Minggu, 23 Desember 2012

Menutup 2012 dengan manis


Minggu terakhir kbm di semester ganjil ditutup dengan pementasan drama dari tiap kelas. Terinspirasi dari salah satu sekolah rekan kerjaku juga dari request materi yang mereka minta saat kenaikan ke kelas 9. Kata mereka waktu kutanya kala itu adalah belajar dengan metode sosiodrama sangat menyenangkan . Setelah melalui proses pikir yang panjang akhirnya kuputuskan untuk membuat pementasan drama yang melibatkan seluruh siswa dalam kelas tersebut. Bertepatan juga waktu itu momentnya dekat dengan hari pahlawan . Dan sebelum tugas drama kuberikan aku sudah memberi tugas untuk memahami opini mereka dalam rangka mengisi kemerdekaan.
Proses rumit tarik ulur nyaris gagal  tampil harus mereka lalui, bahkan aku juga nyaris kena sindrom susah tidur demi memikirkan rencana pentas mereka. Dan andaipun bisa terlelap karena sudah teramat lelah tak kusadari mimpiku juga tentang pentas mereka. Baik yang sudah tampil ataupun menunggu esok hari untuk tampil .
Beberapa cerita menarik , mengharukan , menggelikan dari balik kerja keras mereka sebelum pentas. Memulai dari kelas 9.5 yang mementaskan drama dengan judul “ si Pitung “ . Riuh sambutan penonton dan terkesan dan terkesan dengan dengan pemeran si Pitung yang berbeda dengan gambaran umum Pitung yang gagah dan berwibawa. Pitung siswaku adalah Pitung yang kecil tapi mengaku jago silat . Makanya dia ngotot yang jadi pitung harus gue katanya. Tapi acungan jempol aku berikan pada sang sutradara yang punya simpanan sabar menghadapi temen-temennya yang susah diatur dan maunya sendiri.
Pementasan hari kedua dimulai dengan penampilan kelas 9.3 yang cukup matang memperhatikan detail property. Juga peran sutradara yang mampu mengarahkan pemainnya. Yang membuat bulu kuduk bergidik kala si pemeran bung Tomo berpidato dan dengan lantang meneriakkan takbir Allahu Akbar…Allahu Akbar . Menutup penampilan mereka dengan lagu bertema perjuangan yang biasa dinyanyikan almarhum Gombloh “ Gebyar-gebyar. Judul yang diangkat oleh siswaku dari kelas 9.3 adalah “ Demi sang Merah Putih”
Pementasan dari kelas 9.2 yang judulnya “ Hero & Heroine”, bercerita tentang remaja kaya dan remaja miskin yang berkompetisi untuk mengikuti perlombaan ajang pencarian bakat. Hanya ada sedikit kekecewaan dari penonton dan juri yang menilai kerjasama yang kurang baik antar pemain . Tak begitu jelas siapa sutradara siapa pemain dan siapa yang kebagian tugas mengatur soundsistem untuk dubbing rekamannya . Ide cerita yang menarik karena mengambil cerita seperti drama nusical Glee tak didukung dengan kerjasama pemain.
Pementasan dilanjutkan dengan penampilan kelas 9.6 dengan judul “ Sherif” . Si pemeran tokoh antagonis yang menjadi penjahat . Ingat sewaktu latihan dialog si pemeran tokoh ibu agak keberatan dan gak ikhlas yang harus membaca surat yang ditinggalkan oleh penjahat dengan menyebutkan  tertanda Dimas sang penjahat ganteng hehhehhe…..
Pementasan dari kelas 9.7 mendapat standing aplaus dari banyak penonton termasuk aku sebagai guru pembimbing mereka yang memberi proyek pementasan drama. Mengangkat judul “ Mesin Waktu” Kesiapan semua tim untuk mendukung suksesnya acara pementasan drama rasanya wajib diberi pujian dan penghargaan 2 jempol . Walau tetap ada cerita seru dan galau menjelang pementasan . Diawali dengan sutradara yang panik karena temen-temennya gak mau latihan . Waktu latihan yang menurut mereka terlalu sempit bahkan saat jadwal pentas yang aku majukan membuat aku diberondong protes dari sang sutradara , “ Ibu gimana sih , kok kita dioper-oper kaya bola . Katanya tampil yang kedua kok jadi yang pertama”. Sambil aku ingat sekali gayanya yang jengkel sambil melotot-melotot kearahku. Sedikit terpancing dan jengkel balik aku ancam. “ Jadi mau tampil apa tidak !!!” Dengan intonasi tak kalah meninggi . Tersadar bahwa aku juga tak suka dibentak-bentak sutradaranya, teman-temannya serempak menjawab seperti koor paduan suara “ JADI bu”
Dari kelas 9.4 memberi penampilan yang berbeda dari segi kostum dan make up pemainnya. Mengangkat cerita tentang penculikan anak-anak oleh penyihir . “ The Dark World “ judulnya. Kekompakan kelas untuk riasan wajah yang seperti penyihir sungguhan memberi kesan penasaran dari penonton .
 Pementasan hari terakhir ditutup oleh drama kelas 9.1 dengan judul “ It’s time to win” . Bercerita tentang perjuangan rakyat Palestina demi memperjuangkan negaranya. Di pementasan terakhir ini cerita menegangkan kala mereka yang telah mempersiapkan pementasan dengan matang nyaris gagal tampil karena kekhawatiran akan berdampak sara . Sambil berusaha menenangkan mereka , nego yang alot karena sudah mulai putus asa. Terbersit dalam pikiranku  bagaimana mo kreatif dan sampai pada cara berpikir tingkat analisa . Menampilkan yang berbeda saja sudah dilarang . Oh katanya pendidikan mengajarkan peserta didik untuk merdeka ? kenyataannya…..?!
Tapi sebagai pembimbing mereka selama hampir 3 tahun, aku merasa sangat bangga dan puas dengan pementasan tersebut . Tak pernah terbayangkan olehku akan kemampuan mereka membuat poster, merencanakan kostum, mengatur dubbing suara. Memasukkan effect dalam dubbingnya. Oh luar biasa kerjasama yang telah mereka lakukan . Kalo boleh pinjam istilahnya Syahrini “ Sesuatu banget, cetar membahana” yang telah mereka lakukan . Membuat aku jadi banyak belajar tentang kemampuan mereka . Terima kasih anak didikku kalian selalu memberi warna dalam hidupku . Kalian menutup KBM 2012 dengan sangat manis dan mengagumkan.

Minggu, 16 Desember 2012

Yang Tertinggal


Ada beberapa cerita yang tertinggal yang belum kubagi dengan pembaca. Sewaktu aku tak berdaya dengan sakit typus yang menyerangku dan dokter menganjurkan untuk istirahat selama satu minggu. Aku mengirimkan tugas melalui rekan kerjaku. Dan siswaku mengumpulkan via emailku. Jadi walau aku tak hadir untuk bertatap muka tapi siswaku tetap belajar. Karena belajar tak selalu harus ditungguin oleh si guru.
Tugas yang kuberikan adalah opini generasi muda dalam rangka mengisi kemerdekaan + seandainya saya jadi pahlawan maka saya ingin menjadi pahlawan apa ? Dan alasannya apa minimal 3 halaman. Momentnya saat itu memang bertepatan dengan hari pahlawan .
Harapan idealku adalah mereka akan menuangkan ide-ide yang akan membuatku berkata “wow” waktu membacanya . Ternyata memang wow juga , tapi wow yang beda. Wow nya beragam ada yang wow sambil nyengir , ada yang wow sambil geleng-geleng kepala, ada pula wow yang sambil kecewa.
Wow yang kecewa adalah saat aku membaca tugas mereka untuk diperiksa dan isinya bukanlah opini pendapat mereka namun hasil copas dari pendapat berbagaipihak yang mereka temui di internet dan ini aku baca dan membuat aku geli saat mereka menuangkan opini sebagai generasi muda yang akan mereka saya lakukan dalam mengisi kemerdekaan Indonesia yang ke 62. Haaaah 62? Di tahun 2012 saja Indonesia sudah merdeka sudah 67 tahun, hebat hasil copas yang tanpa sensor.
Wow yang nyengir adalah ketika mereka mengatakan dalam rangka mengisi kemerdekaan adalah dengan cara mengikuti upacara bendera, mengikuti lomba-lomba yang diadakan di sekolah atau RT di rumah. Tak lupa mereka cantumkan juga cara mengadakan lombanya . Waduh langsung aku kirim balasan , kita gak lagi belajar PLKJ kan nak, dijawab lagi jadi salah ya bu kalau mengisi kemerdekaan dengan mengikuti lomba …??? Halaaaaaah sambil nepok jidat.
Dan wow yang geleng kepala adalah ketika salah satu dari mereka mengatakan ingin jadi vampire kebaikan , wah berarti sekarang aku lagi ngajarin anak vampire dong . Atau ada lagi koment mereka yang disertai dengan tugas yang mereka kirim via email tsb.Udah ya bu ini opininya. Kujawab  dengan pertanyaan ini pendapatmu nak? Dibalas lagi iya bu sampai jungkir balik saya mikirnya kepala dibawah kaki diatas. Kubalas lagi saya gak minta kamu main sirkus nak, tapi berpendapat untuk mengisi kemerdekaan…..         

Sabtu, 01 Desember 2012

Tak kenal maka tak sayang

Peribahasa  Tak kenal maka tak sayang pas banget menggambarkan keadaan kita yang selalu menilai seseorang dari tampak luarnya saja. Tak berusaha untuk mengenali lebih dalam dengan seseorang. Hal ini pun terjadi pada salah seorang siswa bimbinganku yang menurut sebagian rekanku menganggap anak ini memiliki kecenderungan autis ( pandangannya autis adalah anak yg gak perduli dengan lingkungannya) Jadi seperti koor paduan suara yang sangat serempak mengatakan iya kayaknya autis, jengkel sekali mendengarnya.Kenal baik tidak , mengajar tidak pernah tapi berani menjudge dengan sebutan autis. Padahal aku yang selama hampir 3 tahun membimbingnya tak pernah sekalipun berani memberi penilaian seperti itu. Aku ingat pertama kali mengajar , siswaku ini dengan gaya cueknya asyik menggambar manga kegemarannya. Saat aku memulai pelajaran dia masih asyik tetapi ternyata tak mengurangi ketekunannya untuk konsentrasi . Dengan tangannya yang asyik menggambar tetapi tetap bisa menjawab saat aku bertanya mengenai sesuatu hal. Mulailah aku dekati dengan bertanya kegemarannya dengan manga, ( walau sumpah aku sama sekali gak ngerti sama sekali dengan manga, tapi demi supaya aku bisa kenal dan masuk ke dunianya aku dekati dia) sampai suatu hari dia tempelkan hasil karyanya di mading kelas. Aku lihat hasil karyanya dan wooooooow keren banget. Untuk orang yang nggak ngerti kayak aku bisa bilang kerjaan tangannya untuk gambar manga patut diacungkan jempol.Setelah itu mulailah terjalin baik hubunganku dengan siswaku tersebut.Seringnya dia curhat tentang berbagai hal juga kekesalannya dengan ortunya yang gak memahami dirinya.Dan aku berusaha untuk memahami keunikan dirinya, unik lo bukan aneh. Dan ternyata yang memberi label bahwa siswaku ini aneh bukan hanya rekan kerjaku , ortunya pun dibuat bingung dengan gaya remajanya yang cuek dan cenderung tak perduli . Ingat sekali diawal menjadi siswa di sekolahku sang mama yang panik  ketika buah hatinya akan menghadapi ujian beberapa kali mengirim sms kepadaku dan memohon agar aku menasehati anaknya untuk belajar. Padahal sang anak masih dengan gaya belajarnya yang memang cenderung santai ternyata justru memperoleh hasil ujian yang mengagumkan. Semua tercengang sewaktu diumumkan nilai memuaskan yang didapatnya. Perhatianku yang mungkin sedikit berbeda kepada siswaku ini  ( aku merasa tak membedakan ) ternyata diamati oleh teman-teman sekelasnya Keluar pernyataan dari salah seorang temannya yang bertanya kok ibu seperti mengerti sekali dengan keadaan dirinya , sementara guru yang lain menganggap temen kami ini agak aneh , sok bijak aku jawab coba kenalin dia dan pahami , saya suka dengan cara berpikir temen kamu itu , berpikirnya out of the box. Dan saya suka orang yang seperti itu. Dari situlah mulai teman-temannya berusaha memahami keadaan temannya yang unik. Selalu menanti-nanti pendapatnya ketika sedang berlangsung diskusi . Yang jadi pikiranku kenapa kita tak belajar dari cara berpikir anak-anak kita ( siswa/ i) tentang berbagai hal yang bisa diselesaikan dengan simpel  gak harus melibatkan ego orang dewasa kita. Yang terkadang terlalu banyak dijejali dengan berbagai teori-teori .
Ada lagi hal mengagumkan yang dilakukannya , saat aku memberi tugas akhir dikelas 8 dalam bentuk buku. Siswaku ini menuliskan pikirannya yang luar biasa yang membuat aku senang sekali membacanya , ditambah dia membuat bukunya karya dengan gambar manga sesuai keahliannya. Menarik sekali…..
Kembali lagi dengan pernyataan autis yang diungkapkan dengan memberi penilaian kepada siswaku , aku meradang mendengarnya aku , kataku dengan lantang , kenal gak dengan dia, tau gak apa pikirannya, apa keahlian yang dimilikinya. Ngajar gak pernah kok bisa menilai seperti itu. Tak kenal maka tak sayang…..bagaimana bisa sayang kenal aja tidak mau ,

Sukses membuat stress

Menjelang penampilan siswa-siswaku untuk pementasan sosiodrama. Setiap bertemu salah satu dari mereka selalu kutanyakan , gimana latihannya udah mantap? Poster udah jadi belum? Kostumnya gimana? Music director udah mikirin untuk effectnya? Suara pemain udah direkam ? Dan berbagi hal selalu kutanyakan sambil sedikit memberi saran dan masukan untuk memastikan kesiapan mereka menjelang tampil menjadi akris dan actor sekolahan .Tampil gak sekedar tampil untuk mendapatkan “ nilai “ yang utama aku tekankan saat tampil jelek yang malu bukan hanya diri sendiri si pemain tapi juga mempermalukan kelas.Semua ingin memberikan yang terbaik dengan ide dan gagasannya.Walau dalam prosesnya seringkali terjadi kegaduhan . Entah mereka harus bersitegang dengan sesama mereka , marah , teriak , mengeluh , hopeless. Seperti yang terjadi di salah satu kelas yang kubimbing, mulai dari pembuatan scenario ada saja yang harus meneteskan air mata karena begitu jengkelnya temen-temennya banyak maunya tapi gak mau diatur . Dan biasanya yang mengeluh tak lain dan tak bukan pastilah sang sutradaranya . Mereka yang menyepakati untuk memilih salah satu rekannya menjadi sutradara tetapi mereka juga yang membangkang dengan tak menuruti perintah dan arahan si sutradara. Kalo syair lagu dangdutnya ‘ kau yang berjanji , kau yang mengikari ‘
Belum lagi cerita seru yang lain, yang minta saran mengenai property yang harus mereka persiapkan . Memamerkan kostum yang harus memakai jas sambil muter-muter di depan kaca , “keren gak bu saya pakai kostum gini” dengan wajah sumringah . Bergaya ala Bung Tomo dengan memakai kacamata hitam sambil pidato dengan penuh semangat lantas dikomentari oleh temannya , lu bukan kayak bung Tomo tapi kayak tukang krupuk, sambil temannya berteriak ‘krupuk, krupuk….( Tukang krupuk yang biasa lewat depan sekolah yang kebetulan tuna netra).Narsis dan foto-foto sambil berdandan ala noni Belanda atau penyihir jahat untuk untuk keperluan poster . Bahkan ada juga yang tampak sangat grogi berlatih menjadi MC di depan cermin di ruangan kerjaku sambil diamati oleh aku dan rekan kerjaku untuk memberi semangat dan kepercayaan pada dirinya .
Dan melihat kesungguhan mereka untuk mempersiapkan proyek akhir semester yang di bungkus dengan bingkai marah kesal dan lucu , boleh juga dong aku sedikit tersenyum dan mengatakan pada diriku sendiri sukses aku membuat stress siswaku untuk memberi penampilan terbaiknya.

Berkorban seperti pahlawan


Antusias mereka memberi energy untuk membuatku semakin bersemangat . Di minggu ini aku mulai memberi tantangan ke semua kelas yang kubimbing untuk mengakhiri semester ganjil di kelas 9 ini dengan membuat pementasan drama yang melibatkan seluruh siswa dalam kelas tersebut . Selalu aku mulai dengan mimpiku yang aku sampaikan kepada mereka bahwa aku ingin diakhir mereka belajar di kelas 9 ada kenangan indah yang selalu bisa kukenang , dan mereka membuat dalam bentuk drama . Drama yang melibatkan satu kelas . Ada yang menjadi sutradara , penulis scenario , pemeran utama , kostum , poster , music director .     Dan begitu antusias mereka mempersiapkan project akhir tahunnya. Dari mulai mendiskusikan scenario sambil berdebat, tertawa terbahak-bahak karena ada yang nyeletuk lelucon lucu , cemberut , merayu bahkan tak jarang berteriak nyaring untuk menenangkan keadaan karena semua ingin berbicara . Jadilah aku sebagai pengamat yang melihat kegiatan yang dilakukan . Terkadang ikut tersenyum juga mendengar ocehan mereka , tak jarang harus mendelikkan mata menyatakan tak setuju dengan yang mereka lakukan karena bisa menjadi awal mula perselisihan baru. Dengan cara ku aku mengajarkan tentang kerjasama dan menghargai pendapat orang lain. Aku ingatkan proses yang harus mereka lewati untuk sampai kepada pementasan drama bukan hal mudah . karena mereka harus belajar berkorban untuk tidak memaksakan kemauan mereka. Berkorban meluangkan waktu untuk mau berlatih bersama dengan teman-teman sekelasnya . Dan mungkin juga berkorban sedikit uang jajan untuk patungan membuat poster, menyewa kostum dll.Saat mereka menampilkan drama mereka aku tekankan mereka membawa nama baik kelas, bukan nama diri sendiri, jelek satu yang akan malu semua siswa dalam kelas tersebut . ketika baik maka yang disebut adalah kelasnya yang baik.
Di minggu pertama project ku berikan pada mereka , ada kelas yang sudah mulai berlatih dan mempersiapkan poster juga kostum dan property untuk pemainnya. Keren banget waktu aku ikut mendampingi mereka latihan . Benar-benar memberi doping energy bagi ku .