Kamis, 12 Mei 2011

Hukuman yang tak mendidik

Menurut teori Behavioral yang dikemukakan oleh BF Skinner, Wolpe, Lazarus dan Krumboltz berfokus pada pentingnya mengubah perilaku klien yang dapat diamati . Mengubah perilaku yang maladaptive menjadi perilaku yang adaptif . Tadi pagi aku mendapat laporan permasalahan dari rekan kerjaku, mengenai siswa yang tidak mengikuti pelajaran di kelas saat jam pelajaran salah satu pelajaran dengan alasan ijin untuk makan di kantin. Dan guru yang mengajar di jam pelajaran tersebut merasa tersinggung karena diabaikan. Sudah diselesaikan pada hari yang sama dengan memberi kesadaran pada siswa akan perilaku mereka yang tidak baik. Dan saat jam istirahat beberapa siswa yang melakukan kesalahan di hari kemarin mendatangi ruang BK beramai-ramai menceritakan kejadian yang baru mereka alami dengan guru yang memberi hukuman. Dihukum untuk membawa sesuatu yang tidak pada tempatnya tetapi saat siswa menyatakan bersedia , kemudian mengganti dengan hukuman dalam bentuk uang. Saat mendengar laporan siswa , bahwa permasalahannya menjadi panjang dan berkesan dipanjang-panjangin. Aku berpikir duh memberi hukuman harusnya yang mengandung unsur mendidik. Bukan hanya asal menghukum, pekerjaan sia-sia dan tidak kena sasaran . Aku ingat kembali manakala ada satu rekanku yang bercerita dengan sangat marah karena ada satu siswa yang sangat malas menyelesaikan tugas ( PR) dan rekan guruku memberi hukuman berupa menulis di satu buku tulis untuk berjanji tidak akan lupa lagi mengerjakan pr. Reaksiku waktu itu adalah , setelah dia menulis di satu buku tulis, apakah prnya selesai , dan apakah siswa tersebut menjadi lebih paham akan materi yang belum dia kerjakan? Rekan guru itu waktu itu hanya menggeleng saja. Semenjak itu aku jadi mencoba memahami makna terapi perilakunya BF Skinner , Behavioral Terapi…Menurut terapi behavioral atau terapi perilaku perilaku individu adalah hasil dari proses belajar dan interaksi dengan lingkungannya . Terjadinya masalah berkaitan dengan penyesuaian diri individu dengan lingkungannya.Seringkali siswa di sekolah mengalami kesulitan dalam proses adaptasi atau penyesuaian diri. Saat mereka harus berhadapan dengan suatu situasi tertentu yang berbenturan dengan harapan dan keinginan siswa sebagai remaja. Dan guru memperlakukan siswa dengan memberi suatu hukuman yang terkadang tidak untuk mengubah perilaku siswa, tetapi hanya untuk mengalihkan pemahaman siswa bahwa guru merupakan sosok yang masih memiliki wibawa karena mampu memberi hukuman.Padahal apabila diterapkan terapi perilaku secara konsisten , akan memudahkan bagi siswa untuk diarahkan karena mereka akan belajar tentang perilaku –perilaku yang baik dan tidak baik untuk tetap dilakukan atau ditinggalkan. Dan dalam penerapan terapi perilaku memang ada bagian pemberian hukuman ( punishment) atau penghargaan ( reward) bertujuan agar individu atau siswa yang ber” masalah “ dalam penyesuaian diri dapat belajar tentang perilaku yang mendapat hukuman adalah perilaku yang tidak adaptif, sementara untuk perilaku yang mendapat reward adalah perilaku adaptifnya . Saat guru akan memberi punishment harus dipahami, punishment yang seperti apa yang akan cocok untuk perilaku siswa yang melanggar aturan sehingga siswa tidak akan mengulangi lagi perilaku yang maladaptif .Begitu juga saat siswa melakukan perilaku yang baik reward yang diberikan harus disesuaikan dengan kebutuhan psikologis siswa. Jangan memberi reward kepada siswa yang bukan kebutuhannya , misal dengan memberi pujian seperti memuji siswa tetapi tidak sesuai dengan perkembangan usianya. Untuk anak remaja dipuji-puji seperti memuji anak TK. Dan yang terjadi remaja itu akan merasa heran…

Berdasarkan cerita yang terjadi dengan siswa-siswaku dengan guru mata pelajaran di sekolah , kita sebagai guru harus belajar memahami akan memberi hukuman atau reward yang seperti apa kepada siswa disekolah sehingga kita dapat mengarahkan siswa untuk berperilaku secara baik pada situasi di sekolah dan di lingkungan di mana pun mereka berada.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar