Minggu, 18 Oktober 2015

Ketika Kejujuran diragukan

Berbondong -bondong orang tua mencari seorang rekan pendidik , menatap serius penuh tanda tanya , ada keperluan apa ? Lama kelamaan terbiasa juga . Pasti karena anaknya tertangkap basah menyontek ungkap rekan yang lain . So....kenapa orang tuanya yang dinasehatin , bikin perjanjian lagi . 
Merasa diragukan kejujuran anaknya yang berlinangan air mata justru sang orang tua, saya kenal anak saya dan saya setuju anak saya gak boleh jadi pembohong. Tapi kalo anak saya gak buat pernyataan pengakuan tidak dapat nilai . Dilema . Padahal anak saya siap untuk apabila harus remedial . 
O lala...tak mampu berkata kata . 
Tujuan pendidikan seperti apa yang sedang dilakoni , mengajarkan kejujuran tapi tak percaya dengan kejujuran ???Dipaksa mengaku untuk sesuatu yang tak dilakukan , ,mengapa begitu kaku memaksa kehendak harus mengakui padahal tak melakukan . Proses pembelajaran seperti apa yang sedang dijalani . Belajar tak sekedar mengajak siswa untuk mau belajar, tetapi guru juga mau membuka hati dan pikirannya untuk mendengarkan yang dibutuhkan siswanya . 
Belajar tak sekedar mencari hasil terbaik sesuai standar KKM suatu lembaga , namun yang lebih penting tujuan jangka panjang yang harus dimiliki oleh peserta didik . Memiliki prinsip untuk bertanggung jawab dan jujur, memiliki visi untuk masa depannya dan dapat menjadi pribadi yang bermanfaat untuk diri dan lingkungannya . 
Ketika kejujuran hanya dipandang diatas kertas ulangan mampukah menggali semua aspek potensi peserta didik ???

Tidak ada komentar:

Posting Komentar