Sabtu, 10 Maret 2012

Argumen mereka

Hari ini aku mengemban tugas penting,mencerdaskan anak bangsa padahal biasanya juga aku melakukan hal tersebut. Tapi aku ingin sedikit melawan pendapat “ I don’t like Monday dengan cara memupuk semangat agar dapat menular kepada siswa/i yang kubimbing. Dan ternyata memang benar, manakala kita memberi semangat positif saat masuk kelas energy tersebut pun akan menular kepada siswa/i kita. Bukan berarti aku tak pernah bĂȘte saat mengajar, adakalanya akupun mengalami kejenuhan dan merasa beban ketika bel berbunyi menandakan aku harus masuk dan mengajar ke salah satu kelas yang aku bimbing.Apalagi kalau kelas yang akan aku ajar sudah punya label tertentu dalam memory otakku. Sebenarnya hal tersebut tak boleh terjadi tapi tak bermaksud membela diri ternyata aku masih manusia biasa yang terkadang menyimpan perasaan jengkel , kecewa dan marah dengan perilaku yang dilakukan oleh siswa/i . Maka jadilah aku ogah-ogahan ketika mengajar di kelas tertentu. Dan hari ini ketika aku mengangkat tema materi tentang Manfaat dan Tak berguna Internet . Aku membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang membahas sub tema yang berbeda mulai dari masalah kesehatan, pendidikan, tehnologi, pergaulan, game, politik , gaya hidup dan fashion. Dari 2 jam bersama mereka di kelas. Ada 2 kelompok yang sangat antusias membahas karena kebetulan mendapat sub tema game dan fashion. Seakan akan mereka ingin menyampaikan walau secara tersirat sub tema ini gw banget deh . Karena memang hal tersebut sangat dekat dengan dunia mereka . Game dan fashion itu gw banget . Dan kesulitan dihadapi untuk kelompok yang mendapat sub tema politik, kesehatan dan tehnologi . Bagi mereka sangatlah menjemukan membahas tentang masalah-masalah tersebut . Bagi siswa/i ku yang usianya belum 15 tahun menurut ahli memang bukan hal-hal yang berbau kesehatan, politik dan tehnologi yang menjadi kebutuhan mereka . Saat usia remaja mereka akan tertarik dengan hal-hal yang berbau hiburan dan itulah yang menjadi dunia mereka. Biarkan mereka mengikuti arus kehidupannya tanpa merasa dipaksakan. Saat harus memilih yakin mereka akan bertanggung jawab dengan keputusannya.

Sabtu, 03 Maret 2012

Cerita siswaku

Biasanya aku selalu membuat materi pelajaran sesuai dengan moment. Dan ketika tanggal 14 Februari yang lalu saat para muda -mudi sibuk merayakan valentine. Aku mengubahnya dengan membuat kegiatan bertukar kado dan di sertai ucapan yang bermakna motivasi . Aku memberi nama kegiatan tersebut dengan nama " Hari Berbagi". Setiap siswa aku minta untuk membawa kado dengan harga tak lebih dari 5000 rupiah. Dibalut kebingungan karena merasa cukup sulit mencari barang dengan harga 5000 rupiah. Dan alhamdulillah bisa terlaksana juga kegiatan tersebut dengan cukup sukses.Aku ingat sekali saat siswa/i ku sibuk membuka kado yang diterimanya setelah mengambil nomer sesuai dengan nomer di kado. Riuh lah tawa mereka, ada yang tertawa ngakak ada pula yang tersenyum simpul lagi malu-malu.Karena kebetulan mendapat kado dari orang yang ditaksirnya.hmm....Dan selalu ada kalimat motivasi dari kado yang diberikan dan bermakna luar biasa. Mengerti akan membuat orang memahami dan ketika memahami tak lagi menghakimi ataupun menuduh.Itu salah satu kalimat motivasi yang ditulis oleh siswaku. Bagiku sangat bermakna.
Lewat dari seminggu setelah kegiatan tersebut berlangsung . Aku mendapat musibah sakit batuk yang berkepanjangan. Dan akhirnya aku tak dapat mengajar di beberapa kelas. Aku menitipkan tugas kepada rekan kerjaku, yaitu kelas yang di minggu yang lalu membuat kegiatan tukar kado melalui tema materi " Hari berbagi" . Aku minta mereka untuk membuat suatu tulisan mengenai pendapat mereka tentang hari berbagi . Ketika keadaanku sudah lebih baik, aku kembali melakukan kegiatanku mengajar. Dan sambil memeriksa tugas yang mereka kumpulkan ketika aku berhalangan hadir.Hampir seluruh siswa membuat cerita tentang hari berbagi adalah rangkuman cerita dari kegiatan yang pernah dilakukan saat tukeran kado. Tapi ada satu tugas yang membuatku tertarik untuk membahasnya. Manakala ada seorang siswa yang mengumpulkan tugas tentang hari berbagi adalah pendapatnya tentang makna cinta.Menurut guru matematika, guru IPA, guru penjaskes, seni budaya, keterampilan jasa, ips, agama, dll Menurutku kreatif dan lain dari yang lain, membuatku tersenyum saat membaca dan mengoreksi kerjaan siswaku tersebut. Tapi ternyata ada yang kurang justru dia tak membuat kesimpulan makna cinta menurutku guru BK nya. Dan aku memberi komentar di buku siswaku tersebut adalah masih ada yang kurang karena kamu tak menuliskan kesimpulan makna cinta menurut guru BK....SELESAIKAN TUGAS Mu dengan baik dan sempurna tulisku.....

Menegakkan peraturan

Ada cerita lucu , menggetarkan juga membuat marah. Kemarin saat berangkat menuju tempat kerja ,di stasiun kereta ada informasi mengenai keberangkatan kereta yang mengalami gangguan karena ada kebakaran yang terjadi di stasiun Bojong Gede. Sementara aku berangkat dari stasiun depok . Kereta yang akan aku naiki berangkat dari depo Depok. Harusnya tak ada gangguan dengan perjalanan ku menuju ke tempat kerja. Tapi entah kenapa justru perjalanan kereta yang dari depok malah mengalami gangguan . Hingga dampaknya aku sampai ke sekolah terlambat 15 menit, akibatnya pintu gerbang sekolah sudah di kunci. Aku tak mempermasalahkan sudah di kuncinya gerbang sekolah karena apabila peraturan memang ingin di tegakkan tak usah pandang bulu. Tetapi yang membuat aku jengkel adalah argumen yang dikemukan oleh para bawahannya pimpinan yang mengatakan pimpinan tak tau apapun mengenai dikuncinya gerbang sekolah. Oh ya pimpinan sudah pindah ke bagian security ternyata, jadi perintah untuk mengunci gerbang datang dari security langsung. Apa maksudnya ya , mau cuci tangan atau mau cari aman ?

Anak dulu, sekarang dan masa depan

Lama juga tak menuangkan pemikiran dalam tulisan. Dan rasa kangen untuk menulis selalu ada tetapi sering kali agak bingung untuk memulainya. Hari ini dimulai dengan cerita Senin pagi . Yang menurut istilah yang beken adalah “ I don’t like Monday”. Entah termakan dengan istilah itu atau tidak memang memulai dengan hari Senin butuh perjuangan luar biasa . Dan cerita Senin pagi dimulai dengan membahas perilaku siswa di zaman sekarang.Mengalami banyak sekali perubahan dan pergeseran perilaku. Sudah agak luntur dengan budaya malu. Kata beberapa temanku rekan guru yang mengajar juga anak sekarang memakai istilah mereka susah dibilangin. Gak bisa dimengerti maunya apa. Dan sedikit banyak aku pun sepakat dengan pendapat tersebut tapi yang membuat aku tak sepakat adalah pengkotak-kotakan anak dulu , sekarang dan masa depan . Aku coba berdiri di tengah mencoba netral walau aku pun tak begitu yakin akan netralitas sikapku. Tapi mungkin lebih tepatnya memahami posisi masing-masing pihak. Sebagai anak dulu yang sekarang sudah jadi orang tua, sebagai anak sekarang yang saat ini sedang mencari identitas untuk dapat menempati posisi sebagai anak masa depan . Menurutku sangat tidak bijak apabila kita sebagai anak zaman dulu merasa yang kita lakukan saat ini sudah sangat benar dan baik untuk bekal anak sekarang. Kita sering kali lupa saat kita dahulu menjadi anak sekarang kitapun mungkin sering membuat orang tua kita geleng-geleng kepala dan mengerutkan dada dengan sikap dan perilaku kita zaman dahulu. Berhubung kita telah melewati masa tersebut dan saat ini kita menghadapi perilaku anak sekarang kita sangat terburu – buru menuduh anak sekarang adalah anak yang sangat tidak bisa diatur. Wah kalau pendapat seperti itu terus yang kita ungkapkan tanpa merasa bahwa hal itu salah. Lupakah kita bahwa anak sekarang adalah produk dari anak dahulu dalam mendidiknya . Dan sedikit banyak kita punya andil menciptakan anak sekarang menjadi seperti ini. Dan rasanya sangat tidak bijak menyebutkan anak dahulu sekarang dan masa depan. Tiap fase kehidupan ada tantangan yang berbeda yang harus dijalani. Tantangan hidup anak dahulu bukan tentang dunia yang jauh jadi dekat ( era internet ) Sementara anak sekarang tantangannya adalah mendekatkan sesuatu yang jauh . Mengutip pernyataan Khalil Gibran

Anakmu bukan anakmu,

lewat engkau mereka lahir tapi tidak dari engkau

kau boleh memberi tempat untuk raganya tapi tidak untuk jiwanya.

Karena jiwa mereka adalah penghuni rumah masa depan .

Kau boleh berusaha menyerupai mereka

Namun jangan membuat mereka menyerupaimu

Sebab kehidupan tidak pernah berjalan mundur

Dan tak tenggelam di masa lampau

Sabtu, 11 Februari 2012

S O P

Standar operational prosedur adalah standar khusus untuk menjalankan program yang biasa dilakukan di pabrik atau perusahaan besar. Cukup baik apabila bisa diterapkan di semua bidang kerja. Bukan maksud untuk membuat para karyawannya menjadi robot. Tapi dengan S. O. P diharapkan segala hal yang berkaitan dengan prosedur kerja dapat diminimalkan kesalahannya. Dan akan mengalami kekacauan manakala tak mengindahkan prosedur kerja yang telah ditetapkan.
Berkaitan dengan istilah S.O.P itu pula , aku bertanya bisakah hal tersebut diterapkan dalam dunia pendidikan khususnya di sekolah.Dalam interaksi antara siswa dan guru saat proses KBM berlangsung ? Untuk kegiatan perencanaan dan evaluasi serta tindak lanjut yang di jabarkan dalam Tupoksi memang harus ada standarnya namun untuk yang berhubungan dengan interaksi heart to heart sepertinya akan sulit untuk dipaksakan. Guru dan murid sama-sama mahluk ciptaan Tuhan yang di bekali rasa, harapan , emosi, pikiran dan sensitivitas yang tak sama satu dengan yang lain juga berbeda dari waktu ke waktu.
Pengalamanku sebagai guru mungkin belum cukup menarik untuk berbagi cerita tapi setidaknya hal ini yang ingin aku bahas berkaitan dengan S.O. P. Beberapa hari yang lalu sebenarnya sudah berlangsung selama 3 minggu . Aku melakukan aksi mogok bicara panjang x lebar sama dengan luas kepada salah satu kelas yang aku bimbing. Berawal dari dari perilaku sebagian besar siswa di kelas tersebut yang mengabaikan tugas yang kuberikan . Menganggap aku adalah guru yang cukup toleran dengan alasan yang mereka kemukakan dan dengan seenaknya siswa tak menyelesaikan tugas dengan jawaban entengnya belum siap bu. Sebagai mahluk ciptaan Allah yang memiliki rasa dan emosi aku tersinggung . Menurutku manusiawi dong siapa sih yang mau disepelekan , untuk tugas pelajaran lain mereka bisa begitu khawatir ketika tak mengerjakan . Berbondong-bondong ke kelas lain untuk meminjam UU atau kamus atau buku paket yang lupa dibawa karena takut dengan hukuman dari guru yang mengajar mata pelajaran tersebut. Dan meledaklah marahku dengan mengatakan baik kalian sudah mengecewakan saya , menyepelekan tugas saya dan saya akan turuti keinginan kalian dengan cara saya tidak akan perdulikan kalian. Minggu setelah kejadian tersebut ketika aku ada jadwal untuk masuk kelas tersebut aku dirayu oleh wali kelas agar mau masuk dan kembali mengajar di kelas tersebut , beberapa siswa juga datang menjemputku , bukan merasa sok penting atau dendam tapi aku masih kecewa dengan sikap mereka . Sebenarnya saat aku marah di minggu yang lalu dan memutuskan untuk meninggalkan kelas mereka juga langsung datang berbondong-bondong ke ruanganku , mencoba merayu dan meluluhkan hatiku dengan meminta maaf. Hingga selama 2 minggu setelah kejadian tersebut aku tetap masuk dan mengajar untuk memenuhi tanggungjawabku sebagai pendidik. Tapi bagai manusia tanpa hati tak ada senyum yang aku tunjukkan ketika memasuki kelas itu . Kaku saja. Tak ada pembicaraan untuk mencairkan suasana seperti biasa aku lakukan sebelum memasuki materi pelajaran . Bertanya kabar mereka, mengganggu salah satu dari mereka atau main tebak-tebakan .Salah satu dari mereka yang diberi amanat sebagai ketua kelas menyiapkan dan aku juga menjawab salam mereka untuk kemudian langsung membuka satuan layanan ku dan melihat materi yang harus aku ajarkan pada hari tersebut . Jujur saja aku tersiksa dan saat pelajaranku berakhir di kelas itu aku menangis di depan wali kelas mereka . Aku tersiksa tak jadi diri sendiri
Aku tersiksa tak jadi diriku
waktu itu masih bisa berceloteh bergurau
Kutatap mereka ada binar pengharapan
aku tak maksud menyimpan dendam
tapi harapku masih belum terobati...
Apakah yang berhubungan dengan perasaan dan emosi dapat diterapkan sesuai S.O. P ?
Satu hal lagi yang berkaitan dengan S.O.P , Saat tryout yang diselenggarakan di sekolahku , tertera jadawal pengawas di papan pengumuman guru. Dan ketika aku periksa apakah nomerku juga tertera dalam jadwal tersebut ,ternyata ada hingga hari terakhir aku di tunjuk untuk mengawas . Meskipun kegiatan mengawas ujian merupakan pekerjaan yang sangat tidak menyenangkan , sangat membosankan harus duduk diam mengamati tapi harus dilakoni juga. Hari pertama ngawas ujian berjalan lancar setidaknya untuk ruangan yang aku awas . Dan selalu ada briefing pagi untuk mengawali hari yang dilakukan oleh pimpinan membahas sedikit hal tentang tehnik pelaksanaan tryout yang sesuai dengan standar pelaksanaan ujian nasional , sesuai dengan S.O. P gitu deh. Memasuki hari kedua apakah S.O. P diterapkan ? saat aku melihat lagi jadwal mengawas aku melihat ada bekas hapusan kertas di nomer urutku digantikan oleh nomer urut rekan ku yang lain . Dan anehnya justru nomer yang menggantikanku adalah rekanku yang pelajarannya diujikan pada hari tersebut . Menurut standar UN , guru yang mengajar pada mata pelajaran yang di ujikan tidak dibenarkan untuk mengawas . Dan diterapkan kah S. O.P dengan baik . S.O.P bukan hanya sekedar lip service . Tak gampang menerapkan S. O. P

Rabu, 01 Februari 2012

17....27....37

Seperti bermain tebak-tebakan saat bel istirahat berakhir. Mulai mempersiapkan diri untuk masuk ke salah satu kelas yang kubimbing. Ada rasa sedikit khawatir karena bersamaan dengan turunnya hujan yang disertai petir menggelegar . Dan kembali teringat kejadiaan beberapa tahun yang lalu mengajar saat di luar kelas sedang di guyur hujan sangat deras . Volume suara yang pas-pasan rasanya tak akan mampu untuk menyayingi gelegar petir yang saling bersahutan . Khawatir bukan karena ruangan kelas yang bocor saat hujan deras seperti yang sering diberitakan di media cetak dan elektronik tentang sekolah yang bocor dan hampir roboh. Sekolahku cukup mewah dan layak mendapat predikat sekolah standar nasional dengan fasilitas yang lengkap dan representative . Tapi aku khawatir karena dahulu saat mengajar di jam pelajaran terakhir dengan semangat tinggi aku masuk untuk menjelaskan tentang materi studi lanjut tak kuperdulikan gelegar petir dan derasnya hujan. Menjelang akhir aku menjelaskan seperti biasa aku bertanya kepada siswaku siapa yang mau bertanya. Hening tak ada jawaban, kembali aku ulangi siapa yang akan bertanya. Tiba-tiba dari pojok belakang seorang siswa memberanikan diri untuk bertanya dan menunjuk tangannya . “ Bu , ibu dari tadi ngomong apa, saya gak denger apa-apa…..” Oh ternyata yang kulakukan dari awal hanya terlihat seperti film Charlie Caplin . Film bisu tanpa suara dan yang terlihat hanya gerakan . Dan hari ini saat aku masuk ke salah satu kelas yang aku bimbing yang memang bertepatan dengan ulang tahunku yang ke 37 adalah kelas yang aku bimbing tersebut menyelenggarakan sedikit perayaan ulang tahun . Mereka menggambar gambar kue ulang tahun yang disertai dengan gambar lilinnya dan aku diminta untuk meniup lilin tersebut sambil mereka bernyanyi. Menyenangkan dan membuatku bahagia . Dan mereka bertanya ibu ulang tahun yang keberapa . Aku sigap menjawab yang ke 17 dong yang pasti . Serempak mereka menjawab gak percaya . Ada yang berteriak 27 , 37, 47 ya bu……

Menggugurkan kewajiban

Awalnya aku pikir kita melakukan suatu aktifitas sekedar datang, masuk kelas , memberi materi bel ganti pelajaran berakhirlah jam pelajaran ku di kelas. Aku keluar kelas melakukan aktifitas yang lain. Akan menyenangkan ternyata hal itu malah membuatku tersiksa. Mungkin pemahaman dasar adalah menggugurkan kewajiban . Toh aku sudah masuk kelas melakukan kewajibanku sebagai pendidik . Biasanya saat aku mengajar di kelas yang aku bimbing sebelum aku masuk ke materi . Ada dialog antara aku dan siswa / i tersebut, sekedar menanyakan keadaan mereka , mengganggu salah seorang siswa yang biasanya juga sering membanyol atau hal lain yang tak terlalu serius. Namun entah apa yang terjadi dengan ku akhir –akhir ini. Saat masuk ke salah satu kelas yang aku bimbing aku seperti tak enak hati dan menjadi tak menyenangkan manakala mereka aku minta untuk presentasi . Jawaban yang mengecewakan yang aku dapat, “belum siap bu” Bukan hanya seorang yang memberi jawaban seperti itu. Kecewa dan akhirnya aku meninggalkan kelas tersebut.

Hari ini aku kembali harus melaksanakan tugas untuk menggugurkan kewajibanku mengajar di kelas . Tak ingin menyimpan dendam tapi tak kupungkiri aku masih kecewa. Aku masuk dengan wajah dingin , cuek, dan tak memperdulikan keadaan mereka . Kelas disiapkan tanpa basa-basi seperti biasa aku langsung memanggil mereka untuk presentasi. Kelompok yang maju pertama cukup baik dengan penjelasan dan media yang dibuat sangat menarik. Tapi tak berlanjut dengan kelompok yang lain yang maju. Dengan penampilan yang ala kadarnya tak mempersiapkan tema dengan baik. Kembali di hempas pada dinding kecewa. Dan aku malas untuk berkomentar atau marah aku hanya diam dan menatap wajah mereka . Tatapan mata yang penuh tanda tanya dari beberapa pasang mata kenapa aku jadi kaku dengan mereka . Aku pun sebenarnya tersiksa tak jadi diriku sendiri . Menurutku yang kulakukan hal ini juga tak baik seakan-akan aku menyimpan dendam kepada mereka . Padahal sejujurnya aku sangat kangen dengan suasana celotehan remaja yang menyenangkan persis gaya khasnya remaja