Selasa, 07 Juni 2011

Doa Mac Arthur untuk putranya

Doa yang ditulis Mac Arthur untuk putranya

Tuhan , buatkan bagi saya seorang putra yang cukup kuat untuk menyadari kalau ia lemah
dan cukup tabah menghadapi dirinya kalau ia takut
yang akan bangga dan tidak putus asa kalau ia kalah secara jujur,
dan rendah hati serta lembut dalam kemenangan
Buatkanlah bagi saya seorang putra yang yang bukan cuma bisa berharap ,
tetapi mampu berbuat
Putra yang akan mengenal Engkau
Jangan bawa ia ke jalan yang serba mudah dan serba enak
tetapi biarlah ia belajar berdiri di tengah badai
Biarlah ia belajar merasakan penderitaan orang-orang yang gagal
Buatlah bagi saya seorang putra yang dapat mengendalikan dirinya sendiri
sebelum mencoba mengendalikan orang lain
yang meraih masa depan tetapi tidak melupakan masa lalu
Dan kalau semua itu telah menjadi miliknya , saya mohon agar ia diberikan rasa humor
Berilah ia kerendahan hati supaya ia selalu ingat kesederhanaan dari keagungan sejati, keterbukaan dari kebijaksanaan sejati
dan kelembutan dari kekuatan sejati.

Senin, 06 Juni 2011

Aku dihatinya

Agak kaget dan surprise banget sewaktu pagi tadi secara tiba-tiba aku menerima telephone dari guru SD ku. Sebelumnya aku mengirim sms kepadanya bertanya apakah nomer yang kudapat masih nomernya. Cukup lama aku menunggu selama 2 hari aku menunggu kabar balasan smsnya . Dan ternyata selama 2 hari itu beliau masih berada di Kuala Lumpur. Dan tadi pagi saat aku sedang membuat deskripsi penilaian perilaku siswa .Tiba-tiba telp ku berdering dan yang muncul nama guru ku tersebut. Nomer itu memang sudah tersave.Oh ya Allah menyenangkan sekali dan membuat aku semakin kagum dan sayang pada guruku itu. Beliau guru SD yang memiliki kesan dalam diriku, luar biasa sangat berkesan . Begitu berartinya dia dalam perkembangan diriku menuju remaja. Aku ingat bagaimana saat aku menjadi siswa baru di sekolah itu , dan beliau membimbing aku untuk beradaptasi dengan lingkungan sekolah yang baru tersebut. Beliau memberi aku tanggung jawab untuk menyediakan minuman bagi guru itu setiap harinya. Dan bagi anak SD itu merupakan suatu kehormatan karena dipercaya oleh guru . Aku juga dipilih untuk mengikuti seleksi cerdas cermat.Saat naik ke kelas yang lebih tinggi , aku harus menghadapi situasi yang cukup sulit, di catur wulan ke 2 aku kehilangan ayahku . Ayahku meninggal karena sakit lever yang cukup akut. Dan guruku ini menemaniku dan keluarga untuk memberi penghiburan . Sampai akhirnya aku menyelesaikan pendidikan SD ku setelah aku bersama keluargaku pindah kota lain , hilanglah kontak hubungan dengan guruku tersayang ini. Kemarin saat aku bertemu dengan teman-teman SD ku yang ada di kota ini dan aku mendapatkan nomer guruku . Dan berceritalah dia tentang keadaannya saat ini sembari bertanya tentang diriku. Aku merasa sebagai muridnya yang telah lulus selama 25 tahun sangat senang karena dia masih cukup ingat akan diriku. Menjadi inspirasi bagiku akan kebaikan dan perhatiannya yang tak luntur kepadaku. Sampai dia ingat bagaimana aku cemberut apabila sedang kesal sembari melirik dari sudut mataku dan kemudian beliau datang menghampiri dan menepuk-nepuk pundakku memberi ketenangan. Oh ingatannya tentang diriku masih begitu lekat...AKU DI HATINYA, dan IA PUN SELALU ADA DI HATIKU. Terharu senang, bahagia , semua rasa bercampur menjadi satu dan ada harapan untuk bisa menemuinya.Memberi inspirasi bagiku untuk dapat menjadikan diri ini selalu ada di hati semua murid-muridku.Semoga ......Amin

Minggu, 05 Juni 2011

Garuda di dada , Pancasila dimana..???

Ingat waktu piala AFF tahun kemaren begitu bergemuruhnya dada ini mendengar lagunya Netral yang berjudul "Garuda di dadaku". Garuda di dadaku, garuda kebanggaanku kuyakin hari ini pasti menang.Semangat sekali. Semua tak terkecuali tua , muda , kaya , miskin menyanyikan lirik lagu tersebut. Untuk membagi semangat kebanggaan kepada timnas sepokbola yang sedang bertanding melawan tim dari Malaysia.Walau dikatakan serumpun tetap saja saat bertanding yang diharapkan adalah menjadi pemenang. Dengan segala usaha yang telah dilakukan oleh timnas saat itu akhirnya Indonesia hanya mampu menjadi juara ke dua untuk memperebutkan piala AFF. Tapi semangat kebangsaan masih sangat menggebu di dada seluruh rakyat Indonesia.
Dan pada tanggal 1 Juni 2011 , para petinggi pemerintah menghadiri acara kelahiran Pancasila. Para mantan Presiden dan Presiden yang masih menjabat memberi pidato yang cukup bagus.Bagus isinya tapi belum tentu dalam pelaksanaannya. Satu pidato yang cukup memukau adalah pidato yang di bacakan oleh presiden ke 3 bapak BJ . Habibie tentang Pancasila. Dan selesainya acara tersebut ada perilaku dari para petinggi tersebut yang tidak mencerminkan nilai-nilai Pancasila dan justru dilakukan oleh putri penggagas Pancasila.Oh ternyata Pancasila hanya sekedar slogan di bibir.Wajar saja kalau kemudian yang terjadi perilaku tak terpuji, tak mencerminkan Pancasila.Dan saat pagi tadi menonton acara dari salah satu stasiun tv yang membahas tentang Pancasila lagi, dan kejadian yang terjadi di salah satu sekolah negeri di Jakarta yang salah satu oknum gurunya memberi jawaban soal UN, dan sangat terencana karena sebelum kegiatan itu dilakukan para siswa telah diintimidasi dengan membuat pernyataan tertulis mengenai penyebaran jawaban UN tersebut. Apa sih sebenarnya yang ada dalam pikiran guru tersebut, sebagai sesama guru aku prihatin atas yang dilakukannya. Harusnya dapat memberi contoh yang baik, ini malah membuat perilaku yang tidak baik dan mencuci otak siswa dengan tindakannya mengintimidasi. Mungkin guru tersebut tidak sepenuhnya salah karena memang sebagai guru yang merupakan ujung tombak dari keberhasilan siswa sangat berharap agar semua siswanya berhasil dalam pelaksanaan UN sehingga dapat meningkatkan prestise sekolah dan secara tidak langsung prestise dia sebagai guru. Tetapi berpikirkah ia dalam jangka panjang akan diminta pula pertanggung jawaban atas perilaku, pemahaman kepada siswa/i nya. Kata temanku profesi guru sama juga dengan satu kaki di surga dan satu kaki di neraka . Di surga apabila sang guru mampu menularkan kebaikan pada siswa/inya. Namun satu kaki di neraka manakala yang kita ajarkan adalah hal-hal yang salah dan tidak baik. Dan untuk nilai -nilai Pancasila apabila kita semua mampu menerapkan dalam kehidupan sehari-hari tak perduli apapun profesinya aku rasa kita telah menciptakan surga yang indah untuk kehidupan di dunia.

Jumat, 03 Juni 2011

Deg-degan

Jadi ingat setahun yang lalu saat menjelang pengumuman kelulusan SMP. Waktu itu selesai mengikuti kegiatan perpisahan siswa kelas 9, dan selesai acara perpisahan kami para guru langsung kembali ke sekolah untuk rapat kelulusan. Detik-detik menegangkan bagi kami para guru saat harus mendengar pengarahan dari kepala sekolah tentang kelulusan siswa. Mulai disebutkan tentang nilai terbaik dan kurang baik dari 4 mata pelajaran yang di UN kan, siswa yang berhasil menduduki posisi 10 besar. Untuk yang ini ada cerita agak mengagetkan walau mungkin itulah keberuntungannya. Dari 10 nama yang disebutkan sebagai 10 siswa terbaik ada sekitar 5 nama yang mencuat tiba-tiba yang aku cukup paham bagaimana cara belajar mereka serta hasil yang mereka dapat selama belajar, tapi ya itulah tadi keberuntungan sedang berpihak pada mereka , sementara aku hanya mengangap hal itu adalah bagian dari usaha mereka.Dan aku juga kembali di suguhi kekagetan manakala di sebutkan pula 10 siswa yang kurang berhasil, dan harus mengikuti ujian ulang, tersebut satu persatu dan aku sebagai pembimbing mereka, aku menangis.... Allah Akbar terlintas dalam pikiran ku wajah-wajah mereka, aku menangis...aku menangis untuk kesuksesan mereka yang tertunda. Tak adil sekali karena 4 mata pelajaran yang di UN kan mereka dianggap gagal.Walau ternyata pemerintah masih cukup berbaik hati memberi kesempatan kepada siswa yang kurang memenuhi syarat kelulusan untuk mengikuti kembali ujian ulang.Setelah rapat kelulusan selesai dilaksanakan, aku bergegas untuk pulang dan langsung dicegat oleh beberapa siswa, yang dalam pandangan beberapa guru cukup terkenal agak bermasalah tapi cukup dekat dengan aku. Sewaktu aku turun dari tangga menuju halaman sekolah mereka bertanya , bu saya lulus tidak? Dengan wajah teramat memelas mengharapkan keluar jawaban dari mulutku. Sementara aku belum berani menginformasikan kepada mereka bahwa mereka bukan termasuk siswa yang gagal dan harus mengulang, aku pandangi wajah mereka begitu juga mereka menatap mataku dalam-dalam dan setelah itu aku tersenyum sambil mengusap kepala mereka . Kedua siswaku yang masuk kategori bermasalah dalam pandangan beberapa guru langsung meloncat dan berteriak kegirangan. Tak keluar sepatah katapun dari mulutku, hanya tatapan dan senyuman untuk keberuntungan mereka. Dan benar saja saat pengumuman kelulusan esok harinya, tangisku pecah bersama mereka yang harus mengulang, menangis, menjerit, berteriak, menunduk haru semua ada pada wajah yang merasa gagal. Oh anakku kesedihan itu bukan hanya milikmu, aku pun merasakan dadaku juga terasa sesak saat aku mengikuti pengarahan kelulusan itu.Dari malam migren ku kumat memikirkan kesiapan mental kalian mendengar informasi itu.Beberapa hari kemudian ada kegiatan pendalaman materi untuk siswa yang mendapat kesempatan memperbaiki diri, mereka datang bersama dengan orang tua mereka. Rasanya waktu itu aku tak mampu menatap wajah sedih mereka, aku hampiri mereka satu persatu dan aku peluk mereka untuk memberi kekuatan bahwa aku juga merasakan apa yang mereka rasakan saat itu.Aku memberi sedikit arahan kepada siswa/i ku dan menguatkan orang tua untuk selalu mendukung mereka . Setelah itu aku keluar ruang kelas dan menangis sedih di ruang Bimbingan Konseling.Masih sesak dadaku. Tapi jangan perlihatkan depan mereka, mereka harus kuat ...itu yang kutanamkan . Hari ini kembali aku menghadiri rapat kelulusan, tapi entah kenapa ya...mungkin karena aku bukanlah pembimbing mereka, aku merasa kurang ada gregetnya, tak ada kedekatan emosional yang terjalin dengan mereka yang sekarang ini, khawatir akan kejadian seperti tahun lalu tetap ada tetapi ternyata semua berhasil...dan ucapan syukur Alhamdulillah aku ucapkan atas kerja keras semua pihak, siswa, guru dan orang tua.

Kamis, 02 Juni 2011

Flowers are Red

Flowers are Red

By Harry Chapin

The little boy went first day of school

He got some crayons and started to draw

He put colors all over the paper

For colors was what he saw

And the teacher said …what you doing young man

I’m painting flowers he said

She said …It’s not the time for art young man

And anyway flowers are green and red

There’s a time for everything young man

And a way it should be done

You’ve got to show corncern for everyone else

For you’re not the only one

And she said…

Flowers are red young man

Green leaves are green

There’s no need to see flowere any other way

Than they way they always have been seen

But the little boy said…

There are so many colors in the rainbow

So many colors in the flower and I see every one

Well the teacher said…You’re sassy

There’s ways that things should be

And you’ll paint flowers the way they are

So repeat after me…

And she said..

Flowers are red young man

Green leaves are green

There’s no need to see flowers any other way

Than they way they always have been seen

But the little boy said …

There are so many colors in the rainbow

So many colors in the morning sun

So many colors in the flower and I see every one

The teacher put him in a corner

She said …It’s for your own good…

And you won’t come out ‘til you get it right

And all responding like you should

Well finally he got lonely

Frightened thoughts filled his head

And he went up to the teacher

And this is what he said …and he said

Flowers are red, green leaves are green

There’s no need to see flowers any other way

Than the way they always have been seen

Time went by like it always does

And they moved to another town

And the little boy went to another school

And this is what he found

And this is what he found

The teacher there was smilin’

She said …Painting should be fun

And there are so many colors in a flower

So let use every one

But that little boy painted flowers

I neat rows of green and red

And when the teacher asked him why

This is what he said ..and he said

Flowers are red , green leaves are green

There’s no need to see flowers any other way

Than the way they always have been seen.

( untuk bahan renungan bagi guru )

Mau ku dan mau mereka...

Selalu ada kesenjangan pemikiran antara remaja dan orang tuanya. Aku ingat saat aku masih remaja pun tak jarang aku berbeda pendapat dengan orang tuaku. Mau orang tua anaknya begini, begini dan begitu semua sesuai dengan standar orang tua. Sementara remaja memiliki pemikiran yang begini, begini dan begitu. Meskipun keduanya sama-sama benar tapi karena jalannya yang berbeda ya sering mengalami sedikit masalah. Kata temanku dua garis sejajar tak akan pernah bertemu di satu titik. Dan selalu aku kedatangan tamu orang tua siswa yang berbagi cerita tentang kesulitan menghadapi anaknya yang memasuki usia remaja. Anakku bikin aku pusing , gak bisa diatur, mau-maunya sendiri. ah capek saya bu kata orang tua yang curhat. Cerita-cerita itu membuatku merenung, anakku sendiri masih kanak-kanak kalau melihat pengalaman aku belum pantas dong memberi nasehat kepada para orang tua siswa itu, tetapi karena profesi ya mau gak mau harus juga memberi masukan walau bentuknya sharing dan aku selalu mengatakan maaf ya bu, saya tidak ada maksud menggurui, tetapi kita berbagi saja. Ingatkah ibu saat masih remaja, kita juga sering buat orang tua kita pusing dengan tingkah laku kita. Dan sekarang saat kita telah jadi orang tua kita melupakan hal-hal itu, dan seakan-akan kita tak pernah melewati masa itu. Dari anak-anak langsung menjadi orang tua , merasa paling benar. Saat masih remaja kita tak pernah mau dibanding-bandingkan dengan orang lain, Saya adalah saya kata kita dahulu saat masih remaja. Dan sekarang kita melupakan hal itu lagi secara tak sengaja kita membandingkan remaja kita dengan remaja yang lain yang menurut standar kita lebih baik, penurut dan patuh . Remajaku tak mudah masa yang harus kalian lalui. Mauku kata remaja yang menjadi siswa ku adalah aku ingin didengar, aku ingin dimengerti, aku ingin dipahami dan aku mau diterima tanpa prasyarat .... tapi aku juga sering tak konsisten dengan pilihanku mungkin hal itu yang membuat orang tuaku tak mempercayai aku. Dan aku coba menjembatani mau remaja dan mau orang tua, kata remaja dengarkan kami, pahami kami, percayai kami dan apabila ada kesenjangan komunikasi mungkin bisa dilakukan tanpa harus tatap muka bisa melalui surat isi hati, asal semua jujur dan terbuka terhadap apa yang akan dikatakan . Aku berpikir kenapa harus melalui surat ya, dan aku menemukan jawaban dengan komunikasi melalui surat isi hati remaja tidak merasa diamati ,dipelototin, dipojokkan dengan wajah orang tuanya yang mungkin sedih, kecewa atau marah. Aku merasa cukup berharga pengalaman ini bagi ku, mengingatkan ku akan kebutuhan remaja yang memang masanya sedang mengalami suatu gejolak emosi yang cenderung labil,terkadang ada hal-hal yang dimata orang dewasa ( orang tua dan guru ) tidak apa-apa tapi bagi remaja hal yang dialaminya akan menjadi suatu masalah besar dan sangat besar dan pinjam istilah bahasa mereka ' lebay'. Tapi ya begitulah suatu fase kehidupan remaja yang memang harus mereka lalui. Bijaknya ya sebagai orang dewasa kita yang tidak menerapkan standar yang terlalu tinggi untuk mereka . Kita dengarkan mau mereka , memahami mau mereka dan kita arahkan mau mereka agar mereka merasakan sebagai pribadi yang diperhatikan tidak dibanding-bandingkan dengan remaja yang lain. Ya sedikit berbagi dengan mereka akan pengalaman masa lalu saat menjadi remaja dan mengingat kembali bahwa kitapun orang dewasa dahulu pernah melalui masa itu.

Rabu, 01 Juni 2011

Kesaktian Pancasila di zaman reformasi

Hari ini bertepatan dengan hari lahirnya Pancasila sebagai dasar negara Indonesia. Ir. Soekarno sebagai penemu ajaran tersebut memiliki harapan besar sehingga menjadikan Pancasila sebagai dasar negara. Saat aku masih bersekolah di SD hingga kuliah masih ada pelajaran yang mengupas tentang kesaktian Pancasila dan nilai –nilai yang terkandung di dalamnya. Saat aku membaca lagi akan nilai-nilai luhur Pancasila, ada perasaan bangga dan kecewa. Begitu luhur nilai yang terkandung dan begitu lama aku sebagai rakyat mempelajarinya melalui pelajaran di sekolah maupun selama penataran P4 zaman kuliah dulu. Dengan berbagai pola 45 jam atau 100 jam. Harapan dari adanya kegiatan untuk menggali nilai-nilai Pancasila adalah agar rakyat Indonesia meneladani dan menjadikan Pancasila sebagai bagian kehidupan. Tetapi entah karena terlalu berat atau muluk harapan hanya tinggal harapan . Sementara orang –orang yang memberi materi tentang nilai-nilai Pancasila tak mampu memberi contoh dan panutan seperti materi yang pernah mereka sampaikan. Nilai-nilai hanya sebatas ajaran dalam ruang penataran atau kelas dan tak pernah diteruskan untuk menjadi dirinya atau bahasa anak sekarang adalah PANCASILA BUKAN GUE BANGET. Dan tadi sambil mengajar aku berbincang dengan beberapa siswaku yang aku anggap memiliki cara berpikir cukup maju di banding teman-temannya yang lain. Aku bertanya pendapat mereka tentang Pancasila.Dan jawaban jujur mereka cukup mengagetkan ku sebagai guru mereka, “ kayaknya udah gak relevan lagi bu dengan kondisi zaman sekarang, “ jawab mereka dengan santainya. Hah dan aku menarik nafas panjang membetulkan letak dudukku dan bertanya lebih lanjut maksudmu nak. Iya sekarang kan zaman sudah semakin maju bu, sementara Pancasila dengan sila yang hanya 5 itu menurut saya tidak merangkum kebutuhan kita…itu jawaban siswaku yang satu…dan aku kembali membulatkan bentuk mulutku…OOO Aku tak patah semangat kembali aku bertanya jadi kalau sudah tak relevan lagi, sebaiknya Pancasila diganti saja dong , tanyaku lagi. Ya gak juga bu , jawaban mereka nanti bangsa Indonesia semakin tak jelas mentalnya bu kalau Pancasila diganti, Jadi gimana sebaiknya menurut kamu tanyaku lagi. Ya tetap menjadi dasar negara bu, kita sebagai warga yang harus menjadikan Pancasila sebagai benar-benar bagian dari diri kita. Oh Alhamdulillah akhirnya keluar juga kalimat itu dari mulut siswaku.Semoga kalimat itu dapat benar-benar diterapkan Bukan mendoktrin atau mencuci otak mereka dengan paksaan tetapi mengajak siswa berpikir dan menganalisa akan penting dan bermaknanya nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila sebagai dasar negara.