Sabtu, 31 Agustus 2013

Amalan ...Loyalitas...dan Profesionalitas

Bagaimana menerapkan amalan, loyalitas dan profesional dalam dunia kerja?
Pantaskah ketika kegiatan kerja yang sudah dilakukan sesuia dengan tupoksi tak mendapat penghargaan berupa tunjangan. Dapatkah hal seperti itu dikatakan sebagai amalan ? Ketika yang memberi perintah (sebagai atasan ) ternyata juga tak melaksanakan tupoksi sebagai mana tertuang dalam perjanjian sumpah pegawai . Mungkin pemahaman awamku jauh dari sekali dari tuntutan "profesional " pejabat di birokrasi .Profesional selalu didengungkan dalam dunia kerja , tapi seakan-akan profesional dalam bekerja hanya menjadi kewajiban bagi bawahan . Ketika sudah menjadi pejabat bagaimana menerapkan profesionalitasnya? Tak melaksanakan tupoksi dan berdalih ada rapat diluar masih disebut profesional kah?Sementara berapa berapa puluh kepala generasi masa depan yang tak terlayani dengan tupoksinya . Ketika bawahan menolak untuk patuh dengan pemimpin yang tak melaksanakan tupoksi dapatkah bawahan tersebut diberi label " tak loyal " . Loyalitas itu ditujukan pada siapa sih ? Pada pekerjaannya atau pada atasannya? SO...Bagaimana menerapkan ketiga hal tadi , amalan ,loyalitas dan profesional ?

1 komentar:

  1. Wah Bu Ninik postanya yg ini renyah bgt :D
    bener juga tuh, emg sbenernya kan loyalitas itu artinya kan patuh, jd kita hrs patus sama yg mana? pekerjaannya atau atasannya?
    saya rasa sh tergantung ibunya aja bu :)

    BalasHapus