Selasa, 14 Juni 2011

Tragedi Kejujuran

Minggu ini berita yang sedang menjadi tranding topic adalah kasus yang terjadi pada seorang anak SD di Surabaya. Yang diminta kalau gak mau disebut sebagai dipaksa oleh oknum guru untuk memberi contekan kepada teman-temannya saat sedang melaksanakan ujian sekolah . Alih -alih memperoleh tanggapan yang baik dari pihak sekolah atas perilaku yang dilakukan oknum guru tersebut, orang tua murid itu malah mendapat perlakuan yang tidak menyenangkan dari lingkungan tempat tinggalnya karena dianggap sebagai orang tua yang sok tau, sok pintar, mau jadi pahlawan kesiangan dll. Walah-walah repot juga hidup di zaman sekarang jujur malah kebujur. Padahal dari buku Arvan Pradiansyah yang pernah kubaca 'Life is beautiful' menjadi orang jujur di tengah masyarakat yang tidak jujur tak akan membuat kita kalah tapi akan tetap bersinar. Tapi bersinar yang seperti apa ya...? Dalam lingkungan pendidikan saja yang seharusnya nilai-nilai kejujuran ditanamkan dari sejak dini ternyata saat menghadapi akhir dari pendidikan di suatu jenjang urusan kejujuran adalah kriteria nomer sekian yang ditanyakan. Sering dalam soal pilihan ganda keluar pertanyaan tentang kejujuran tetapi hanya sekedar dalam pertanyaan tak menyentuh dalam perilaku kehidupan nyata. Buktinya saja oknum guru malah membolehkan nyontek bersama demi mendapatkan nilai yang mungkin bisa disebut dari seragam. Sedikit berbagi ,Aku pernah memberi satu materi tentang kejujuran pada siswa yang kubimbing.Dengan cara bercerita aku minta semua siswaku menyimak tentang suatu cerita bertema kejujuran dan keberanian. Dan selesai aku bercerita aku meminta kepada siswa/i ku untuk merenung tentang hal-hal yang berkaitan dengan kejujuran yang mereka temukan dalam kehidupan sehari-hari. Apakah kejujuran itu masih tetap harus dipertahankan di zaman sekarang ini. Dan jawaban mereka dalam bentuk cerita-cerita yang ada kaitan dengan kejujuran cukup mencengangkan aku sebagai guru dan juga orang tua. Diantaranya mereka mengatakan 'saya ingin jujur kepada orang tua tentang suatu hal tetapi pasti orang tua saya akan marah kalau saya katakan yang sebenarnya, begitu juga kalau saya katakan kepada guru saat saya tidak masuk sekolah ( bolos) kalau saya katakan saya tidak suka dengan guru yang mengajar mata pelajaran itu pasti dia akan sangat marah pada saya.Ya udah biar saya aman saya katakan saja saya sakit atau terlambat bangun'atau ada jawaban lain yang mengatakan 'kalau saya jujur saya nanti diketawain teman-teman saya bu' dan pernah ada jawaban dari salah satu anakku sewaktu try out menjelang UN . Cukup khawatir karena hasil try outnya digembar-gemborkan pihak sekolah akan mengalami kegagalan . Dan aku ngobrol dengannya jawabannya adalah kalau saya jujur dengan jawaban saya bu, nanti saya dianggap gak pintar dan saya rugi juga dong bu, sementara teman-teman saya yang nyontek aman-aman saja tuh. Nah kalau sudah begini sebagai guru pembimbing dan sebagai orang tua juga aku bingung mengajarkan kejujuran di tengah masyarakat yang tidak jujur masihkah bisa tetap berlaku ??? Banyak nilai-nilai dalam kehidupan yang telah bergeser ,yang tak jujur bahkan dengan berani mengatakan telah menjadi korban keadaan.Ayo kita renungkan bersama makna kejujuran bagi kehidupan masa depan kita, masyarakat dan bangsa Indonesia yang lebih baik

Tidak ada komentar:

Posting Komentar