Rabu, 31 Januari 2018

Demam Dilan

 
 
 
Berawal dari pemaksaan yang berakhir dengan rasa penasaran . 
Putriku yang bertanya tentang kehidupan masa remaja yang pernah kulalui.
Dan menyarankan aku untuk membaca novel remaja karya Pidi Baiq . 
Asumsi awal yang sedikit negatif memberi penilaian novel ini pasti lebay sama seperti novel-novel era sekarang yang terkontaminasi dengan sinetron. 
Halaman demi halaman dibuka hingga penasaran demi penasaran menumpuk 
Satu pelajaran berharga mengutip peribahasa lawas " Tak kenal maka tak sayang" . 
Terlalu cepat berasumsi tak baik juga untuk hati dan pikiran. 
Hingga kukatakan kesukaan terhadap sesuatu itu hanya masalah selera ( cari pembenaran) . 
Dan selera tak pernah bisa disalahkan. 
Hmm ...jadi kuat kan alibinya. 
Novel Dilan yang ditulis oleh Pidi Baiq memang menyita perhatian banyak pihak. 
Aku yg saat ini sudah di posisi sebagai guru BK bisa mengambil contoh nyata dari peran yang ada di novel dan filmnya tersebut sebagai pelajaran hidup dan  materi layanan yang menarik untuk dibahas. 
Dari tugas perkembangan remaja yang saat ini di alami oleh siswa/i ku menjadi materi layanan tentang masa- masa remaja yg penuh cerita tentang harapan,kegalauan,bahagia,senang,sedih gelisah . Sebagai bahan diskusi tentang berwarnanya  hidup karena pernah lahir sosok seperti Dilan. 
Dan mengutip kata-kata yang diucapkan oleh si pengarang  dengan adanya anak-anak  nakal berarti guru BK di sekolah tak lagi dianggap magabut ( makan gaji buta) 
Mengupas sosok- sosok lain dari novel Dilan adalah peran orang tua yang bijak menghadapi prilaku remaja-remajanya yang dikala itu pastinya juga cukup mengkhawatirkan. 
Membahas tentang Dilan juga dapat menjadi pengantar untuk memulai kbm di kelas. 
Ketika suasana temaram dengan gerimis pagi yang berlanjut dari malam membuat siswa/i ku kurang bersemangat untuk membahas materi tentang " Quote yang membangun." 
Kumulai dengan bercerita tentang bagaimana suasana pergaulan saat masih SMA . 
Dan masa SMA memang lah masa yang paling menyenangkan diantara semua fase kehidupan manusia ( menurutku ) setelah melewati beberapa fase yaitu bayi, kanak-kanak , remaja dan dewasa . Hingga terucap putih abu-abu itu masa paling indah untuk dikenang. 
Demam Dilan juga bisa menjadi jembatan untuk menghubungkan dunia siswa dengan dunia guru. 
" Dari dunia mereka ke dunia kita. Dan hal ini memudahkan guru membangun jalinan, menyelesaikan bahan pelajaran lebih cepat dan membuat hasil belajar lebih melekat"
Terima kasih Dilan , terima kasih ayah @ pidibaiq


Dua telinga satu mulut

 
Anugrah dari yang maha kuasa kepada hambanya dalam bentuk panca indera telinga dan mulut yang berjumlah berbeda memiliki filosofi yang mendalam. 
Namun seringkali terabaikan seakan-akan tak mengandung makna yang bisa di renungkan . 
Ingat teman terdekat ku dahulu pernah berkata " Manusia itu punya 2 telinga dan satu kuping dengan perbandingan 2:1 . Maknanya agar kita lebih banyak mendengar dari pada berbicara   
Terkesan sepele hanya mendengar saja ya  
Namun mantan presiden Soeharto pun pernah menyampaikan tentang pentingnya mendengar . 
" Mendengar memperkaya hati" Dan aktifitas mendengar melibatkan indera telinga untuk diolah dalam otak agar menjadi satu pemahaman bagi manusia. 
Sementara mulut yang berjumlah satu memiliki peran untuk menyampaikan berbagai hal berkaitan dengan hasil pemikiran di otak untuk diucapkan . 
Satu cerita tentang  mendengarkan . Ketika di suatu siang datang salah satu siswaku yang telah lulus untuk " bercerita" tentang kegalauam yang dialaminya. 
Dan kepekaan seorang konselor teruji untuk memulai bertanya 
" ibu bisa bantu apa untuk kamu nak", tanyaku. 
Dan dijawab dengan kalimat , " gak bu, sy hanya butuh ibu untuk mendengar saya aja "
Mahalnya situasi dan kondisi untuk mencari pendengar atas kegalauan yang dirasa.

Rabu, 24 Januari 2018

Quote yang membangun

Memasuki tahun baru dengan memberi layanan materi klasikal quote yang membangun. Tak bertemu selama liburan semester ganjil menantangku untuk membuat materi layanan sesuai tugas perkembangan kematangan intelektual siswa menengah pertama.
Berawal dari refleksi akhir tahun yg kuposting untuk diisi oleh siswa/i ku sebagai data asesmen kebutuhan mereka. Salah satu siswa ada yg mengungkapkan untuk lebih mendalami tentang quote ( kata bijak) . 
Ya mengungkapkan quote memang selalu diucapkan oleh siswa/i ku ketika aku memanggil nama mereka ketika di absen . Bertujuan untuk membakar semangat mereka.Dan beragam quote yg diucapkan . Dari yg berkesan melow mengutip dari judul lagu " nothing gone change my love 4 U " . Quote yang mengutip dari bahasa Inggris " Never give up, always positif thingking, keep smile, juga quote yang dikutip dari peribahasa yang dipajang di sepanjang koridor kelas ( untuk yang ini aku yakin mereka ngintip keluar jendela untuk membaca ) 
Proses kbm yang terjadi di materi ini diawali dengan membagikan beraneka kalimat bijak. Meminta siswa untuk menuliskan quote yg di dapat untuk kemudian memaknai pesan tersirat dari setiap quote. Dan babak yang paling mendebarkan adalah saat siswa mulai terlibat untuk berargumen menyampaikan pendapat nya . 
" Takut salah bu," itu yg diungkap ketika meminta salah satu siswa untuk berpendapat . 
" Saya hargai apa pun pendapat mu, kita sedang belajar. Salah adalah bagian dari proses belajar " 
Bukan hal yang mudah untuk dapat membuat siswa memiliki keberanian menyampaikan pendapat nya . Tahapan selanjutnya yang harus kulakukan setelah mereka mempunyai kepercayaan diri untuk berpendapat adalah mengajarkan cara menyusun kalimat yang efektif sehingga mudah dipahami. 
Dan kegiatan diakhiri dengan kalimat " bu, Minggu depan kita masih bahas tentang quote kan, disertai dengan tatapan mata penuh harap .

Selasa, 16 Januari 2018

Belajar Memaknai

 
 
Tiba2 jadi pengen mengulas novel yg baru dibaca. Novel dengan judul Dilan yg ditulis oleh Pidibaiq. Berawal dari cerita putri ku yg membaca novel itu. Dan banyak bertanya ttg gaya pergaulan remaja di zaman ku.  ( Ketauan deh udah tua) 
Aku coba mengulasnya dari sudut pandang orang tua yang pernah mengalami masa remaja. 
Halaman demi halaman yang kubaca menarik minat untuk terus membuka halaman berikutnya. 
Cerita berlatar belakang kehidupan era 90. 
Zaman aku pun mengalami masa-masa remaja di SMA juga. 
Tokoh utama di novel itu adalah Dilan dan Milea. 
Dilan digambarkan dengan sosok sebagai remaja putra  yang pintar namun nakal. 
Pemberani namun juga emosional . 
Keberanian dan sikap emosionalnya membuat Dilan punya kegemaran untuk berantem dgn banyak orang yg menurutnya mengganggu kenyamanan nya. 
Solidaritas yang biasa didengungkan oleh remaja di zaman kapan pun juga membuat Dilan seringkali melakukan perilaku bersumbu pendek kalo mengambil istilah zaman now . 
Dan Milea adalah sosok remaja putri . Cantik , pintar,berani dan menjadi rebutan para cowok.  
Dan beberapa tambahan para tokoh lain yg menjadi bumbu sehingga novel Dilan lebih hidup. 
Satu hal yg bisa menjadi renunganku sebagai orang tua juga guru ketika membaca novel Dilan adalah peran orang tua Dilan dan Milea yang begitu terbuka .
Bukan berarti kenakalan yg dilakulan oleh Dilan tidak membuat pusing dan prihatin orang tua. Pastinya teramat sangat mengkhawatirkan ketika setiap kali putranya yang bernama Dilan melakukan tawuran.Namun dinovel tersebut digambarkan ketenangan bundanya Dilan dalam menghadapi perilaku anaknya yg luar  biasa ' berani" seakan-akan memiliki nyawa banyak seperti kucing . 
Jadi berpikir apakah orang tua zaman now ada yg masih sangat tenang menghadapi perikaku anaknya yg gemar berantem dan masuk dalam genk motor? 
Untuk keadaan kala itu aku sangat yakin sekali pastinya perilaku gemar berantem sudah cukup meresahkan juga .
Kisah percintaan sepasang remaja yg menarik walau berakhir dengan sad ending dan membuat penasaran karena ternyata memang diangkat dari kisah nyata sang tokoh.
Terbayang olehku tokoh utama dalam cerita yg benar-benar bisa menghipnotis ku untuk penasaran dan mencari tau sosok sebenarnya.
Dan banyak hal yang bisa diambil menjadi pelajaran hidup ketika membaca Milea suara dilan . Melihat dan memaknai dari sudut pandang yg berbeda tentang bagaimana psikologis yg dirasakan oleh dillan menghadapi pergulatan batin antara memilih milea hidup tenang dan nyaman atau memenuhi segala rasa penasaran nya sebagai remaja yang masih mencari identitas diri. 
Hal -hal seperti ini yang terkadang diabaikan oleh guru dan orang tua. 

Sabtu, 04 November 2017

No Follower No Life

Ungkapan yg selalu muncul tentang kids zaman now terkadang memang membuat geleng2 kepala. Meski gak sepenuhnya salah namun bisa membuat merinding disco krn perilaku mereka.
Sedikit yg ringan2 saja tentang kids zaman now ...
" Bu, aku mau bikin blog . Nulis ky ibu.
" Ok ,silahkan buat dan mulailah menulis .
Berlalu beberapa minggu kembali menemuiku dan bilang mo bikin blog.
Loh bukannya sudah bikin kataku .
"Memang sudah bu " ungkapnya santai
"Terus , udah posting apa?"tanyaku
" Belum,bu " jawabnya santai . " Gak berani posting apa2 krn takut g ada yg baca dan g ada follower nya .
Hanya mampu mengernyitkan dahi mencoba berpikir keras. Demikian hebat pengaruh follower terhadap kehidupan anak zaman now. Seakan-akan hidup berakhir ketika follower tak ada .
Hingga akhirnya harus mengeluarkan jurus pamungkas dalam sesi konseling " memberi nasehat"
Anak zaman now yg menjadi pengamatan ku seringkali tak memiliki kepercayaan diri untuk menunjukkan potensi positif diri mereka. Dan berdasarkan analisa dangkal yg bisa kulakukan sebagai konselor remaja ketidakmampuan mereka meningkatkan rasa percaya diri berawal dari kehidupan masa lalu ketika masih kanak2 . Tak boleh berbeda dari arahan sang guru .
Jadi ingat saat bungsu kinestetikku menjalani ujian praktek tingkat SD untuk mapel seni budaya. Ketika saat itu yg lagi digemari adalah kartun Spongebob dengan kehidupan bawah lautnya. Menggambar lah ia seperti yg biasa dilihat dalam tontonan di TV namun apa yg terjadi ketika hasil gambar dikumpulkan ....
Bungsuku di komentari oleh guru nya ,
" kenapa gak gambar pemandangan saja "
Ups ternyata perubahan zaman hanya menjangkau sedikit paradigma berpikir tenaga pendidik. Satu contoh kecil yg ternyata berdampak panjang ke masa depan generasi milenia yg tak siap menerima kritik
Dan bagi kids zaman now gadget , media sosial dan follower menjadi harga mati yang wajib ada dalam kehidupan nya .
Dan tugas parents dan teacher jaman old suka tidak suka harus mengubah paradigma berpikir bahwa yg dihadapi adalah kids zaman now dgn beragam tantangan kehidupannya.   
Mempersiapkan kids zaman now secara mental untuk menjadi pribadi yg kuat, jujur ,tangguh dan bertanggung jawab adalah lebih bijak dibandingkan hanya membandingkan " enak zaman ku toh"
 







Jumat, 03 November 2017

Saat Mereka Menjadi Ahli

Selalu membahagiakan melihat tatapan antusias dari siswaku yg bertanya "hari ini tantangannya apa bu?". Minggu terakhir di bulan October harus super ngebut untuk bisa menuntaskan materi tentang " Pola hidup sehat". 3 minggu tanpa pertemuan tatap muka krn harus memenuhi kewajiban yg lain dan mengganti kegiatan tatap muka dgn layanan menggunakan teknologi. Tak menyadari bahwa yg dibimbing adalah generasi digital hingga belum waktu untuk mengerjakan tugas melalui jaringan internet mereka sudah menyelesaikan tugas tersebut dgn baik. 
Hingga aku harus berucap 'tugas yg saya posting di edmodo masih untuk minggu depan kenapa sudah selesai saja'. 
Kalo semua nya rajin saya keteteran membuat tugas dan tantangan baru , sambungku menyampaikan di medsos . 
Dan ketika tantangan yg kuberikan adalah dengan menyuruh mereka untuk menjadi ahli dalam bidang kesehatan tatapan mata penuh kebingungan tampak jelas. 
Mengawali dengan berkata silahkan mencari teman dengan membuat kelompok yang terdiri dari 5 orang . Ketika 7 kelompok terbentuk mulai aku memberi tiap kelompok sub tema yang berbeda untuk dibahas mulai dari menu sehat,sehat pribadi,perilaku sehat,pikiran sehat,gaya hidup sehat,sehat sosial dan spiritual sehat. 
Selesai mereka melakukan pencarian dengan browsing di internet dan membahas dengan kelompoknya tentang sub tema yang menjadi pembahasan. 
Secara bergilir salah satu dari mereka akan menjadi " ahli" untuk memaparkan sub temanya. 
Ada binar bangga , ragu dan khawatir ketika harus berbicara untuk mempresentasikan sub tema nya. 
Namun semua harus dilatih untuk berproses menjadi ahli yang sesungguhnya.
saat mereka menjadi ahli

Rabu, 18 Oktober 2017

Mengubah "Kepo" menjadi Kepo

 
Buletin SHAHAFA 40
Mencari arti kepo dalam kamus besar bahasa Indonesia mengandung beberapa arti dan makna. 
Kepo dalam akronim bisa diartikan sebagai knowing every particular objek dianggap sebagai orang yg serba tahu berbagai hal. 
Namun dalam berbagai hal serba tahu berubah menjadi serba ingin tau. 
Kepo dalam kondisi kekinian yg biasa terjadi dalam lingkungan remaja memiliki kecenderungan mencari tau dan terkadang menjadi ajang gosip dalam pergaulan remaja 
Berangkat dari kepo yang terkesan berkonotasi negatif. 
Secara kebetulan mendapat informasi tentang lomba jurnalis bagi siswa. 
Menjadi tantangan mengubah " kepo " negatif menjadi kepo positif 
Mengumpulkan beberapa siswa yg tertarik dalam dunia tulis menulis 
Dan memancing kepo mereka " Kepo " negatif menjadi satu tulisan yang bisa dibaca secara positif dalam struktur kalimat yang baik . 
Kepo karya team jurnalis menghasilkan "Shahafa " dengan personil kreatif,aktif dan kritis.Fauji ,Iban , Fasya,Sasa dan Tiara. 
Dengan semangat untuk menyampaikan informasi secara aktual . 
Team jurnalis secara aktif dan bersemangat mencari berbagai sumber sumber berita untuk diolah  menjadi artikel menarik. 

Team Jurnalis Shahafa

Presentasi team jurnalis Shahafa dalam LKJS 2017