Kamis, 02 Juni 2011
Mau ku dan mau mereka...
Rabu, 01 Juni 2011
Kesaktian Pancasila di zaman reformasi
Hari ini bertepatan dengan hari lahirnya Pancasila sebagai dasar negara Indonesia. Ir. Soekarno sebagai penemu ajaran tersebut memiliki harapan besar sehingga menjadikan Pancasila sebagai dasar negara. Saat aku masih bersekolah di SD hingga kuliah masih ada pelajaran yang mengupas tentang kesaktian Pancasila dan nilai –nilai yang terkandung di dalamnya. Saat aku membaca lagi akan nilai-nilai luhur Pancasila, ada perasaan bangga dan kecewa. Begitu luhur nilai yang terkandung dan begitu lama aku sebagai rakyat mempelajarinya melalui pelajaran di sekolah maupun selama penataran P4 zaman kuliah dulu. Dengan berbagai pola 45 jam atau 100 jam. Harapan dari adanya kegiatan untuk menggali nilai-nilai Pancasila adalah agar rakyat Indonesia meneladani dan menjadikan Pancasila sebagai bagian kehidupan. Tetapi entah karena terlalu berat atau muluk harapan hanya tinggal harapan . Sementara orang –orang yang memberi materi tentang nilai-nilai Pancasila tak mampu memberi contoh dan panutan seperti materi yang pernah mereka sampaikan. Nilai-nilai hanya sebatas ajaran dalam ruang penataran atau kelas dan tak pernah diteruskan untuk menjadi dirinya atau bahasa anak sekarang adalah PANCASILA BUKAN GUE BANGET. Dan tadi sambil mengajar aku berbincang dengan beberapa siswaku yang aku anggap memiliki cara berpikir cukup maju di banding teman-temannya yang lain. Aku bertanya pendapat mereka tentang Pancasila.Dan jawaban jujur mereka cukup mengagetkan ku sebagai guru mereka, “ kayaknya udah gak relevan lagi bu dengan kondisi zaman sekarang, “ jawab mereka dengan santainya. Hah dan aku menarik nafas panjang membetulkan letak dudukku dan bertanya lebih lanjut maksudmu nak. Iya sekarang kan zaman sudah semakin maju bu, sementara Pancasila dengan sila yang hanya 5 itu menurut saya tidak merangkum kebutuhan kita…itu jawaban siswaku yang satu…dan aku kembali membulatkan bentuk mulutku…OOO Aku tak patah semangat kembali aku bertanya jadi kalau sudah tak relevan lagi, sebaiknya Pancasila diganti saja dong , tanyaku lagi. Ya gak juga bu , jawaban mereka nanti bangsa Indonesia semakin tak jelas mentalnya bu kalau Pancasila diganti, Jadi gimana sebaiknya menurut kamu tanyaku lagi. Ya tetap menjadi dasar negara bu, kita sebagai warga yang harus menjadikan Pancasila sebagai benar-benar bagian dari diri kita. Oh Alhamdulillah akhirnya keluar juga kalimat itu dari mulut siswaku.Semoga kalimat itu dapat benar-benar diterapkan Bukan mendoktrin atau mencuci otak mereka dengan paksaan tetapi mengajak siswa berpikir dan menganalisa akan penting dan bermaknanya nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila sebagai dasar negara.
Selasa, 31 Mei 2011
Kisah Bahrun dan es budeg
Sementara aku juga punya cerita menarik tentang nasib anak kost, saat itu masih mahasiswa yang mengandalkan uang kiriman untuk kelangsungan hidup. Saat awal bulan dan kiriman baru datang, aku bersama dengan teman-teman yang senasib langsung menyerbu kantin untuk makan siang dengan menu wajib mie ayam atau gado-gado, sementara untuk minumnya tergantung keuangan kiriman. Awal bulan biasanya menu minumannya adalah jus atau es campur...wah gaya ya dan pesanannya selalu datang lebih cepat sebelum makanannya datang terhidang di meja kami. Tetapi yang membuatku tak habis pikir manakala sudah menjelang tengah bulan menu makan tetap sama hanya minumnya yang berbeda. Dan aku bersama 3 temanku hanya memesan" air putih saja", tetapi untuk mendapatkan air putih tersebut di tengah bulan ternyata seperti mencari air di gurun pasir ( lebay deh) pesanan air putih itu lamaaaaaaaaaaa banget datangnya. Akhirnya aku dan teman-teman sepakat mengatakan menu tengah bulan adalah mie ayam /gado-gado beserta es budeg.....Penjualnya budeg kalo hanya menerima pesanan air putih saja....ah nasib anak kost....
Belajar Organisasi
Kenangan yang didapat dari kegiatan Pensi di sekolahku, melihat kepuasan siswa. Mereka senang dan puas dengan acara yang terselenggara . Alhamdulillah , tetapi ada hal-hal yang tersisa untuk jadi bahan renungan dan pembelajaran bagi semua pihak yang melaksanakan kegiatan tersebut. Sebagai guru yang membimbing acara kegiatan itu,cukup stress dan was-was karena banyak pr yang harus diselesaikan . Mencoba mengevaluasi, dan analisa dari kegiatan itu berdasarkan job kerja yang telah dilakukan . Dari pembuatan proposal kegiatan yang tidak sesuai dengan susunan kepanitiaan , Job kerja yang harus dilakukan tiap seksi yang tidak sesuai dengan tugasnya dan etika mengundang guru-guru yang diluar ingatan mereka. Bagi siswa mungkin hal itu tidak menjadi hal-hal yang meresahkan mereka, tetapi bagi guru-guru hal tersebut dapat menjadi masalah besar.Karena merasa tidak dianggap dan diperdulikan, diacuhkan sementara ada hal lain lagi yang harusnya menjadi bahan renungan untuk diperbaiki. Kedekatan antara guru yang membimbing kegiatan tersebut dengan panitia dari siswa sangat tidak terjalin, dan akhirnya berjalan sendiri-sendiri mereka-reka harus seperti apa dan sudah sampai dimana kerja masing-masing seksi. Belum lagi cerita yang lain tentang kekecewaan beberapa guru atas undangan yang serba mendadak tanpa disertai dengan waktu acaranya. Itu dibuat dan diserahkan setelah ada pertanyaan guru diundang gak…? Sebagai salah satu panitia dari kegiatan tersebut dan sering menjadi pengamat atas berbagai hal yang terjadi di lingkungan sekitar. Aku berpikir hal ini terjadi karena tidak adanya komunikasi dan koordinasi antara guru dan siswa. Ketegasan yang kurang dari guru untuk memberi arahan yang jelas kepada siswa, koordinasi yang tidak berjalan juga antara guru dan guru, etika menghargai guru atau orang yang lebih tua. Begitu juga sosok pimpinan yang ternyata tidak mampu menjadi pemimpin, hanya mencari nama dan kesenangan untuk diri dan kepentingannya sendiri. Mengkhawatirkan keadaan seperti ini dalam lingkungan kecil sudah seperti ini bagaimana dalam lingkup yang lebih luas? Tidak pernah ada kebesaran jiwa dari orang-orang yang menjalani kehidupan untuk menerima kelebihan orang lain. Cerita lain lagi sewaktu ada kegiatan LDKS dan terpilih susunan pengurus ketua dan wakil dan sekretaris beserta seksi-seksi. Seorang siswa yang berasal dari jenjang kelas yang lebih tinggi tidak siap mental saat mendapati dirinya hanya terpilih sebagai wakil ketua. Dan berkonsultasilah dia dengan orang tua dan beberapa guru yang dia percayai, jawaban yang cukup membuatku tercengang adalah hasil konsultasi dia dengan beberapa guru tersebut memanas-manasi perasaannya untuk tidak menjadi hanya wakil ketua. Kenapa ya kita orang dewasa ( guru & orang tua ) tak pernah mempersiapkan mental anak-anak kita untuk bisa menjadi orang yang mau menerima kelebihan orang, dan tidak merasa terhina saat harus dipimpin oleh orang yang lebih muda . Senioritas masih ada dan akan terus ada di negara ini sepertinya.
Senin, 30 Mei 2011
Mengajar apa ?
Minggu, 29 Mei 2011
Keterampilan Konseling I
Dalam sesion konseling ada tahapan yang harus dilalui oleh psikolog ataupun konselor. Tidak bisa langsung bertanya tentang masalah selalu harus dimulai dengan beberapa tahapan yaitu:
1. Tahap pembinaan hubungan
2. Tahap pembahasan masalah
3. Tahap pembentukan tujuan dan strategi
4. Tahap penilaian dan tindak lanjut
Pada tahap pembinaan hubungan saja, tak akan gampang bagi konseli atau klien membuka diri dengan orang yang baru dikenalnya. Apalagi tanpa kesadaran dari klien untuk datang dengan permasalahan yang dialaminya. Sering kali konseli atau klien tak menyadari akan masalah yang dihadapinya. Dan dengan sangat terburu-buru seakan akan sudah mampu menyimpulkan masalah yang dihadapi oleh konseli atau klien, konselor atau psikolog langsung memberi nasehat. Kedekatan belum terjalin dan langsung memberi penilaian. Tahap pembinaan hubungan ini dilakukan dengan sungguh -sungguh karena awal kerjasama dan kepercayaan antara klien dan konselor terjalin akan memudahkan klien dibantu untuk menyelesaikan masalahnya.Dan ada tehnik yang dapat dilakukan oleh konselor untuk dapat membuka hubungan dengan klien dengan komunikasi tertentu.Mendengarkan adalah tehnik yang paling penting dalam proses konseling. Respon dalam tehnik ini disebut juga dengan Attending. Attending adalah sikap memberi perhatian dengan beberapa bagian yang harus dilalui seperti:
1. Respon verbal clarification: konselor mampu mengembalikan seluruh pesan dari klien
2. Respon verbal Probe:Pertanyaan awal untuk mengarahkan klien memahami masalahnya
3.Minimal encourage: respon non verbal konselor , menatap, tersenyum ,menganggukkan kepala
4.Verbal Parafrase:respon verbal konselor terhadap isi pesan atau pemikiran klien
5.Verbal reflection of feeling:konselor merefleksi perasaan klien yang tak diucapkannya.
6.Verbal attending summarization:konselor menyimpulkan informasi dari klien tentang isi dan perasaannya.
Pada tahap Attending ini tugas konselor mengajak klien / konseli memahami akan masalah yang dihadapinya. Memberi kesadaran bahwa klien patut dibantu untuk menyelesaikan masalahnya.
Untuk tahap awal pembahasan tentang keterampilan konseling seperti ini dahulu.