengar. Setiap individu yang diberi anugrah panca indera mulut untuk berbicara sangat sulit mengerem perilaku tersebut. Kebiasaan kita untuk berbicara mungkin memang merupakan warisan dari orang tua kita.Ingat dahulu orang tua kita sangat bingung manakala apabila anaknya yang telah berusia 2 tahun belum bisa bicara. Dan sekarang saat mereka anak-anak kita telah memasuki usia sekolah mengapa kebiasaan yang telah dipupuk dari usia balita tiba-tiba harus dihilangkan dalam usia remaja mereka.Tiba-tiba saja dilarang untuk berbicara dalam kelas saat guru ada di kelas.Terkadang kita sebagain orang dewasa memang sering membingungkan ya...aku sebagai guru sering mati gaya apabila harus mengajar dikelas yang pasif...diaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaam saja.Berbagai cara aku lakukan agar siswa yang aku ajar mau bereaksi bertanya. Tapi ternyata ada juga rekan-rekanku yang justru malah mati gaya saat siswa yang diajar sangat reaktif dan yang terjadi adalah kasus pindah memindahkan siswa tanpa setahu aku sebagai pembimbing mereka

Senin, 11 Juli 2011

Sabar untuk siapa...???

Hari pertama sekolah dipenuhi dengan semangat dan harapan , tetapi ada juga kejengkelan yang terselip. Kesempatan tak diberi untuk orang yang tak berpunya. Tetapi lain cerita untuk orang yang berpunya. Selalu dan akan selalu ada kesempatan kedua...ketiga...keempat bahkan mungkin sampai berulang kali. Ada satu hal yang bisa menjadi renungan untukku manakala di sore hari orang tua yang tak diberi kesempatan kedua mengirim sms kepadaku mengatakan bahwa putranya telah diterima di sekolah yang lain dan memohon doa dari aku agar putranya dapat beradaptasi dan menjadi lebih baik. Amin Harapan orang tua tersebut diselimuti oleh kesabaran seorang ibu yang luar biasa. Menerima putranya dengan segala kelebihan dan kekurangan yang dimiliki oleh putranya. Bagi aku tak ada yang salah dari anak didikku itu. Tetapi kami yang kurang memiliki kesabaran untuk terus mendidiknya menjadi lebih baik sesuai dengan standar yang ada di sekolah kami . Sementara untuk siswa yang lain yang masih diberi kesempatan aku tak begitu paham apakah dia juga diuji kesabarannya atau malah mungkin kami yang masih dan harus selalu diuji kesabaran untuk terus mendidik siswa ini. Akhirnya aku sampai pada suatu pemikiran dangkal apakah kesabaran hanya milik orang susah saja. Karena selalu ada istilah" Sabar ya" dan diperuntukkan untuk orang yang sedang berharap. Dan untuk yang diharapkan tak perlulah memakai istilah sabar .

Jumat, 08 Juli 2011

Tentang RSBI

Kepanjangan dari Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional cukup memiliki nilai untuk di jual kepada orang tua siswa yang mencari gengsi saat ingin memasukkan putra-putrinya ke suatu sekolah.Tetapi pada prakteknya tidak sesuai dengan amanat UUD yang memberi kesempatan bagi semua warga negara untuk mendapat pendidikan. Dalam pasal 31 ayat 1: Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan dan dalam ayat 2 lebih dijelaskan secara rinci , setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya. Rasanya UUD cukup memberi perhatian kepada warganya tapi tak begitu dilaksanakan oleh penyelenggara negara. Sering terdengar dan bahkan banyak terjadi anak-anak usia sekolah tak mengenyam bangku pendidikan. Jangankan menikmati pendidikan di ruang ber AC yang biasanya di khususkan pada sekolah yang memiliki standar internasional untuk belajar di kelas reguler saja mereka masih teramat khawatir karena masih dibebankan dengan pungutan-pungutan siluman yang " tujuannya untuk peningkatan mutu ." Peningkatan mutu atau gengsi para pengambil kebijakan di sekolah ya? Aku sebenarnya tak begitu memahami maksud diadakan sekolah berstandar Internasional apakah itu masih berbentuk rintisan ataukah sudah SBI, untuk tujuan apa sih? Apabila ingin membuat menstandarkan pendidikan di Indonesia dengan standar internasional apakah harus dengan cara mengkotak-kotakkan siswa dalam kelas yang berbeda? Pernah aku ingat komentar yang diungkapkan oleh pengamat pendidikan yang kurang setuju juga dengan adanya program RSBI atau SBI tersebut, apakah dengan siswa masuk dalam kelas RSBI maka sudah dapat dikatakan memiliki standar Internasional? Belum lagi penyelengaraan sekolah RSBI dilakukan dalam sekolah yang dulunya dibangun untuk sekolah reguler dan akhirnya kelas reguler menjadi tersisih karena membuka kelas RSBI lebih banyak mendapat keuntungan yang diperoleh oleh pihak sekolah . Dan berdasarkan pengamatan mengajar di kelas RSBI , aku merasa tak ada yang berbeda siswa yang aku ajar di kelas RSBI dan kelas reguler dalam pemahaman mereka. Bahkan siswa dari kelas RSBI cenderung lebih bersikap seenaknya dan kurang memiliki sopan santun saat menghadapi guru. Dalam pemikiran kami para guru sering merasa tak dihargai mungkin karena mereka sudah merasa membayar ya.Padahal dalam materi yang diajarkan aku pun tak memberi materi tentang cara bersikap tak sopan pada orang yang lebih tua. Tetapi sikap dan perilaku yang ditampilkan justru seperti itu. Kembali lagi mengenai RSBI masih menjadi kebingunganku sebagai penyelenggara pendidikan di tingkat dasar. Kemdiknas juga mendengung-dengungkan tentang pendidikan berkarakter tetapi apakah hal tersebut tak bertabrakan dengan niatnya juga untuk membuat sekolah berstandar Internasional. Untuk membuat rakyat yang memiliki karakter sesuai dengan budaya bangsa tetapi melupakan ada dorongan yang lebih kuat untuk menstandarkan siswa sesuai dengan standar internasional . Mungkinkah dalam tempo singkat ( 3 tahun di SMP dan 3 tahun di SMA) mereka berkarakter nasional tetapi standarnya Internasional ???

Kamis, 07 Juli 2011

Mengigau...

Seharian kemarin aku mengikuti keinginan putra-putriku untuk mengisi kegiatan liburan, menyenangkan memang saat melihat wajah-wajah ceria penuh senyum dengan tatapan mata berbinar saat keinginannya dituruti. Langsung bergegas menuju tempat outbond dan mengarungi setiap rintangan yang telah dibuat. Berteriak kegirangan meminta lagi untuk ketempat tersebut. Sampai akhirnya saat lelah mulai datang,menghampiriku dan turun dari rumah pohon . Dan kembali merengek untuk pindah ke tempat yang lain lagi. Saat melihat ada perlintasan Inline skate mulai tergoda untuk mencoba...dan kembali melancarkan rayuan untuk belajar. Mengamati dengan penuh seksama saat instruktur dengan penuh kesabaran mengajari tahapan-tahapan yang harus dilalui oleh kedua putra-putriku. Tertatih...belajar berdiri dan menjaga keseimbangan. Terkadang harus jatuh dan jatuh lagi. Saat mulai bisa berdiri diatas sepatu yang telah diberi roda , mncoba melangkah satu persatu langkah persis seperti saat baru belajar jalan. Tapi tetap dengan penuh semangat kembali lagi berdiri dan mencoba lagi dan lagi.Dan menjelang matahari tenggelam saat senja mulai menjemput malam , menyudahi latihan dengan rasa bahagia terpancar dari wajah yang lelah bercampur kecerian cerita-cerita seru. Sesampai di rumah dengan kelelahan yang menggayuti tubuh . Membasuh tubuh dengan air untuk membersihkan tubuh dari berbagai kuman dan kotoran yang menempel setelah beraktifitas seharian. Dan saat tidur terjadilah kejadian yang cukup menggelikan terjadi jawab-jawaban antara kakak dan adik yang sudah tertidur lelap...." awas de...kakak mo jatuh nih...dengan suara cukup nyaring di tengah malam yang sunyi sepi. Lucunya adiknya dalam lelap tidurnya pun menjawab juga..." apa an sih kakak, lewat sebelah sana dong..."

Selasa, 05 Juli 2011

Yang masuk dan keluar

Ada pepatah lama yang berbunyi " You are what You Eat" . Tidak hanya sekedar makanan yang kita masukkan melalui saluran pencernaan kita yang nantinya akan keluar menjadi ampas yang tak berguna mungkin. Tetapi bagaimana kita memasukkan hal-hal yang berguna pula untuk menjadi pemikiran kita.Saat kita memasukkan makanan yang sesuai dengan kandungan gizi yang telah sesuai dengan standar kesehatan tapi ternyata kitapun turut pula memasukkan dalam pikiran kita hal-hal yang akan membuat otak kita bekerja tidak sesuai dengan kapasitasnya maka berakibat timbul suatu penyakit fisik yang sebenarnya disebabkan oleh pikiran-pikiran kita . Tidaklah mengherankan karena "makanan" yang masuk ke dalam pikiran kita sering kali melahirkan perasaan -perasaan resah, gelisah , susah dan menjadi tidak bahagia. Kita adalah apa yang kita makan . Kita tergantung dari "makanan-makanan " yang kita masukkan dalam pikiran kita seperti buku yang pernah aku baca karyanya Arvan Pradiansyah, Menurut Arvan Pradiansyah banyak sekali orang di Indonesia saat ini sejak dari pagi hingga larut malam duduk manis di depan televisi menonton tayangan-tayangan yang menjejali otaknya, tapi cari tau juga apa sih yang di tonton sehingga menghasilkan kualitas manusia Indonesia seperti sekarang ini?Memasukkan sesuatu ke dalam pikiran efeknya jauh lebih lama bersarang di banding tanpa sengaja kita kemasukan makanan beracun ke dalam tubuh melalui mulut. Proses untuk menetralkan makanan yang masuk melalui mulut lebih mudah dilakukan bisa dengan cara tradisional misalnya dengan cara meminum air kelapa, susu atau obat . Tetapi tidak demikian dengan memakan ( tanpa sengaja) tontonan yang tidak baik . Dan hal seperti ini pernah dialami oleh seorang siswa bimbingan ku yang tanpa sengaja dia menonton tayangan film yang belum layak untuk di tontonnya dan akibatnya untuk beberapa waktu lamanya dan menurut pengakuannya hingga saat ini pun masih selalu ada godaan untuk menonton lagi dan menimbulkan efek ketagihan mungkin. Yang terjadi adalah dia nyaris tak mampu untuk menahan godaan dan sikap perilaku yang menjurus pada sikap asusila. Dan sekarang untuk bahan perenungan masihkah kita akan memasukkan " makanan " yang akan merusak cara berpikir kita. Yang akan pula berakibat pada penilaian kualitas diri kita?

Minggu, 03 Juli 2011

The right man and the right place

Pepatah yang sangat baik untuk di pahami.Dan saat digabung dengan satu hadist yang berbunyi moga-moga tidak salah ya, serahkanlah urusan ke ahlinya dan apabila tidak tunggulah kehancurannya.Bermakna sangat dalam. Memang mungkin sebaiknya segala urusan diberikan pada orang yang tepat agar dapat diselesaikan dengan baik setiap kesulitan yang datang. Tetapi akhirnya menjadi pemikiranku juga manakala dengan kesombonganku sebagai manusia aku mentah-mentah menolak suatu jabatan yang diberikan padaku karena menurutku tak sesuai dengan kapasitas ku sebagai konselor. Dan dengan sikapku yang tak pantas di contoh aku mendatangi pimpinanku dan mengatakan aku tak bersedia menerima jabatan tersebut karena aku merasa tak dihargai. Aku katakan lebih baik tak mendapat jabatan dari pada ditempatkan pada tempat yang tak tepat. ( Sombong ya)
Kemudian aku ngobrol dengan beberapa rekan mengenai perilakuku yang arogan(mungkin )menurut penilaian ku sendiri, sebagian besar mendukung tindakanku yang cukup berani menolak suatu jabatan yang tak sesuai dengan kapasitas ku. Tetapi ada satu pendapat dari teman baikku yang lain yang cukup memberi pencerahan bagiku. Terkadang kita memang harus bersedia di tempatkan pada posisi yang tidak menyenangkan karena di tempat itulah kita ditempa untuk lebih matang. Wah luar biasa tak pernah aku berpikir ke arah itu . Kebutulan aku cukup senang membaca cerita-cerita tokoh terkenal dan dalam cerita selalu di ceritakan bagaimana para tokoh menghadapi setiap tantangan di tempat yang berbeda-beda dan terkadang mungkin juga tidak sesuai dengan harapan mereka tetapi justru di situlah letak ujiannya. Ujian untuk dapat menaklukan keegoisan diri sendiri. Bukan hal yang mudah tetapi bisa dicoba untuk membuat diri menjadi lebih matang dan bijak. Terakhir mungkin aku harus berterimakasih pada temanku yang telah menyadarkanku tentang suatu hal the right man and right place....???

Sabtu, 02 Juli 2011

PEMIMPIN YANG KAMI RINDUKAN

Puisi karya LK Ara

Pemimpin yang kami rindukan
Pemimpin yang sederhana
Tak banyak cakapnya
tapi banyak kerjanya
berbuat iklas untuk rakyatnya

Pemimpin yang kami rindukan
Pemimpin yang sederhana
gemar melindungi rakyatnya
dan berfikir keras mensejahterakan rakyatnya

Pemimpin yang kami rindukan
Tak perlu terlalu pintar
memiliki daya hafal luar biasa
sehingga tercatat dalam sejarah
tapi cukup menguasai ilmu syariat
mengenalkannya dan menyampaikannya
kepada kami rakyatnya

Pemimpin yang kami rindukan
Pemimpin yang suka mendengar keluh kesah
rakyat yang menderita
Pemimpin yang sabar , ikhlas, dan jujur kepada Allah

Pemimpin yang kami rindukan
Pemimpin yang menolak menggunakan mobil dinas
yang mahal karena faham rakyatnya masih banyak yang lapar

Pemimpin yang kami rindukan
Pemimpin yang menolak tinggal di istana
karena tahu rakyatnya masih banyak yang tinggal di tenda

Sungguh...sungguh ...kami merindukan
Pemimpin yang sederhana
yang hidup jauh dari kemewahan
Karena kebahagian , kesenangan dan kesehatan
terletak pada kesadaran diri
Tidak pada kehidupan yang berlebihan

Setelah bencana
setelah tsunami
setelah banjir di mana-mana
kami semakin rindu
kami semakin rindu ya Allah

Pemimpin yang sederhana
yang mampu menghimpun kekuatan
dari sisa-sisa kekuatan yang ada

Kami rindu pemimpin ya Allah
yang dapat menyatukan kemampuan
dan mengangkat harapannya

Pemimpin yang mampu kerja keras
untuk menghimpun kebajikan
Pemimpin yang mau memberi suluh
bila melihat rakyatnya dalam kegelapan

Pemimpin yang ringan tangannya
bila rakyatnya terpuruk dalam duka
Ya Allah kami rindu pemimpin yang seperti itu
Sungguh kami merindukan

Pemimpin yang sederhana
yang tekad bersama rakyat mengatasi kesulitan
bila bencana datang
Bahkan sudah tahu kapan bencana kiranya menyerbu
sehingga rakyat tetap waspada
rakyat tetap siaga
Ya Robbi kami mohon kepadamu
kirim kami pemimpin yang kami rindu

Puisi yang menggetarkan ini pernah dibacakan oleh penulisnya ayah LK Ara saat lounching buku karya sastra yang berjudul Potret Pimpinan yang arogan terhadap bawahan. Dan kembali di bacakan oleh rekanku saat acara lepas sambut kepala sekolah. Semua terdiam haru menyimak bait demi bait yang dibacakan dengan penuh penjiwaan. Dadaku pun ikut bergetar hebat. Berharap setelah sekian lama bekerja dalam bayangan tak ada kejelasan karena visi yang tak menentu akan ada perubahan yang terjadi. Pastinya perubahan ke arah yang lebih baik tentunya seperti juga aku pernah menulis di note fb ku tentang harapanku tentang
"Pemimpin yang membumi"

Hampir 5 tahun tak merasakan
dianggap sebagai manusia
tak diajak bicara
tak diperdulikan
Mungkin karena terlalu tinggi jaraknya
antara langit dan bumi
dan ada kesenjangan di tengahnya
Kemarin panjang gelarnya
Yang kemarin juga panjang predikatnya
yang kemarin juga jauh menjangkaunya
bagai ingin meraih bintang di langit
Harapanku...
Untuk yang kini
Tak perlulah panjang gelarnya
tak perlulah panjang predikatnya
Asal tetap membumi
juga menghargai manusia

Jumat, 01 Juli 2011

Monster yang dirindukan

Ngobrol santai dengan rekan kerja saat menunggu jadwal sarapan pagi saat raker tadi pagi. Rekanku mengatakan dia gak bisa pergi lama-lama dari rumah karena ada yang dirindukannya, aku penasaran bertanya siapa. Karena setahu aku dia tidak memiliki anak balita lagi dan anaknya juga tak tinggal bersamanya. Ternyata yang dirindukannya untuk cepat-cepat pulang ke rumah adalah suara kicau burung peliharaannya yang menurutnya cukup banyak .Cuit...cuit...cuit...meriah sekali bu, dan membuat tenang setelah beraktifitas dalam kemacetan dan rutinitas . Dan aku langsung menimpali kalau saya seperti gak perlu deh memiliki peliharaan burung dengan aneka ragam bunyi karena saya yakin banget tanpa peliharaan burung pun apabila ada saya dirumah sudah cukup ramai suasananya. Wah hebat dong bu Ninik kata rekanku lagi.Maksudnya tanya ku lagi? Ya selalu dinantikan oleh anak-anak di rumah. Oh mudah-mudahan kataku lagi. Sementara rekan yang lain menimpali sambil tersenyum simpul karena sudah sering mendengar bagaimana cerita ku yang di beri label oleh kedua putra putri ku sebagai monster. Dengan berbisik-bisik dengan teman-teman mainnya putraku yang kecil pernah berkata kepada temannya kamu jangan galak-galak kayak bundaku saja suka marah-marah dan kalo udah marah kayak monster...hihi...serem . Aku yang mendengar di kejauhan sedikit terperangah...oh ternyata mereka sering membicarakan orang tuanya ya....!!!
Dan saat aku sudah sampai di rumah lagi setelah semalam tidak pulang karena ada acara di Puncak, putraku yang kecil langsung menghampiri aku dan minta digendong. Aku pegang lehernya kok agak hangat ya. Aku bertanya adek udah makan? Bunda suapin ya. Amandel adek kumat bunda.susah untuk nelan. Ya bunda suapin pelan-pelan. Dan selesai aku suapi ternyata energinya ngumpul lagi mulai lah beraktifitas lagi yang kalau pinjam istilah bahasa Jawa Bedigasan lagi deh... Dan yang membuatku terhibur adalah reaksi emosionalnya yang tak bisa dibohongi dia kangen juga dengan Monster....hehehe...