Jumat, 03 Juni 2011

Deg-degan

Jadi ingat setahun yang lalu saat menjelang pengumuman kelulusan SMP. Waktu itu selesai mengikuti kegiatan perpisahan siswa kelas 9, dan selesai acara perpisahan kami para guru langsung kembali ke sekolah untuk rapat kelulusan. Detik-detik menegangkan bagi kami para guru saat harus mendengar pengarahan dari kepala sekolah tentang kelulusan siswa. Mulai disebutkan tentang nilai terbaik dan kurang baik dari 4 mata pelajaran yang di UN kan, siswa yang berhasil menduduki posisi 10 besar. Untuk yang ini ada cerita agak mengagetkan walau mungkin itulah keberuntungannya. Dari 10 nama yang disebutkan sebagai 10 siswa terbaik ada sekitar 5 nama yang mencuat tiba-tiba yang aku cukup paham bagaimana cara belajar mereka serta hasil yang mereka dapat selama belajar, tapi ya itulah tadi keberuntungan sedang berpihak pada mereka , sementara aku hanya mengangap hal itu adalah bagian dari usaha mereka.Dan aku juga kembali di suguhi kekagetan manakala di sebutkan pula 10 siswa yang kurang berhasil, dan harus mengikuti ujian ulang, tersebut satu persatu dan aku sebagai pembimbing mereka, aku menangis.... Allah Akbar terlintas dalam pikiran ku wajah-wajah mereka, aku menangis...aku menangis untuk kesuksesan mereka yang tertunda. Tak adil sekali karena 4 mata pelajaran yang di UN kan mereka dianggap gagal.Walau ternyata pemerintah masih cukup berbaik hati memberi kesempatan kepada siswa yang kurang memenuhi syarat kelulusan untuk mengikuti kembali ujian ulang.Setelah rapat kelulusan selesai dilaksanakan, aku bergegas untuk pulang dan langsung dicegat oleh beberapa siswa, yang dalam pandangan beberapa guru cukup terkenal agak bermasalah tapi cukup dekat dengan aku. Sewaktu aku turun dari tangga menuju halaman sekolah mereka bertanya , bu saya lulus tidak? Dengan wajah teramat memelas mengharapkan keluar jawaban dari mulutku. Sementara aku belum berani menginformasikan kepada mereka bahwa mereka bukan termasuk siswa yang gagal dan harus mengulang, aku pandangi wajah mereka begitu juga mereka menatap mataku dalam-dalam dan setelah itu aku tersenyum sambil mengusap kepala mereka . Kedua siswaku yang masuk kategori bermasalah dalam pandangan beberapa guru langsung meloncat dan berteriak kegirangan. Tak keluar sepatah katapun dari mulutku, hanya tatapan dan senyuman untuk keberuntungan mereka. Dan benar saja saat pengumuman kelulusan esok harinya, tangisku pecah bersama mereka yang harus mengulang, menangis, menjerit, berteriak, menunduk haru semua ada pada wajah yang merasa gagal. Oh anakku kesedihan itu bukan hanya milikmu, aku pun merasakan dadaku juga terasa sesak saat aku mengikuti pengarahan kelulusan itu.Dari malam migren ku kumat memikirkan kesiapan mental kalian mendengar informasi itu.Beberapa hari kemudian ada kegiatan pendalaman materi untuk siswa yang mendapat kesempatan memperbaiki diri, mereka datang bersama dengan orang tua mereka. Rasanya waktu itu aku tak mampu menatap wajah sedih mereka, aku hampiri mereka satu persatu dan aku peluk mereka untuk memberi kekuatan bahwa aku juga merasakan apa yang mereka rasakan saat itu.Aku memberi sedikit arahan kepada siswa/i ku dan menguatkan orang tua untuk selalu mendukung mereka . Setelah itu aku keluar ruang kelas dan menangis sedih di ruang Bimbingan Konseling.Masih sesak dadaku. Tapi jangan perlihatkan depan mereka, mereka harus kuat ...itu yang kutanamkan . Hari ini kembali aku menghadiri rapat kelulusan, tapi entah kenapa ya...mungkin karena aku bukanlah pembimbing mereka, aku merasa kurang ada gregetnya, tak ada kedekatan emosional yang terjalin dengan mereka yang sekarang ini, khawatir akan kejadian seperti tahun lalu tetap ada tetapi ternyata semua berhasil...dan ucapan syukur Alhamdulillah aku ucapkan atas kerja keras semua pihak, siswa, guru dan orang tua.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar