Kamis, 12 Desember 2024

Cerita tentang Asesmen.

 Penggunaan istilah asesmen sebagai pengganti istilah ujian diperkenalkan saat kurikulum merdeka .Tulisan ini tidak ingin membahas ttg macam- macam asesmen seperti yang dipelajari dalam berbagai teori evaluasi pendidikan. Tulisan ini adalah cerita ringan dan untuk bahan renungan saja. 

Selama sepekan diadakan Asesmen Sumatif Akhir Semester ( ASAS) selalu ada cerita menariknya. Hari ini di sesi kedua mengawas di ruangan yg ada murid istimewanya. Murid istimewaku adalah murid yang patuh dan tekun saat belajar. Saat bel istirahat selesai berbunyi bergegas mengambil perlengkapan untuk mengawas di salah satu kls sesuai dengan jadwalnya. Selesai membagikan barcode tanda waktunya murid untuk memulai ujian secara online. Sambil berkeliling menandatangani kartu ujian dimulai lah cerita menarik ini. 

Beberapa murid menatap tanpa berkedip sambil tersenyum tipis dan mataku tertuju pada murid istimewaku yang asyik membuka Al-Quran dan mencocokkan jawaban dari soal online yang dibacanya . Pandanganku takjub tak berkedip masih memandang murid istimewaku sesekali memberikan pandangan kepada murid yang lain. Wajah dengan senyum tipis-tipis ada pada beberapa murid , seperti membuat pertanyaan lisan tanpa suara “ bu ,teman kami menyontek, Ibu gak bertindak?” Bergegas kuhampiri murid istimewaku dan bertanya perlahan dgn suara berbisik “ada jawabannya di Al-Quran nak?” Murid istimewaku mengangguk mantap dan menunjukkan ponselnya mengajakku untuk membaca pertanyaan dari soal ujian hari ini.Mengingatkan dengan suara berbisik untuk menyimpan Al-Quran nya karena sekarang sedang ujian atau istilah sekarang adalah Asesmen Sumatif Akhir Semester. 

Lantas terlintas dalam pikiranku 

Nyontek itu haram gak ya? 

Kalo nyonteknya dari Al-Quran yang jadi panduan hidup umat muslim gimana ya hukumnya ??


Kamis, 05 Desember 2024

Adab bersilat lidah

Minggu ini lagi viral kejadian yg memprihatinkan ttg tokoh agama yg khilaf menyampaikan kata-kata tak pantas di tengah aktivitasnya berceramah. Sebagai pendidik yang sering berhadapan dengan aktivitas murid dalam penggunaan kata-kata  negatif menjadi kan keprihatinan saat murid lebih mudah enteng mengeluarkan kata/ kalimat umpatan dan sumpah serapah . Sering menengok melalui jendela saat istirahat kbm dalam bercanda murid ngobrol dan mengeluarkan kata negatif dan mengingatkan dengan menghampiri dan ikut dalam perbincangan seru mereka. “Ih ngobrolnya seru banget sampe isi kebun binatang dan teman2nya keluar dari mulutmu nak”

“ iya maaf bu” . 

Dan keprihatinan tersebut menjadi ide untuk melakukan layanan klasikal dgn mengajak muridku menjadi pengamat kata / kalimat yg didengar dan dampaknya terhadap perilaku diri . 

Kusampaikan kepada muridku saat layanan klasikal ketika hasil riset pengamatan sudah dilakukan . Saat presentasi hasil pengamatan dan dampaknya pada diri. 

Poin penting yg disampaikan adalah apa yg terjadi dengan pikiran dan hati kita apabila kita terlalu sering mendengar kata negatif dalam keseharian.             Kata /kalimat yg didengar ibarat seperti suplemen bagi tubuh dan pikiran . 

Jadi jaga pikiran jaga perasaan dari informasi lisan yg akan meracuni diri.

 

Selasa, 03 Desember 2024

Don’t Judge people from the outside


Judul nya keren ya , semoga setelah membaca bisa menginspirasi . 

Tak bisa dipungkiri persepsi akan mempengaruhi penilaian terhadap sesuatu. Informasi awal yang diterima akan menjadi pemahaman awal untuk bertindak atau memberi penilaian. Terkadang yang terjadi adalah setelah informasi awal diterima seakan-akan menjadi data paling valid sehingga menjadi penilaian tertentu. Untuk orang yang terbuka dengan perubahan dan growth mindset informasi menjadi hal penting untuk kemudian dilakukan pencarian informasi pembanding lainnya. Agar penilaian dan pengambilan keputusan menjadi tepat dan meminimalkan kesalahan . Wah pembahasannya agak berat nih. 

Cerita awalnya adalah kejadian salah paham yang akhirnya menjadi pembelajaran untuk mengingat judul tersebut. 

Sebagai konselor saat menangani kasus yang terjadi di sekolah tentunya tak bisa tergesa-gesa langsung mengambil keputusan berdasarkan satu  informasi saja. Setelah beragam data dan informasi dikumpulkan terjadilah kesepakatan untuk saling melakukan pembenahan diri. Dan menjadi menarik manakala setelah sesi kesepakatan selesai dilanjutkan dengan konsultasi edisi curhat dari orang tua. Informasi tentang putri kecilnya yang beranjak remaja masih harus tetap dianggap sebagai putri kecil yang harus selalu didampingi.Hal ini sebenarnya memang bagian dari peran orang tua untuk selalu dan jangan pernah bosan mendampingi putra /putrinya. Namun akan menjadi satu cerita lucu apabila kemudian yang terjadi adalah orang tua yang ternyata kurang dewasa dalam proses penyelesaian masalah untuk sampai pada kesepakatan . Orang tua yang ternyata belum dewasa dan bijak melihat potensi perkembangan putra/putrinya dalam penyelesaian masalah . Pembentukan kemandirian hanya dinilai sebatas sudah mampu berangkat sekolah sendiri tapi tak menyentuh pada kemampuan intelektual putra/i nya yang sudah memiliki pemikiran yang baik menurutnya. Ketidakyakinan orang tua bahwa putra/i nya juga memiliki strategi dalam penyelesaian masalah nya karena tidak sesuai dengan cara yang biasa dilakukan orang tua. 

Lanjut cross check dong . Obrolan santai sepulang sekolah bersama dengan remaja yang dianggap tidak percaya diri ternyata mengaburkan semua persepsi awal berdasarkan informasi yang diterima tentang putrinya yang masih harus didampingi. Justru sebagai konselor takjub dengan cara berpikir remaja ku dalam bersikap menghadapi kesalahpahaman yang terjadi . Sebagai konselor mencoba mengaitkan beberapa teori dari buku bacaan psikologi yang pernah dibaca. Hasilnya luar biasa  Don’t Judge people from the outside.