Pembahasan tentang berbagai aktifitas kognitif yang akan dijadikan bekal persiapan UN membuatku bergidik ...wah anakku akan jadi robot nih .
Dan seperti umumnya orang tua tak akan rela melihat anaknya menderita .
Pertanyaan demi pertanyaan diajukan mulai dari program kegiatan , anggaran , jadwal .
Mirisku tuntutan kepada anak peserta didik mengabaikan sisi kemanuasiannya , bahwa mereka butuh penyegaran . Selesai pertemuan kusampaikan kegelisahanku kepada suamiku , kasihan alya kataku tuntutan menjelang UN begitu berat, jawaban khas pria yang berusaha menenangkan sudah nanti dirumah gak usah terlalu dipaksa.
Kegiatan berlanjut dengan pengambilan rapot hasil belajar tengah semester . Pembicaraan dan pengarahan wali kelas menjadi ajang curhat para orang tua mengadukan permasalahan yang dilakukan oleh anak-anaknya . Seperti dikuliti anak-anak tersebut tak tampak sedikitpun sisi baiknya . Sebagai pengamat yang baik kupandangi satu persatu orang tua tersebut . Lupakah mereka ketika dahulu menjadi remaja kekangangan yang teramat kencang membuat mereka pun memberontak .Saat nama anakku disebut seperti biasa yang kutanya adalah bagaimana apakah anak saya bisa bersosialisasi dengan baik di sekolah kepada wali kelasnya . Bertanggung jawabkah dia ? Tak begitu ku pedulikan dengan nilai yang berbentuk angka. Harapanku sebagai orang tua adalah anakku bisa mandiri dan ilmu yang didapat akan bermanfaat bagi kehidupannya kelak