Jumat, 22 Agustus 2014

17 Agustus ...

Perayaan 17 Agustus baru saja dilakukan dengan dibalut rekayasa dan keprihatinan . Berawal dari kalimat sakti khas birokrasi zaman orba . Jangan kotori semangat pengabdian untuk melaksanakan upacara bendera dengan mengharapkan transpot . Mangut -mangut tak berarti setuju , seperti blangkon perlengkapan baju adat jawa di depan tersenyum dan ketika berbalik kepalan tinju yang diperlihatkan .Begitulah kira -kira yang kulakukan . Dan terbiasa menonton infotainment investigasi . Melakukan investigasi dengan cara membuka jaringan obrolan adalah cara yang ampuh dilakukan saat ini . say hello bertanya tentang kegiatan yang dilakukan di sekolah saat 17 Agustus . Berlanjut dengan pertanyaan menyelidik . Ada transpot gak untuk upacara ? Sebenarnya miris dan malu juga mengungkapkan pertanyaan tentang hal itu . Namun bahasa yang digunakan oleh birokrat adalah para jadi kita berjuang untuk mendapatkan kemerdekaan dengan cara mengorbankan hidup mereka , " nah kita hanya diminta upacara saja sudah minta bayaran . Pernyataan itu benar manakala hal konsumtif tak menjadi budaya sebagian besar masyarakat Indonesia . Dan kenyatan yang terjadi di lembaagaku adalah tak usah bertanya tentang transpot karena dana menguap entah kemana ??? sementara beberapa lembaga yang lain tetap menyediakan transpot bagi peserta upacara yang hadir . 
Kok bisa ya beda ? ketika yang didengungkan adalah tentang pengabdian dan kepatuhan terhadap aturan kenapa malah tak bisa mengabdi dan patuh dengan aturan?
Bagiku 17 Agustusan tahun ini berisi seremonial kegiatan yang membungkam kekritisan . Berbalut pengabdian busuk . Mesake rakyat bangsaku ...dijajah bangsa sendiri ...:(

Tidak ada komentar:

Posting Komentar