Minggu, 29 Mei 2011

Keterampilan Konseling I

Jadi tertarik untuk menulis tentang tehnik konseling, karena beberapa waktu yang lalu membimbing mahasiswa PPl dari salah satu universitas swasta dekat sekolahku,untuk mata kuliah tehnik konseling. Yang membuat aku sedikit heran tapi ya sudahlah apabila memang sebatas itu kebutuhannya. Para mahasiswa PPl tersebut sama sekali tidak meminta data berkaitan dengan klien yang sedang mereka tangani. Data pribadi, nilai rapot, data sosiometri , data minat dan bakat atau data hasil tes IQ.Mereka datang dan meminta ijin untuk dapat melakukan proses konseling dengan siswa/i ku yang aku rujuk untuk dibantu menangani masalahnya. sebagai tuan rumah ya, aku dengan beberapa rekan guru pembimbing mencoba membantu mereka, memberikan beberapa nama siswa untuk dialihtangankan walau hanya untuk beberapa saat kepada calon psikolog yang sedang magang untuk menguji tehnik konseling mereka. Saat aku memberi rujukan salah satu nama siswaku dengan permasalahan sering ngobrol di kelas .Sebelumnya aku katakan kepada siswaku tentang kegiatan yang akan dijalaninya bersama dengan kakak mahasiswa dan meminta kesediaan siswaku. Saat aku mempertemukan antara salah satu calon psikolog dengan siswaku itu, siswaku menarik diri, mogok dan tidak mau berbicara bahkan malah menangis . Sang calon psikolog akhirnya menghentikan kegiatan pra konseling ( tahap perkenalan dan membuka hubungan) , kemudian melaporkan kepada ku sebagai guru pamongnya bahwa dia mengalami kesulitan dengan klien yang aku berikan . "saya bingung bu, dia sudah nangis duluan" kata calon psikolog , dan saya jawab ya itulah tantangannya sebagai calon psikolog tidak selalu kita akan menemui klien yang dengan terbuka membicarakan masalah yang dihadapinya. Nah sekarang saya akan mencoba mengkaitkan antara kejadian yang baru saya alami bersama dengan mahasiswa PPl tersebut dengan teori ketrampilan konseling yang pernah saya pelajari. Bukan bermaksud sok tau, sekedar ingin bebagi saja.
Dalam sesion konseling ada tahapan yang harus dilalui oleh psikolog ataupun konselor. Tidak bisa langsung bertanya tentang masalah selalu harus dimulai dengan beberapa tahapan yaitu:
1. Tahap pembinaan hubungan
2. Tahap pembahasan masalah
3. Tahap pembentukan tujuan dan strategi
4. Tahap penilaian dan tindak lanjut

Pada tahap pembinaan hubungan saja, tak akan gampang bagi konseli atau klien membuka diri dengan orang yang baru dikenalnya. Apalagi tanpa kesadaran dari klien untuk datang dengan permasalahan yang dialaminya. Sering kali konseli atau klien tak menyadari akan masalah yang dihadapinya. Dan dengan sangat terburu-buru seakan akan sudah mampu menyimpulkan masalah yang dihadapi oleh konseli atau klien, konselor atau psikolog langsung memberi nasehat. Kedekatan belum terjalin dan langsung memberi penilaian. Tahap pembinaan hubungan ini dilakukan dengan sungguh -sungguh karena awal kerjasama dan kepercayaan antara klien dan konselor terjalin akan memudahkan klien dibantu untuk menyelesaikan masalahnya.Dan ada tehnik yang dapat dilakukan oleh konselor untuk dapat membuka hubungan dengan klien dengan komunikasi tertentu.Mendengarkan adalah tehnik yang paling penting dalam proses konseling. Respon dalam tehnik ini disebut juga dengan Attending. Attending adalah sikap memberi perhatian dengan beberapa bagian yang harus dilalui seperti:
1. Respon verbal clarification: konselor mampu mengembalikan seluruh pesan dari klien
2. Respon verbal Probe:Pertanyaan awal untuk mengarahkan klien memahami masalahnya
3.Minimal encourage: respon non verbal konselor , menatap, tersenyum ,menganggukkan kepala
4.Verbal Parafrase:respon verbal konselor terhadap isi pesan atau pemikiran klien
5.Verbal reflection of feeling:konselor merefleksi perasaan klien yang tak diucapkannya.
6.Verbal attending summarization:konselor menyimpulkan informasi dari klien tentang isi dan perasaannya.
Pada tahap Attending ini tugas konselor mengajak klien / konseli memahami akan masalah yang dihadapinya. Memberi kesadaran bahwa klien patut dibantu untuk menyelesaikan masalahnya.
Untuk tahap awal pembahasan tentang keterampilan konseling seperti ini dahulu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar