Rabu, 17 Maret 2010

Katanya bekerja adalah ibadah
Katanya ibadah butuh keiklasan
Katanya keiklasan ada dalam hati yang tenang

Lalu bagaimana caranya membuat hati tenang sehingga iklas dalam bekerja?
Pagi buta sebelum jamaah sholat shubuh kembali ke rumah,
aku sudah berangkat menuju tempat tugas setelah melakukan ibadah sholat shubuh dengan terburu-buru
Sampai di tempat kerja dengan waktu yang sangat sempit untuk langsung melakukan aktifitas
Dengan kegundahan-kegundahan karena aktifitas yang disertai dengan tekenan dan intimidasi
Khawatir dipotong tunjangannya

Apa yang kucari sebenarnya?
Mengejar dunia aku belum bisa jadi milyuner,tunjanganku sering dipotong karena tidak tepat sampai di tempat tugas
Mencari akhirat aku sering beribadah dengan terburu-buru dan kurang iklas bekerja karena berada dibawah tekanan

Tempat sampah

Apa kabarnya tempat sampah?
Diberi tempelan stiker berwajah model sekolah....
Tak ada satu jua sampah bekas makanan ada di dalamnya
Dibiarkan bersih dan tertata rapi di pojok kelas

Khawatir di beri nilai 70 oleh penilai
Karena sampah menumpuk sedikit....
Dan yang terlihat malah sampah berserakan dimana-mana....

Ironis atau ini kenyataan yang sebenarnya???

Hah....

Capek jadi orang Indonesia
Tanpa kepastian
Tanpa kejelasan
Semua harus di pahami
Segala hal bisa menjadi wajar
Bertanya dianggap banyak mau
Berargumen dianggap sok tau
Oh...negeriku...oh tanah airku...
Ajari aku untuk sabar dan bijak menjadi rakyatmu

Kamis, 25 Februari 2010

Kaleng biskuit

Beredar kaleng biskuit dengan tempelan tulisan yang berbunyi
Infaq harian untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW

Ya Rosul aku adalah bagian dari umatmu dengan banyak pertanyaan dalam benakku
Bagaimanakah ya Rosul caraku untuk memperingati hari kelahiranmu?
Dengan cara mengedarkan kaleng biskuit itukah atau dengan cara berinfaq yang banyak....?

Aku ingin meneladani perilakumu ya Rosul
Aku ingin menjadi umatmu yang akan mendapat syafaatmu di hari akhir nanti

Tapi mungkin baru sebatas itu bentuk penghargaanku padamu Ya Rosul.

Sabtu, 20 Februari 2010

Nikmat Allah

Tergugah kesadaranku akan nikmat Allah bagi hambanya..."Fa bi ayyi aalaa-i rabbikumaa tukadzibaan,Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan" ( Q.S AR Rahman 13)

Berdiri seorang bocah lelaki kecil disampingku berseragam batik SD,dan aku tergelitik untuk bertanya " sekolah dimana dek?. Di pasar minggu jawabnya dan kemudian dia bercerita ,dia tertinggal kereta yang paling pagidan kemungkinan dia akan terlambat sampai di sekolah karena perjalan dari stasiun menuju sekolahnya masih harus naik angkot lagi . Setiap hari dia berangkat sekolah sendiri karena bapaknya sudah meninggal dan ongkos yang diberi ibunya hanya tiga ribu rupiah setiap harinya.

Di sudut lain aku melihat satu keluarga tuna netra terlihat begitu bahagia bercerita antara anak,ibu dan bapaknya....dan sesekali terlihat anaknya yang tidak buta meletakkan kepalanya dipundak ayahnya kemudian ayahnya yang tuna netra membelai rambut anaknya.

Aku memandangi diriku dalam bayanganku...apa yang kurang dengan aku?
Aku sehat,punya mata,telinga,tangan dan kaki...aku punya pekerjaan,keluarga dan lingkungan yang menyayangiku.

Kenapa aku tidak dapat mensyukuri nikmat Allah ini?

Sabtu, 06 Februari 2010

Hati nurani

Kemana hati nurani...
Ada dimana hati nurani...
Lagi apa hati nurani......?
Beliau baru saja berbicara tentang ikhlas,mensyukuri nikmat dan azab kubur...juga banyak hal yang berkaitan dengan " PENGORBANAN"

Ibu.." siswa di kelas saya tidak mampu untuk menyediakan tempat sampah sebanyak itu...dan memang ada yang bersedia menjadi donatur dengan mengambil uang tabungannya yang berjumlah Rp 25.000,tapi ternyata tidak cukup untuk membeli satu pun juga barang yang diinginkan....

Apabila dia ikhlas ambil saja uang itu....itu jawaban dari Beliau....
Hah....Lagi apa hati nuraninya,kemana dan ada dimana.....?

Padahal siswaku bersedia menjadi donatur dengan mengorbankan uang tabungannya yang berjumlah Rp 25.000 itu karena capek hati mendengar ucapan Beliau yang terhormat terus-menerus menjelek-jelekkan kelasnya...

Dan saat istirahat siswaku datang padaku dengan berurai airmata....
Ibu...saya gak punya uang untuk membeli tempat sampah sebanyak itu...
Harganya sangat mahal....
Bahkan untuk membeli satu juga uang tabungan saya tidak cukup...
Apa yang harus saya lakukan bu....
Apa saya bekerja saja untuk beberapa hari ini agar uangnya bisa cukup....

Kerja apa nak....? Tanyaku
Menjadi tukang cuci bu....
Allahu Akbar....mulia sekali hati siswaku ini...dia mau ber " korban untuk sesuatu yang seharusnya bukan hanya dia yang memikulnya.

Dan rasanya mungkin pertanyaanku mulai terjawab
Hati nurani Beliau mungkin saat itu sedang ada di tempat "sampah"

Minggu, 31 Januari 2010

Efektifitas tunjangan dan beban stres yang dihadapi

Wacana yang digulirkan oleh Pemda Dki Jakarta tentang tunjangan kinerja daerah berdampak pada kinerja para pegawai negeri di lingkungan Pemda tidak terkecuali pada kinerja guru di lingkungan pendidikan. Semua bertanya-tanya berapa besar tunjangan yang akan saya terima nantinya? Bagaimana perhitungannya? Bagaimana potongannya ? Namun ternyata tidak berdampak pada kinerja para pegawai secara profesional,yang terjadi hanyalah berhitung-hitung angka tapi tidak untuk berhitung meningkatkan profesional kerjanya . Para pegawai hanya khawatir apabila tunjangan yang akan diterima sedikit dan jadi malas untuk membuat inovasi terbaru dalam proses pengajarannya.
Dan wacana itu sekarang tidak lagi menjadi wacana tapi sudah menjadi kenyataan walaupun masih banyak hal-hal yang menjadi pertimbangan banyak pegawai tentang kok besar tunjangan yang diterima tidak sesuai dengan golongan ? kok jadi semakin dituntut untuk ini dan itu sementara tidak menuju kepada produktifitas kerja yang baik.
Apa memang benar istilah peraturan ada untuk dilanggar,karena tuntutan untuk ada di tempat kerja khusus bagi guru dari jam 6.30 pagi hingga siang menjelang sore jam 15.00 adalah cukup merepotkan dan yang terjadi adalah setelah selesai mengajar yang terlihat guru banyak yang bergelimpangan diantara kursi dan kursi di ruangannya sambil menunggu waktu pulang. Efektifkah peraturan itu dibuat dan setelah waktu pulang datang guru masih harus berjuang kembali di pinggir-pinggir jalan untuk menuju rumahnya yang mungkin saja perjalanan menuju rumahnya harus menghabiskan waktu sekitar 1,5 jam di jalan,kapan guru-guru tersebut bisa mendidik anak-anaknya sendiri apabila waktu pertemuannya dengan keluarga yang sangat sempit.
Tapi apalah kemampuan kami para pegawai dan guru? Seperti benang kusut yang tidak tau harus mengurai darimana Peraturan dibuat untuk dipatuhi dan apabila tidak mematuhi maka konsekuensinya tunjangan yang akan diterima akan juga berkurang begitu tidak berdayanya kah para pegawai dan guru sehingga tidak juga memiliki keberanian untuk berbicara dan mengungkapkan pendapatnya.