Jumat, 18 Maret 2011

Emosi dan reaksi

Saya pernah ditegur oleh teman baik saya , saat saya bersikap sangat reaktif menghadapi suatu kejadian.Setelah kejadian itu berlalu sambil bercanda dia katakan kayak ini nih sambil menunjuk kearah saya.Langsung saja meletup kalau ada sesuatu yang membuat saya gusar.Waktu itu saya tidak bereaksi apa-apa….karena kita sedang bercanda saya tidak enak apabila saya bereaksi dengan ucapannya akan mengganggu suasana.Tapi ucapan itu menjadi pemikiran panjang saya,benarkah saya orang yang reaktif? Sambil terus saya mencari dalam beberapa artikel psikologi tentang emosi dan reaksinya. Dari satu buku psikologi yang berjudul Emotional Intelegence karya besar Daniel Goleman. Saya mendapati pemahaman kenapa emosi itu terutama perasaan marah sering terlihat lebih reaktif dibanding dengan rasa-rasa yang lain seperti senang dan kecewa dll.Ternyata rasa marah itu memicu saraf-saraf di pusat otak untuk bereaksi dengan cepat dan bergairah dan semua itu normal, karena sarafnya berarti masih berfungsi dengan baik dan penyebab dari timbulnya emosi marah itu biasanya karena merasa diusiknya rasa harga diri. Menurut Aristoteles “ Siapapun bisa marah, marah itu mudah.Tetapi marah pada orang yang tepat dengan kadar yang sesuai ,pada waktu yang tepat demi tujuan yang benar dan dengan cara yang baik …bukanlah hal mudah. Disambung lagi dengan pernyataan Benjamin Franklin “ Amarah itu tak pernah tanpa alasan tapi jarang yang alasannya benar. Saya jadi bisa memahami kenapa orang menjadi marah dan akhirnya menampilkan perilaku yang reaktif seperti yang saya lakukan begitu kata teman baik saya.Dan hari ini sepertinya urusan emosi marah dan reaksi itu kembali jadi perbincangan hangat…manakala kami habis mengawas ujian dan bercerita tentang kebijakan pimpinan yang pilih kasih. Untuk orang tertentu peraturan harus diterapkan tanpa peduli apa alasannyaTerlambat datang ke sekolah karena anak sakit sekalipun,atau ada gangguan sinyal kereta yang menyebabkan kereta jadi molor jadwalnya tidak akan ada toleransi bahkan diumumkan di depan umum waktu keterlambatannya.Sementara dilain kesempatan perlakuan sangat dikasihi oleh pimpinan karena membawa buah tangan sesuai kesenangan atasan walau melalaikan tugas dan tanggung jawabnya sebagai pegawai. Untuk perkara ini saya bereaksi dengan sangat kesal karena saya sering dirugikan oleh kebijakan yang berpihak . Dan masih kata teman baik saya kenapa kok saya sewot banget . Dirugikan kah saya, memang saya tidak dirugikan secara fisik tapi secara psikologis. Dan berarti saraf sensitifitas emosi saya masih berfungsi dengan baik saat saya bereaksi meneriakkan ketidak adilan.Ya walau bagaimana saya bersyukur ada teman yang mengingatkan saya untuk menjaga reaksi emosi saya agar tidak berlebihan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar