Minggu terakhir
kbm di semester ganjil ditutup dengan pementasan drama dari tiap kelas.
Terinspirasi dari salah satu sekolah rekan kerjaku juga dari request materi
yang mereka minta saat kenaikan ke kelas 9. Kata mereka waktu kutanya kala itu
adalah belajar dengan metode sosiodrama sangat menyenangkan . Setelah melalui
proses pikir yang panjang akhirnya kuputuskan untuk membuat pementasan drama
yang melibatkan seluruh siswa dalam kelas tersebut. Bertepatan juga waktu itu
momentnya dekat dengan hari pahlawan . Dan sebelum tugas drama kuberikan aku
sudah memberi tugas untuk memahami opini mereka dalam rangka mengisi
kemerdekaan.
Proses rumit
tarik ulur nyaris gagal tampil harus
mereka lalui, bahkan aku juga nyaris kena sindrom susah tidur demi memikirkan
rencana pentas mereka. Dan andaipun bisa terlelap karena sudah teramat lelah
tak kusadari mimpiku juga tentang pentas mereka. Baik yang sudah tampil ataupun
menunggu esok hari untuk tampil .
Beberapa cerita
menarik , mengharukan , menggelikan dari balik kerja keras mereka sebelum
pentas. Memulai dari kelas 9.5 yang mementaskan drama dengan judul “ si
Pitung “ . Riuh sambutan penonton dan terkesan dan terkesan dengan
dengan pemeran si Pitung yang berbeda dengan gambaran umum Pitung yang gagah
dan berwibawa. Pitung siswaku adalah Pitung yang kecil tapi mengaku jago silat
. Makanya dia ngotot yang jadi pitung harus gue katanya. Tapi acungan jempol
aku berikan pada sang sutradara yang punya simpanan sabar menghadapi
temen-temennya yang susah diatur dan maunya sendiri.
Pementasan hari
kedua dimulai dengan penampilan kelas 9.3 yang cukup matang memperhatikan
detail property. Juga peran sutradara yang mampu mengarahkan pemainnya. Yang
membuat bulu kuduk bergidik kala si pemeran bung Tomo berpidato dan dengan
lantang meneriakkan takbir Allahu Akbar…Allahu Akbar . Menutup penampilan
mereka dengan lagu bertema perjuangan yang biasa dinyanyikan almarhum Gombloh “
Gebyar-gebyar. Judul yang diangkat oleh siswaku dari kelas 9.3 adalah “
Demi sang Merah Putih”
Pementasan dari
kelas 9.2 yang judulnya “ Hero & Heroine”, bercerita
tentang remaja kaya dan remaja miskin yang berkompetisi untuk mengikuti
perlombaan ajang pencarian bakat. Hanya ada sedikit kekecewaan dari penonton
dan juri yang menilai kerjasama yang kurang baik antar pemain . Tak begitu
jelas siapa sutradara siapa pemain dan siapa yang kebagian tugas mengatur
soundsistem untuk dubbing rekamannya . Ide cerita yang menarik karena mengambil
cerita seperti drama nusical Glee tak didukung dengan kerjasama pemain.
Pementasan
dilanjutkan dengan penampilan kelas 9.6 dengan judul “ Sherif” . Si pemeran
tokoh antagonis yang menjadi penjahat . Ingat sewaktu latihan dialog si pemeran
tokoh ibu agak keberatan dan gak ikhlas yang harus membaca surat yang
ditinggalkan oleh penjahat dengan menyebutkan
tertanda Dimas sang penjahat
ganteng hehhehhe…..
Pementasan dari
kelas 9.7 mendapat standing aplaus dari banyak penonton termasuk aku sebagai
guru pembimbing mereka yang memberi proyek pementasan drama. Mengangkat judul “
Mesin Waktu” Kesiapan semua tim untuk mendukung suksesnya acara
pementasan drama rasanya wajib diberi pujian dan penghargaan 2 jempol . Walau
tetap ada cerita seru dan galau menjelang pementasan . Diawali dengan sutradara
yang panik karena temen-temennya gak mau latihan . Waktu latihan yang menurut
mereka terlalu sempit bahkan saat jadwal pentas yang aku majukan membuat aku
diberondong protes dari sang sutradara , “ Ibu gimana sih , kok kita
dioper-oper kaya bola . Katanya tampil yang kedua kok jadi yang pertama”.
Sambil aku ingat sekali gayanya yang jengkel sambil melotot-melotot kearahku.
Sedikit terpancing dan jengkel balik aku ancam. “ Jadi mau tampil apa tidak
!!!” Dengan intonasi tak kalah meninggi . Tersadar bahwa aku juga tak suka
dibentak-bentak sutradaranya, teman-temannya serempak menjawab seperti koor
paduan suara “ JADI bu”
Dari kelas 9.4
memberi penampilan yang berbeda dari segi kostum dan make up pemainnya.
Mengangkat cerita tentang penculikan anak-anak oleh penyihir . “ The
Dark World “ judulnya. Kekompakan kelas untuk riasan wajah yang seperti
penyihir sungguhan memberi kesan penasaran dari penonton .
Pementasan hari terakhir ditutup oleh drama
kelas 9.1 dengan judul “ It’s time to win” . Bercerita
tentang perjuangan rakyat Palestina demi memperjuangkan negaranya. Di
pementasan terakhir ini cerita menegangkan kala mereka yang telah mempersiapkan
pementasan dengan matang nyaris gagal tampil karena kekhawatiran akan berdampak
sara . Sambil berusaha menenangkan mereka , nego yang alot karena sudah mulai
putus asa. Terbersit dalam pikiranku
bagaimana mo kreatif dan sampai pada cara berpikir tingkat analisa .
Menampilkan yang berbeda saja sudah dilarang . Oh katanya pendidikan
mengajarkan peserta didik untuk merdeka ? kenyataannya…..?!
Tapi sebagai
pembimbing mereka selama hampir 3 tahun, aku merasa sangat bangga dan puas
dengan pementasan tersebut . Tak pernah terbayangkan olehku akan kemampuan
mereka membuat poster, merencanakan kostum, mengatur dubbing suara. Memasukkan
effect dalam dubbingnya. Oh luar biasa kerjasama yang telah mereka lakukan .
Kalo boleh pinjam istilahnya Syahrini “ Sesuatu banget, cetar membahana” yang
telah mereka lakukan . Membuat aku jadi banyak belajar tentang kemampuan mereka
. Terima kasih anak didikku kalian selalu memberi warna dalam hidupku . Kalian
menutup KBM 2012 dengan sangat manis dan mengagumkan.
Ibuu saya jadi terharu :') makasih udah nulis ini yaa
BalasHapusLa , ini kan pr dari dini untuk ibu makasih juga untuk semua anak didikku ... Kalian banyak mengajarkan ttg berbagai hal pada ibu
BalasHapusmakasih buat ibu yg selama tiga tahun ini sangat memperhatikan kami,secara psikologis.membantu mencarikan solusi atas persoalan kami,dorongan ibu menjadi motivasi buat kami untuk menjadi orang yg kreatif.
BalasHapusibu ninik, makasih ya....untuk perjuangan ibu menjadi guru yang baik.
BalasHapus