Minggu, 28 Februari 2016

Kegelisahan menjelang UN

Persiapan siswa/i diakhir masa studi dalam setiap jenjang selalu dibarengi dengan doktrin yang berbau nasehat . "ingat tinggal 2 bulan lagi , ingat UN sudah bisa bisa dihitung dengan jari ..dan banyak kalimat yang bernada seperti itu.Mengingatkan kah atau menakuti ?
Kejadian tak mengenakkan terjadi pada putriku juga siswa/i ku . Stres menghadapi stres menjelang UN. Saat Try out berlangsung di malam harinya mengigau dan berteriak tak bisa tidur , memandangi tembok kamar yang dilihat soal-soal rumit yang bikin pusing , memandangi langit-langit kamar bayangan soal menari-nari dengan riangnya.Memejamkan mata bayangan soal tersebut menjulurkan lidah seakan mengejek hingga akhirnya menjerit panik.
Tak berbeda dengan yang dialami oleh siswa/i bimbingan ku . Dengan mengganti istilah try out menjadi UCUN (uji coba ujian nasional ) bayangan menakutkan tentang UN disingkapi dengan cara yang berbeda. Menghadapi argumen mereka ketika kedapatan membawa kunci jawaban adalah kami ingin mendapat nilai baik bu pengen bisa bikin bangga orang tua . Oh dengan cara instan nak , kataku . Yang penting bisa bikin orang tua bangga bu . ups ...pr besar ku ini batinku dalam hati . 
Menanamkan tentang kejujuran , kepercayaan diri dan menghargai hasil usaha sendiri. 
Renunganku saat terjadi hal-hal seperti ini , selalu berulang kegelisahan menjelang UN . Begitu mengerikan pendidikan ketika yang didapat di akhir masa studi harus melewati tahap stres terlebih dahulu . Memberi berbagai kemudahan di awal namun doktrin yang menakutkan di akhir masa . 
Mengapa tak dibuat lebih humanis dengan mempersiapkan mental dan emosi untuk kesuksesan  maupun kegagalan .Mengajarkan tentang kejujuran, kepercayaan diri dan menghargai usaha sendiri . Karena ketika sukses pun akan ada konsekuensi yang harus dialami . Yang terjadi selama ini hanya menggiring pada kesuksesan sehingga ketika mengalami kegagalan merasa kiamatlah dunianya

2 komentar:

  1. Ass.WW
    Salam Blogger Buk Ninik... waah baru tahu ternyata Buk Ninik sangat aktif menulis di Blog. Perkenalkan saya salah seorang orang tua dari anak didik Bu Ninik. Saya sangat Bangga dan salut dengan Buk Ninik, yang dapat berbagi dan mencurahkan pemikirannya terutama dalam dunia pendidikan demi pencerahan anak-anak didik Beliau dan tentu untuk segenap pembaca semuanya.
    Bu Ninik, setelah membaca beberapa tulisan Ibuk yang renyah dan mengalir. Terutama yg membahas tentang aspek ke-JUJURAN dan Integritas dalam pendidikan, saya angkat jempul buat Ibuk. Untuk hal ini saya ingin berbagi dengan Ibuk. kebetulan setelah dua kali UCUN dilaksanakan di tingkat SMP di Jakarta, dan SMP 40 khususnya, saya mendapat informasi masih ada anak-anak yang menggunakan Kunci Jawaban, saya tidak tahu apa itu benar atau isu. Kalau ini masih terjadi memang sangat disayangkan. Saya selaku orang tua, selama ini kepada anak anak selalu menekankan, "saya tidak perlu nilai," nilai hanyalah sebuah ukuran formalitas dan kuantitas atas proses pembelajaran, yang penting bagi saya selaku orang tua adalah proses pembelajarannya, apakah dilakukan dengan Jujur, Mengerti substansi pelajarannya, dan dapat diambil dan ditanamkan nilai nilai pembelajaran itu. Karena itu saya sangat sedih jika ada anak anak yang menggunakan KJ dalam ujian. Apalagi jika "ditolerir" oleh sekolah untuk mengangkat prestise, saya pikir ini bukanlah tujuan dan hakikat pendidikan. Karena itu juga, selaku orang tua juga sedih jika seperti argumen yang Bu Ninik terima dari anak anak yang menyontek atau KJ untuk alasan bikin orang tua bangga... saya pikir ini marwah dan hakikat pendidikan sudah terbalik..

    Oh ya Bu Ninik, sebenarnya banyak hal yang ingin saya diskusikan di blog Bu Ninik ini, biarlah nanti saya sambung lagi sambil membaca tulisan tulisan Bu Ninik.

    Oh ya Bu Ninik, sekedar mengingatkan saja, UN tahun kemarin di SMP 40 sebenarnya saya juga dapat laporan dari anak saya, ada yang menggunakan KJ dan ternyata nilainya memang diatas anak anak yang selama ini justru selalu terbaik dikelasnya. Kadang aneh juga proses tiga tahun pembelajaran prestasi anak-anak ternyata hasilnya tidak selalu berbanding lurus dengan UN.... Semoga dunia pendidikan semakin baik..

    Salam Pencerahan
    Saluut...

    BalasHapus
  2. terima kasih atas kunjungan ke blog saya pak, mengenai tulisan-tulisan saya yang sering membahas tentang kejujuran percaya diri dan tanggung jawab ...karena hal itulah yang selalu menjadi keprihatinan saya pribadi. tugas besar saya adalah ketika harus menanamkan tentang kejujuran tapi tak hanya sekedar melihat dari hasil di selembar kertas. alhamdulillah ketika ada orang tua yang tak menuntut terlalu tinggi terhadap anaknya dan memahami proses kesulitan yang dihadapi oleh anaknya terkadang saya bertemu dengan orang tua yang tuntutannya sangat tinggi mengabaikan kesulitan yang dihadapi anaknya , belum lagi tuntutan sekolah yang untuk sebagian besar siswa dirasa terlalu berat dan yang terjadi adalah cara pintas yang dilakukan siswa seperti ulasan saya diatas. dilemanya adalah saat sekolah memberi sangsi disatu sisi ternyata di sisi lain mereka yang menggunakan "KJ" mendapat nilai yang bisa mengangkat prestise sekolah pak. Kami seperti ditampar sebenarnya pak...bingung harus bersikap bagaimana bangga atau malu...?

    BalasHapus