Minggu, 03 April 2016

Ketika Keramahan Semakin Memudar

Ibu, aku kangen pengen curhat , begitu ungkapan chat di sosmed.
Kenapa nak tanyaku melalui jaringan pribadi .
Mengalirlah ceritanya yang sedikit tertekan dengan sikap guru pembimbingnya yang tidak memahami keadaannya . Jangankan memahami mengenal pun belum tentu ...mungkin.
Dia gak kayak ibu dilanjutkan lagi ceritanya . ups kujawab cepat . Setiap orang berbeda nak dan tidak ada orang yang suka dibanding-bandingkan . iya sih .
Terus ada keluhanmu nak lanjut pertanyaanku.
Diungkapkan tentang ketertekanannya karena sang pembimbing yang diharapkan bisa memberi ketenangan malah berperilaku menekan bahkan menyindir. Mematikan semangat dan motivasinya .
Aku cukup mengenal anak didikku ini meski saat ini tak lagi belajar di lembagaku .
Semangatnya sangat luar biasa . Si mungil yang dulu sering digotong teman-temannya karena memiliki riwayat maag yang kronis.
Semangatnya ditunjukkan dalam aktifitas fisik dan dengan membuat kesepakatan silahkan ikut kegiatan dan harus ingat makan .
Dijawab dengan anggukan kepala tanda setuju .
Tak mungkin dilarang ketika minatnya mengarah ke arah aktifitas fisik.
Hanya dibutuhkan dialog untuk memahami kemauannya.
Proses memahami tak selalu berjalan mulus berbagai faktor dan tuntutan membuat jarak dan keramahan semakin terbentang .
Si pembimbing menuntut dan tak belajar memahami hingga mengabaikan keramahan
si pelajar tertekan berharap dipahami .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar