Senin, 21 Maret 2011

Karakter Bangsa

Ganti mentri-ganti kebijakan. Hal itu yang selalu diucapkan oleh banyak kalangan pendidikan tidak terkecuali orang tua siswa . Dan sebagai guru yang bekerja di lembaga pendidikan akupun merasakan kebijakan tersebut,sebelum mendiknas yang saat ini lagi menjabat kurikulum yang diterapkan adalah kurikulum berbasis kompetensi.Dengan tujuan setiap guru mampu mengembangkan kompetensinya sebagai GURU. Belum selesai dengan kurikulum berbasis kompetensi atau tepatnya para guru belum tuntas untuk mengembangkan kompetensinya didengungkan lagi slogan yang lain , dan sekarang yang selalu didengar adalah slogan membangun karakter ( Caracter Building ) . Saya mencari-cari dalam banyak literature tentang karakter bangsa Indonesia . Tersebutlah diantaranya ramah tamah, sopan, jujur,hemat,bertanggung jawab ,kreatif, menghargai karya orang lain,pemurah, rajin, rela berkorban,sabar, rendah hati, setia, tepat janji dan segala hal yang baik-baik….Saya agak merinding membacanya…begitu luhurnya karakter bangsa Indonesia seperti yang digambarkan oleh para pendiri bangsa ini, tapi ternyata hanya angan-angan saja atau lebih tepatnya masih ada di mimpi untuk waktu tidur yang teramat panjang . Dan tak tahu kapan mimpi itu akan terwujud menjadi kenyataan. Sebagai pendidik saya sering melihat didepan mata saya bagaimana perilaku siswa/i saya saat mereka sedang ada dengan teman-temannya. Mudah sekali keluar pernyataan dan kalimat kasar ,sumpah serapah ,menuduh, menghakimi dan banyak kalimat –kalimat lain yang tidak menyenangkan untuk didengar. Padahal tidak selalu ucapan itu keluar saat mereka sedang dalam keadaan marah sambil bercandapun tanpa malu atau sungkan ucapan tak enak didengar telinga itupun terucap juga. Untuk itulah lantas kemudian saya berpikir apakah karakter bangsa Indonesia yang sebenarnya itu adalah yang bertutur kata ketus, pemarah dan segala perilaku tak terpuji. Karena remaja sangat malu saat disebut sebagai remaja yang santun sementara kepopuleran mereka akan langsung ada diposisi puncak saat mereka diberitakan menang tawuran melawan sekolah lain…..wah luar biasa ya…Masih tentang membangun karakter yang didengungkan oleh Mendiknas periode 2009-2014, mulailah disosialisasikan rancangan program pengajaran( RPP) yang berkarakter…saya sendiri hingga kini tak tahu atau belum mudeng yang dimaksud dengan karakter . Konon kemudian dipaksa untuk membuat RPP yang berkarakter… terdengarlah oleh pihak penerbit buku dan mulai merancang buku panduan untuk mata pelajaran “yang berkarakter”RPP yang tadinya hanya dibuat ala kadarnya bahkan seringkali mengulang RPP yang lalu ( Copy Paste) dirancang lagi RPP yang berkarakter dengan isi yang berlembar-lembar padahal apakah dalam prakteknya rekan guru itu juga berprilaku yang berkarakter??Tidak hanya berhenti sampai dengan RPP beberapa kegiatan seminar juga dibuat dengan tema selalu ada kata “ Berkarakter” . Hebat memang orang Indonesia…untuk urusan tiru meniru yang baru selalu bisa dijadikan trend…Dan beberapa waktu yang lalu aku menghadiri suatu kegiatan seminar dengan mengusung tema “Sekolah berkarakter” dengan pembicaranya yang sudah cukup pengalaman dengan dunia pendidikan di Indonesia. Harapan ku saat mengikuti kegiatan seminar itu aku akan memperoleh suatu pemahaman dan pencerahan baru tentang karakter dan membentuk karakter siswa di tempatku bertugas. Alih –alih dengan harapan yang terwujud ternyata sang nara sumberpun tak mampu memberikan sedikit informasi tentang karakter yang sesuai dengan bangsa. Kecewa sudah pasti….Bercerita tentang karakter yang lain ada lagi satu cerita yang pernah kualami saat itu pimpinanku baru saja pulang dari kunjungan ke suatu sekolah di daerah . Dan pimpinanku itu sangat kagum dengan keadaan sekolah yang dikunjunginya itu…Dan beliau ingin menerapkan apa-apa yang dia lihat menarik diterapkan pula di sekolah saya, dengan menugaskan pada seluruh siswa/i untuk membuat batok kelapa dan kemudian diisi dengan satu tanaman toga…sebenarnya menarik tetapi sosialisasi yang kurang dan sifatnya perintah ternyata kurang berhasil . Yang membuatku tersenyum adalah saat kebijakan itu di umumkan di briefing, kita buat sekolah kita seperti sekolah yang saya kunjungi waktu itu bagus sekali disetiap koridor ada gantungan batok kelapa . Ternyata sekolah yang dikunjungi oleh pimpinan ku itu berlokasi di daerah penghasil kelapa sehingga tidak mengalami kesulitan untuk mendapatkan bahan bakunya dan lifeskill yang diharapkan dari siswa dengan menanam tanaman toga dalam batok kelapa itu berhasil . Sementara sekolahku berada di kota besar yang mungkin saja anak-anak ibukota ini tidak pernah tahu yang seperti apa batok kelapa itu. Dan saya berkata sewaktu briefing itu juga kenapa kita tidak menampilkan sesuatu yang memang menjadi ciri khas sekolah kita. Sementara di sekolah ku hanya ada satu pohon kelapa dengan jumlah buahnya hanya ada sekitar 5…apa mungkin satu pohon kelapa itu diperebutkan untuk sekitar 800 siswa? Akhirnya saya jadi bertanya kenapa ya kita selalu ingin mencontoh tapi tidak pernah berpikir untuk menciptakan sesuatu yang berbeda, atau sebenarnya karakter bangsa kita adalah karakter peniru ?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar