Tak mudah
mengarahkan kemampuan siswa apabila hanya mengandalkan kata-kata “ tulis di
bukumu apa yang menjadi bakatmu. Dan hal itu aku alami manakala harus bekerja
sama dengan rekan guru yang tak berasal dari latar belakang pendidikan yang
sama dengan ku, berhubung secara hirarki struktur kepegawaian posisinya jauh
diatasku membuat aku tak punya daya untuk membantah . Sebenarnya urusan
membantah sudah sering kulakukan sejak awal tak setuju dengan pendapatnya tapi
kembali lagi apa dayaku , ternyata di lingkungan pendidikan yang katanya tempat
untuk mencetak generasi penerus yang kreatif masih mengebiri pemikiran bawahannya
yang tak sesuai dengan kebijakan atasan.Apakah cara yang digunakan dengan
meminta siswa menuliskan bakatnya kemudian dianggap bakat dan kemampuan siswa
tersebut sudah tergali ?Sementara yang kulakukan dengan berbagai metode untuk
dapat menggali bakat dan kecerdasan tak selalu didukung dan dianggap sedang
menggali bakat . Tak jarang pertanyaan yang muncul sedang buat kegiatan apa bu
? Jangankan saling bekerja sama dengan berbagai rekan dari bidang pelajaran
yang berbeda . Mungkin pun si peng ‘ampu ‘ mata pelajaran tersebut kurang mampu
memandang secara luas pengembangan dari mata ajar yang diajarnya. Dan hanya
focus pada nilai akademis yang diperoleh siswa walau belum tentu berasal dari
pemikiran sendiri. Jadilah manakala dibutuhkan penampilan bakat dan potensi
mengalami kesulitan untuk menunjukkan bakatnya karena tak pernah focus
diarahkan untuk menunjukkan potensinya . Miris ya lingkungan yang harusnya bisa
mengembangkan potensi malah memenjarakan potensi itu sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar