Rabu, 16 Mei 2012

Mati Gaya....

Membimbing di satu kelas yang pasif dan sedikit tak perduli benar-benar membuat diriku mati gaya . Jadi teringat sekitar 5 tahun yang lalu pernah juga mengalami masa seperti ini. Berbagai metode coba digunakan tapi tetap saja pasif. Hingga membuatku sebagai guru pembimbingnya kewalahan dan mati gaya. Dan apabila mengalami keadaan seperti ini mulailah dihinggapi rasa malas masuk ke kelas tersebut. Ada perasaan bersalah sebenarnya tak mendekati mereka secara emosional memperlakukan mereka sama seperti objek tak bergerak yang seakan-akan tak memiliki hati yang akan bergetar ketika mendapat sentuhan. Tetapi hal itu pun sudah kulakukan mendekati,menyapa,menggapai hatinya. Dan tak jua terketuk hingga hari kemarin aku mengajar.Bahkan membuat emosiku terpancing juga dan terloncatlah kata yang tak pantas.Andai tak bisa bekerja sama saya yang mundur karena saya merasa gagal.Dan hubungan kita hanya sebatas guru dan murid saya tak mau memiliki hubungan emosional berlebihan . Oh Tuhan ….tak sepatutnya aku berkata begitu. Aku masih manusia biasa ternyata. Ingin membenahi diri dengan cara bertanya apa keinginan mereka dan membuang jauh-jauh prasangka tentang prilaku mereka yang sudah mendapat cap tertentu. Ternyata akhirnya terpancing juga untuk memberi cap karena mereka yang menjaga jarak dan membuat batas. Tak ingin dibantu segala permasalahan yang dihadapi padahal semua rekan telah memberi cap sebagai kelas yang menyebalkan. Sebelumnya seminggu yang lalu telah membuat suatu kegiatan membuka ajang untuk curhat dengan harapan tergali keinginan mereka.Ternyata minggu setelah ajang curhat tersebut tak juga ada perubahan sikap. Walau aku paham betul perubahan perilaku tak semudah membalikkan telapak tangan . Dibutuhkan waktu dan kesabaran untuk dapat menikmati hasilnya. Tapi entahlah di hari kemaren aku mengajar di kelas tersebut rasa kesal bercampur aduk manakala melihat sikap mereka yang sama sekali tak antusias dan cendurung tak perduli ketika sedang dibahas permasalahan yang dihadapi oleh kelas.
Tak mampu melanjutkan
Menjelang akhir
Semakin terasa
Tak semudah membayangkan
Awalnya berpikir mampu mengerahkan segala daya
Membuang semua prasangka
Berpikir positif untuk kebaikan
Ternyata tak gampang untuk saling memahami
Untuk saling mengerti
Masing-masing menganggap ego sendiri yang baik
Lelah tak dihargai, capek
Hingga terucap tak ingin punya ikatan emosional
Kuselesaikan hingga akhir semester…selanjutnya aku tak ingin bekerja sama.


 ( Sedikit ....sensitif)

1 komentar:

  1. Maju terus pantang mundur .... itulah semboyan pejuang

    BalasHapus