Senin, 09 Mei 2011

Sansiviera

Berawal dari lomba sekolah sehat yang dilakukan pada tahun 2009. Siswa diminta untuk membawa berbagai jenis bunga karena motto sekolah tentang Sekolah seribu satu kenangan. Dan membawa bunga adalah salah satu cara untuk membangkitkan kenangan-kenangan indah. “Katanya… Indah saat dilihat pertama sewaktu tim penilai datang tiba-tiba penuh dengan rangkaian bunga Anggrek yang beraneka jenis, cantik walau tak semerbak. Dan hal itu hanya berumur beberapa saat. Di waktu yang lain lagi , ada perintah lagi untuk membawa jenis bunga yang lain seperti Aglonema, Ephorbia hingga Sansiviera. Sementara ada perintah –perintah lain yang tak kalah membingungkannya , berkaitan dengan tugas membuat rangkaian tirai dari bekas minuman untuk dipajang di jendela kelas.Rame ya… Mungkin semua dapat dijalankan dengan baik apabila ada kerjasama yang memanusiakan siswa saat diperintah.Sementara ini tidak, siswa hanya diminta untuk membawa tapi tidak diajarkan untuk memelihara,kemudian yang terjadi adalah semua bunga yang pernah dibawa mati kering tak terawat . Kasihan ciptaan Tuhan yang bernama tumbuhan tak mampu untuk menolak saat harus dibawa dari tempatnya yang nyaman. Saat ini ada hal baru lagi yang diperintahkan oleh pimpinan yaitu membawa jenis tanaman yang lain . Aku pun tak begitu paham dengan jenis-jenis tanaman karena bagiku aku tidak begitu tertarik. Dan terjadilah dialog konyol yang terjadi di ruangan ku,Wah siswa disuruh bawa tanaman lagi, yg dulu aja tak terawat. Sekarang di suruh bawa sansiviera, Sansiviera…? Iya lidah mertua. Duh kasihan amat ya para mertua, lidahnya dipotongin jadi gak bisa ngomel deh…. Mending setelah itu dirawat dengan baik….Tak takutkah yang memberi perintah itu bahwa akan diminta pertanggung jawaban dari perintahnya. Apalagi menyia-nyiakan ciptaan Allah…

Minggu, 08 Mei 2011

Yang lalu dan hingga kini

Pernah aku menulis suatu tulisan yang berjudul " Mengajar berani tapi tak berani" yang isinya:
Kami sering berbicara tentang kejujuran, tapi belum bisa berbuat jujur. Kami sering bilang harus berani, tapi masih khawatir akan nasib di depan...oh nasib.
Ternyata kemerdekaan masih menjadi mimpi indah kami. Merdeka dari tekanan fisik.Merdeka dari tekanan psikis . Dan merdeka untuk berpikir dan berkreasi . Tulisan itu aku tulis sekitar tahun yang lalu karena ketidakmampuan salah satu rekanku menolak perintah dari pimpinan. Dan saat ia bercerita , rasanya aku begitu gregetan . Katakanlah secara jujur apa yang menjadi hambatannya, agar dapat sama-sama belajar untuk memahami kesulitan yang ditemui. Dan kini kejadian seperti itu ditemui kembali. Dan berulang lagi melakukan hal yang sama, mengajar berani tapi tak berani. Terkadang aku merasa aneh juga ya , kami yang memiliki pekerjaan yang sangat mulia, Mencerdaskan kehidupan bangsa sesuai dengan amanat UUD '45. Ternyata kemerdekaan kami sebenarnya masih terkekang oleh " nasib " yang seakan-akan ada di tangan pimpinan. Kasihan karena ternyata belum merdeka . Mengenai " nasib " di tangan pimpinan , aku pernah merasakan bagaimana tak berdayanya bawahan terhadap" mau"nya pimpinan. Selalu aku dihambat saat membutuhkan tanda tangannya agar aku dapat mencairkan uang hasil kerjaku. Padahal aku benar-benar telah bekerja tetapi berhubung aku sering tak sesuai dengan kebijakan pimpinan ya dengan sangat berat hati aku harus menanggung beban di musuhi tanpa alasan yang jelas. Pengalaman berharga yang aku rasa tidak semua orang mendapat cobaan seperti aku . Paling tidak aku belajar untuk menjadi berani. Berani untuk jujur. Berani untuk berbeda.Karena dalam pemahamanku rezeki kita yang mengatur Allah , bukan manusia yang kebetulan diberi amanat lebih untuk menjadi pemimpin dari orang yang dipimpinnya Tidak tahu aku sampai kapan orang-orang yang mengajar berani akan benar-benar memiliki keberanian .

Sabtu, 07 Mei 2011

Ingin Hasil tak mau Proses

Tadi siang setelah pulang dari melaksanakan kegiatan Osis di sekolahku. Aku sedikit gregetan dengan kegiatan yang tak terencana dengan baik. Rasanya ingin sekali membenahi semua . Karena ego pemimpin kacau balaulah semua kegiatan. Dimulai dari kegiatan yang terencana saja sudah menjadi masalah dan dilanjutkan lagi dengan maunya pemimpin yang tidak bijak melihat situasi. Bukan ingin mengembangkan potensi tetapi mematikan potensi karena memiliki kepentingan tersendiri.Jadwal acara yang sudah disusun walaupun tanpa koordinasi berantakan karena ada informasi yang beredar akan kedatangan tim penilai kebersihan. Dan kegiatan ku yang sudah kurencanakan dari jauh hari juga harus banyak yang dibatalkan. heh...gregetan rasanya. Sewaktu aku mendapat tugas tersebut, apabila ingin egois bisa-bisa aja. Tapi aku berpikir untuk jangka panjang , kegiatan yang dilakukan ini diikuti oleh peserta yang saat ini menjadi siswa bimbinganku . Dan aku membutuhkan kerjasama dengan mereka semua agar nantinya aku tidak mengalami kesulitan mengatur perilaku mereka saat mereka memasuki jenjang kelas yang lebih tinggi . Tak jarang yang terjadi adalah sikap dan perilaku yang melakukakan tindakan bullying kepada adik kelasnya saat sudah menjadi pengurus Osis.Dan hal itu menurutku sangat tidak baik.Yah walaupun perilaku yang mereka lakukan adalah bentuk dari mencontoh perilaku orang sebelumnya yang menurut mereka aman-aman saja . Tetapi ada hal lain lagi yang mengganggu pikiranku mengenai kegiatan tak terencana ini . Aku sangat heran dengan kebijakan pemimpin yang hanya berpikir untuk dirinya sendiri demi pen " citra " an diri, rela mengalahkan tujuan pendidikan secara utuh.Selalu membuat kebijakan yang mematikan potensi siswa dan memaksakan keinginan nya agar mendapat pujian dari atasannya.Walau mungkin saja pujian itu semu, tak perduli yang penting di puji ...Luar biasa Padahal suatu kegiatan yang dilakukan saat ini bukan berarti akan langsung mendapat hasilnya saat ini juga. Semua membutuhkan proses yang berjalan dengan baik untuk bisa belajar memperoleh hasil sesuai dengan harapan .Bagaimana mungkin mendapat hasil baik tanpa melewati proses . Allah saja tak pernah langsung menjatuhkan rezekinya dari langit setelah kita selesai berdoa.Manusia di beri akal untuk berpikir dan raga untuk berusaha sementara hati untuk menempatkan diri pada perilaku yang baik sesuai dengan norma yang ada .Jadi judul diatas yang ingin hasil tapi tak mau melewati proses merupakan perilaku orang-orang malas, egois dan kurang bersyukur.

Jumat, 06 Mei 2011

Surga

Jangan berpikir saat membaca judul tulisan ini aku akan membahas dengan serius tentang surga. Aku belum pernah ke sana kalau ingin ya ingin sekali dan saat di dunia ini yang harus dilakukan adalah membenahi perilaku agar apabila saatnya nanti harus meninggalkan dunia yang fana ini , aku sudah memiliki cukup bekal untuk memasuki pintu surga. Dan bisa kekal di dalam nya .Amin
Cerita tentang indahnya kehidupan di surga pernah aku tulis dalam bentuk puisi walau itu berkaitan dengan kegundahanku saat itu. Nah untuk tulisanku kali ini tentang pertanyaanku saat kegiatan kultum yang dilakukan oleh suamiku setiap malam Jumat. Membahas tentang salah satu surat dalam Al Quran. Diceritakan begitu menyenangkan kehidupan di surga , apapun yang menjadi keinginan kita tanpa harus bersusah payah langsung tersedia. Ya itu semua sebagai balasan dari segala perilaku baik kita selama di dunia. Tetapi tiba-tiba terlintas saja dalam pikiranku. Sementara manusia diciptakan Allah dilengkapi oleh nafsu baik dan buruk. Berarti saat seorang manusia sudah diputuskan untuk bisa memasuki pintu surga segala nafsu buruknya telah tercabut juga dong. Tidak ada lagi tuh keinginan untuk jahat dan menjahati orang karena semua sudah tersedia . Wah nyaman betul ya tapi kok gak ada tantangannya ya. Padahal kodratnya manusia kan harus berjuang dan saat berjuang itulah manusia akan merasakan suatu kenikmatan dan akan bersyukur apabila sudah mendapat yang diinginkan.Lalu tiba-tiba anak-anakku nyeletuk " Jadi kalo nanti bunda masuk surga , bunda masih pengen marah-marah dong. Dan anakku yang lain lagi menimpali " iya nih bunda masih ingin berantem aja....hehe...bukan begitu maksudnya anakku . Aku hanya ingin di beri pencerahan tentang surga secara benar. Pemahaman dangkal ku adalah sebelum dapat mencapai surga yang abadi paling tidak buatlah surga kebaikan di dunia ini karena berarti kita sudah menciptakan surga untuk kehidupan kita sendiri. Gak salah dan tidak ada ruginya kok.

Kamis, 05 Mei 2011

Kisah inspiratif di pagi hari

Biasanya di pagi hari saat sudah duduk di kereta, aku langsung mengeluarkan Koran pagi terbitan ibukota dan membaca beberapa berita headlinenya. Dan di pagi ini ada beberapa berita yang menarik minatku untuk membacanya. Selain berita kematian Osama yang dilakukan oleh pasukan elit Amerika . Yang tidak begitu membuatku tertarik untuk membacanya karena makin memperlihatkan arogannya Amerika dalam memperlakukan musuh-musuhnya. Dan sewaktu aku berdialog dengan keluargaku di rumah anak-anakku bertanya yang jahat siapa sih bunda, Osama atau Amerika.? Dan ibu ku langsung menjawab keduanya salah dan jahat.Tak tahulah aku siapa yang salah atau yang benar.Karena keputusan salah dan benar itu hanyalah hak yang menciptakan hidup. Melanjutkan cerita tentang berita di Koran pagi yang aku baca , ada satu analisis yang di kemukakan oleh DR. Rhenald Kasali. Aku selalu suka dengan pendapat dan pemikirannya. Menurutku sangat inspiratif dan membumi. Membumi kalau meminjam istilah yang sering di ucapkan dosenku saat kuliah dulu. Kata dosenku waktu itu, memberi saran atau pendapat sah dan boleh saja saat sedang kegiatan diskusi tetapi usahakan memberi pendapat dan saran yang berupa masukan yang dapat dilakukan dengan baik bukan hanya ide yang mengangkasa hingga untuk meraihnya seperti ingin mencapai planet mars. DR. Rhenald Kasali membahas tentang kejadian yang baru saja terjadi pada tgl 2 Mei 2011 yaitu hari pendidikan nasional . Menurutnya ada 2 jenis guru yang ada di lembaga pendidikan , yang pertama adalah guru kognitif yaitu guru yang sangat berpengetahuan , pintar , banyak memberi nasehat, tapi kurang mendengarkan , mungkin lebih tepatnya kurang memiliki kemampuan untuk memanusiakan manusia.Sang guru terlihat sangat kaku saat berhadapan di hadapan siswa/inya . Dan dalam pandangannya hanya dengan menerapkan disiplin kaku, siswa harus rapi, patuh, disiplin akan membuat siswa lebih pintar dan memiliki masa depan yang lebih cemerlang. Benarkah…? Dari guru kognitif ini siswa/i diajarkan untuk menjadi orang pintar tetapi tidak dilatih untuk menghadapi tantangan masa depan yang penuh rintangan. Jenis guru yang kedua adalah guru kreatif . Guru kreatif ini cenderung dianggap aneh oleh lingkungan tempatnya bekerja karena tidak memperdulikan aturan tupoksi dan silabus . Guru kreatif ini sangat toleran dengan perbedaan dan cara berpakaian siswa . Bagi guru kreatif cara siswa berpakaian tidaklah prinsip yang akan membuat hidup siswa menjadi tidak bermanfaat.Guru kreatif sangat menghargai keberagaman. Guru kreatif menyentuh hati siswa/i nya. Dan akan sangat kehilangan juga kangen luar biasa manakala tidak berinteraksi dengan siswanya , guru kreatif ini sering mengajak anak bercerita tentang kehidupan yang sedang dijalani dan bagaimana impian dari siswanya untuk menghadapi kehidupan masa depan yang penuh tantangan sambil bersama –sama membuat perencanaan jangka panjang dengan menggunakan strategi yang tepat . Dari guru kreatif ini siswa diajarkan untuk berani menghadapi tantangan kehidupan dengan kemampuan yang dimilikinya. Bahwa manusia diciptakan oleh Yang Maha Kuasa dengan segala perbedaannya yang diharapkan dapat membuat kehidupan di dunia menjadi lebih baik. Ya apapun jenis gurunya , bagi saya adalah tetap hargai perbedaan karena dari perbedaan itulah akan banyak melahirkan inovasi-inovasi baru. SELAMAT HARI PENDIDIKAN NASIONAL. Semoga guru dapat menjadi panutan bagi generasi penerusnya.

Dongeng menjelang tidur

Terkadang menjelang tidur malam kedua putra/i ku minta di ceritakan. Dan suatu malam sambil bercerita kegiatan mereka di sekolah sepanjang hari . Mereka berdua meminta ku untuk bercerita. Untungnya di siang hari aku baru saja selesai membaca satu kisah persahabatan antara 2 orang yang berbeda latar belakang sosial ekonomi tapi mereka tetap bersahabat. Aku ceritakan tentang kisah 2 orang anak yang bernama Badu dan Ali. Badu dilahirkan dari keluarga berada yang serba berkecukupan sementara Ali dilahirkan dari keluarga yang kurang beruntung , walau begitu persahabatan mereka tetap terjalin dengan baik. Memasuki usia remaja Badu dan Ali mulai memiliki ketertarikan pada bidangnya masing-masing. Badu tertarik dengan bidang ketentaraan sementara Ali sangat peduli dengan sesama , Ali sering sekali membantu orang-orang yang sedang mendapat kesulitan terutama dalam kesehatan.Dan Ali memutuskan memilih pekerjaan menjadi seorang dokter. Saat terjadi perang Badu yang memilih pekerjaan menjadi tentara terluka kakinya dan mengalami infeksi yang cukup parah . Badu mencari obat untuk menyembuhkan penyakitnya, sampailah suatu hari Badu mendengar ada seorang dokter yang telah menemukan obat untuk infeksi pada luka.Penisilin nama obat itu. Badu langsung mendatangi dokter tersebut dan saat bertemu mereka berdua kaget sekali karena mereka adalah 2 sahabat yang telah lama tak bertemu karena keduanya meneruskan pendidikan untuk dapat meraih cita-cita . Aku menceritakan kisah inspiratif ini untuk memberi pesan moral kepada kedua putraku . Dan kulanjutkan lagi dengan mengatakan singkat cerita kedua sahabat ini dapat meraih pekerjaan yang baik untuk pekerjaannya Badu kemudian menjadi seorang Perdana Mentri Inggris bernama Winston Churcill yang terkenal sedangkan Ali menjadi dokter yang hebat karena berhasil menemukan obat untuk infeksi luka bernama Penisilin dan sang penemu Penisilin itu bernama Alexander Fleming. Selesai aku bercerita putraku yang kecil nyeletuk bunda, setelah besar Ali dan Badu jadi orang Inggris ya kok mereka ganti nama….oh…aku lupa mengganti nama sang tokoh dalam cerita . Aku pikir mereka hanya sekedar mendengar saja tetapi ternyata ada proses berpikir dan menganalisa yang dilakukan oleh anak-anakku untuk menelaah apakah cerita yang aku sampaikan telah sesuai dengan urutan nama dan jalan ceritanya. Pengalaman menyenangkan menjelang tidur.

Selasa, 03 Mei 2011

Pemahaman Guru tentang Sikap

Ada hal yang mengganggu pemikiranku beberapa hari yang lalu, saat menerima raport bayangan putriku. Nilai akademis yang diperoleh cukup baik karena diatas standar kriteria ketuntasan minimal ( KKM). Tetapi agak kaget manakala melihat pada nilai sikap dan perilaku yang diberi nilai hanya C. Nilai yang membuatku merasa tertampar sebagai orang tua dan sebagai guru pembimbing. Sebagai orang tua aku merasa tidak mampu untuk membimbing putriku sehingga putri kecilku harus mendapat penilaian yang luar biasa menohok hati dan harga diri ku sebagai orang tua . Sementara sebagai guru pembimbing di suatu sekolah aku selalu sangat berhati-hati apabila akan memberi nilai sikap dan perilaku kepada siswa/i ku. Berdasarkan panduan yang ada tentang sikap dan perilaku siswa, ada 7 aspek yang akan saya nilai yaitu :

· Aspek Kerajinan

· Aspek Kedisiplinan

· Aspek Kesantunan

· Aspek Kerapihan

· Aspek Kebersihan

· Aspek Keaktifan

· Aspek Tanggung jawab

Semua aspek yang masuk dalam penilaian tersebut akan diolah berdasarkan pengamatanku dan pengamatan beberapa guru yang mengajar untuk kemudian aku laporkan dalam bentuk penilaian sikap dan perilaku. Tetapi aku selalu berhati-hati saat memberi penilaian pada siswa yang termasuk dalam kategori sering melanggar aturan, tidak pernah aku memberi dalam bentuk nilai C , misalnya aku memberi deskripsi nilai butuh perhatian khusus dalam kesantunan saat berbicara dengan guru dan teman-teman ( B-Pk ) . Disertai dengan titipan pesan kepada walikelasnya apabila nantinya orang tua bertanya mengapa anaknya di beri nilai tidak memuaskan . Walaupun sebelumnya aku selalu menginformasikan kepada siswa/i dan orang tua mengenai perilaku putra/ i nya di sekolah . Tetapi pasti tidak menutup kemungkinan akan ada orang tua yang tidak siap dengan penilaian tersebut. Salah satunya ya aku. Dan untuk penilaian sikap dan perilaku tersebut seringkali kita sebagai guru bertindak sedikit subjektif dan akan menjadi sangat tidak adil bagi siswa manakala gurunya menilai hanya berdasarkan rasa suka dan tidak suka kepada seorang siswa . Yang harus diingat oleh kita sebagai guru adalah kita masih manusia biasa yang belum mampu untuk adil dalam memberi penilaian, like and dislike entah didasari oleh latar belakang tertentu . Tetapi ada yang lucu juga dari kejadian yang dialami oleh putriku , ternyata ada beberapa temannya yang juga mendapat nilai sikap dan perilaku C dengan alasan yang dikemukakan oleh gurunya adalah agar menjadi motivasi bagi siswa/i untuk memperbaiki perilaku….hah…aku masih berprofesi sebagai guru pembimbing dalam pemahamanku untuk siswa SD usia 10 tahun memberi motivasi tidak lah dengan cara seperti itu . Akan lebih baik apabila pemberian motivasi dilakukan dengan cara pendekatan mengingatkan kepada siswa yang dianggap bermasalah untuk merubah perilakunya. Dan siswa / anak usia 10 akan lebih termotivasi untuk memperbaiki diri saat diberi tahu perilaku mana yang harus di ubah bukan dengan memberi nilai C seperti itu . Karena memberi nilai C itu ternyata tidak tepat sasaran malah yang menjadi tersinggung adalah saya sebagai orang tuanya . Dan lucunya lagi dari beberapa siswa yang mendapat nilai C itu adapula orang tua yang malah menyalahkan anaknya karena dianggap sikap dan penilaian itu benar…oh orang tua yang baik dan memahami keputusan guru itu ya. Walau penilaian perilaku tersebut tidak ada standar yang baku. Kasihan juga anak itu yang tidak dibela oleh orang tuanya .Karena menurut pengamatanku anak dari orang tua itu sebenarnya tidaklah ber” masalah” tetapi aktif. Aktif kan berbeda dengan tidak sopan dan nakal. Kemudian lagi untuk penilaian sikap rasanya harus menjadi pertimbangan yang matang saat akan memberi nilai A, B, C karena akan berdampak pada kita sebagai guru apakah telah pantas menjadi panutan dan teladan sehingga kita berhak menilai seperti mau kita . Mungkin saja kan perilaku siswa itu merupakan cerminan dari tingkah laku kita sebagai guru yang tak pantas untuk dijadikan teladan ?