Tahun
ajaran baru ini dimulai dengan galau dan harap-harap cemas.
Ketika
harapan masih dipelihara berdasarkan janji yang diungkap dalam
pertanyaan obrolan. Mendadak seperti dijatuhkan dari gedung bertingkat
tanpa ada persiapan apapun.
Bertanya dan mempertanyakan. Dan kembali
harus menelan kekecewaan seakan-akan tak pernah terjadi dialog yang
mengingatkan.
Mencoba bernegosiasi dan jawaban mengagetkan terucap dari "
sang pelatih bola " kewenangan untuk pembagian tugas menjadi hak
prerogatif nya.
Hingga mencoba berargumen seperti iklan " buat anak kok
coba-coba".
Dan iklan sekedar iklan tak juga mampu mendongkrak penjualan
ketika terjadi negosiasi
Meski harapan untuk tetap menjadi pembimbing di jenjang atas masih ada.
Sebagai
aparatur sipil berusaha bertanggung jawab dengan jadwal pembagian tugas
yang ditetapkan. Jadwal layanan klasikal, konseling dan mengarahkan
kelas tetap dilakukan.
Dan belajar membuka hati untuk kembali mencintai calon-calon pemimpin masa depan ini.
Tak
mungkin pula sekeras itu hati tercipta mana kala melihat tatapan
antusias saat layanan klasikal dilakukan . Atau pertanyaan kepo yang
terucap ," bu , kita hari ini belajar apa?"
Memulai
untuk mencintai adalah satu harapan yang kembali dilakukan. Dengan
harapan yang tertanam juga " jangan buat kebijakan yang berniat untuk
memutus mata rantai kedekatan".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar