Kamis, 02 Juni 2011

Mau ku dan mau mereka...

Selalu ada kesenjangan pemikiran antara remaja dan orang tuanya. Aku ingat saat aku masih remaja pun tak jarang aku berbeda pendapat dengan orang tuaku. Mau orang tua anaknya begini, begini dan begitu semua sesuai dengan standar orang tua. Sementara remaja memiliki pemikiran yang begini, begini dan begitu. Meskipun keduanya sama-sama benar tapi karena jalannya yang berbeda ya sering mengalami sedikit masalah. Kata temanku dua garis sejajar tak akan pernah bertemu di satu titik. Dan selalu aku kedatangan tamu orang tua siswa yang berbagi cerita tentang kesulitan menghadapi anaknya yang memasuki usia remaja. Anakku bikin aku pusing , gak bisa diatur, mau-maunya sendiri. ah capek saya bu kata orang tua yang curhat. Cerita-cerita itu membuatku merenung, anakku sendiri masih kanak-kanak kalau melihat pengalaman aku belum pantas dong memberi nasehat kepada para orang tua siswa itu, tetapi karena profesi ya mau gak mau harus juga memberi masukan walau bentuknya sharing dan aku selalu mengatakan maaf ya bu, saya tidak ada maksud menggurui, tetapi kita berbagi saja. Ingatkah ibu saat masih remaja, kita juga sering buat orang tua kita pusing dengan tingkah laku kita. Dan sekarang saat kita telah jadi orang tua kita melupakan hal-hal itu, dan seakan-akan kita tak pernah melewati masa itu. Dari anak-anak langsung menjadi orang tua , merasa paling benar. Saat masih remaja kita tak pernah mau dibanding-bandingkan dengan orang lain, Saya adalah saya kata kita dahulu saat masih remaja. Dan sekarang kita melupakan hal itu lagi secara tak sengaja kita membandingkan remaja kita dengan remaja yang lain yang menurut standar kita lebih baik, penurut dan patuh . Remajaku tak mudah masa yang harus kalian lalui. Mauku kata remaja yang menjadi siswa ku adalah aku ingin didengar, aku ingin dimengerti, aku ingin dipahami dan aku mau diterima tanpa prasyarat .... tapi aku juga sering tak konsisten dengan pilihanku mungkin hal itu yang membuat orang tuaku tak mempercayai aku. Dan aku coba menjembatani mau remaja dan mau orang tua, kata remaja dengarkan kami, pahami kami, percayai kami dan apabila ada kesenjangan komunikasi mungkin bisa dilakukan tanpa harus tatap muka bisa melalui surat isi hati, asal semua jujur dan terbuka terhadap apa yang akan dikatakan . Aku berpikir kenapa harus melalui surat ya, dan aku menemukan jawaban dengan komunikasi melalui surat isi hati remaja tidak merasa diamati ,dipelototin, dipojokkan dengan wajah orang tuanya yang mungkin sedih, kecewa atau marah. Aku merasa cukup berharga pengalaman ini bagi ku, mengingatkan ku akan kebutuhan remaja yang memang masanya sedang mengalami suatu gejolak emosi yang cenderung labil,terkadang ada hal-hal yang dimata orang dewasa ( orang tua dan guru ) tidak apa-apa tapi bagi remaja hal yang dialaminya akan menjadi suatu masalah besar dan sangat besar dan pinjam istilah bahasa mereka ' lebay'. Tapi ya begitulah suatu fase kehidupan remaja yang memang harus mereka lalui. Bijaknya ya sebagai orang dewasa kita yang tidak menerapkan standar yang terlalu tinggi untuk mereka . Kita dengarkan mau mereka , memahami mau mereka dan kita arahkan mau mereka agar mereka merasakan sebagai pribadi yang diperhatikan tidak dibanding-bandingkan dengan remaja yang lain. Ya sedikit berbagi dengan mereka akan pengalaman masa lalu saat menjadi remaja dan mengingat kembali bahwa kitapun orang dewasa dahulu pernah melalui masa itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar