Selasa, 17 Mei 2011

Ikhlas untuk siapa…?

Selalu ada cerita menarik di pagi hari saat menunggu kereta pagi. Hari ini bertepatan dengan ditetapkannya secara tergesa-gesa pengumuman cuti bersama yang berlaku bagi pns yang tidak bekerja untuk pelayanan umum. Sementara saat aku perhatikan penumpang di kereta pagi tadi tidak ada wajah yang libur mengikuti anjuran cuti bersama berdasarkan sk 3 mentri itu. Yah akhirnya aku berpikir mungkin keinginan cuti tersebut adalah keinginan pribadi para mentri tersebut karena terlalu lelah bekerja mengurus tugas negara,tapi kenapa ya harus membuat pengumuman resmi secara nasional. Jadi kacau dan berantakan semua tak terkecuali jadwal keberangkatan keretaku pagi tadi. Sekarang cerita tentang ikhlas,ada dialog antara suamiku dengan rekan kerjanya yang juga guru. Rekan kerja suamiku itu mengatakan bahwa beberapa hari yang lalu ada pertemuan dengan pihak yayasan dan memanggil motivator untuk memberi semangat kepada karyawan .Ternyata saat pertemuan tersebut para karyawan malah banyak yang curhat mengenai kondisi tempatnya bekerja sehingga membuat pihak yayasan yang malah bingung karena rencana awal memberi motivasi kepada karyawan agar giat bekerja dan loyal terhadap lembaga eh …malah karyawannya menginginkan perubahan kesejahteraan…bingung,bingung deh. Sampai akhirnya si pimpinan yayasan yang selalu saja berbicara dan tak mau mendengar sedikit dibentak oleh bawahannya , dengarkan dahulu pak, jangan hanya bapak yang berbicara . Bapak menyuruh bawahan untuk ikhlas, ikhlas yang seperti apa .Apakah ke ikhlasan hanya berhak ditujukan kepada bawahan . Sementara yang memiliki jabatan dan status sebagai pimpinan sudah lepas dari kewajiban untuk ikhlas ??? Masalah ikhlas dan mendengarkan aku juga pernah bertanya kepada pimpinan saat aku diperlakukan sangat tidak adil ( menurutku…) , akhirnya aku mendatangi pimpinanku dan berkata bahwa manusia diberi anugrah oleh yang menciptakanNYA berupa 2 telinga untuk mendengar dan 1 mulut untuk berbicara jadi alangkah bijaksananya apabila mau mendengar lebih banyak dari pada hanya berbicara dan menuntut kepada bawahannya untuk giat dan loyal dalam bekerja . Dan untuk urusan keikhlasan sepertinya sudah merupakan bagian yang tak pernah terpisahkan dari diri seorang bawahan. Aku juga tak tahu ikhlas atau pasrah ya. ??

Tidak ada komentar:

Posting Komentar