Peribahasa Tak
kenal maka tak sayang pas banget menggambarkan keadaan kita yang selalu
menilai seseorang dari tampak luarnya saja. Tak berusaha untuk mengenali lebih
dalam dengan seseorang. Hal ini pun terjadi pada salah seorang siswa
bimbinganku yang menurut sebagian rekanku menganggap anak ini memiliki
kecenderungan autis ( pandangannya autis adalah anak yg gak perduli dengan
lingkungannya) Jadi seperti koor paduan suara yang sangat serempak mengatakan
iya kayaknya autis, jengkel sekali mendengarnya.Kenal baik tidak , mengajar
tidak pernah tapi berani menjudge dengan sebutan autis. Padahal aku yang selama
hampir 3 tahun membimbingnya tak pernah sekalipun berani memberi penilaian
seperti itu. Aku ingat pertama kali mengajar , siswaku ini dengan gaya cueknya
asyik menggambar manga kegemarannya. Saat aku memulai pelajaran dia masih asyik
tetapi ternyata tak mengurangi ketekunannya untuk konsentrasi . Dengan
tangannya yang asyik menggambar tetapi tetap bisa menjawab saat aku bertanya
mengenai sesuatu hal. Mulailah aku dekati dengan bertanya kegemarannya dengan
manga, ( walau sumpah aku sama sekali gak ngerti sama sekali dengan manga, tapi
demi supaya aku bisa kenal dan masuk ke dunianya aku dekati dia) sampai suatu
hari dia tempelkan hasil karyanya di mading kelas. Aku lihat hasil karyanya dan
wooooooow keren banget. Untuk orang yang nggak ngerti kayak aku bisa bilang
kerjaan tangannya untuk gambar manga patut diacungkan jempol.Setelah itu
mulailah terjalin baik hubunganku dengan siswaku tersebut.Seringnya dia curhat
tentang berbagai hal juga kekesalannya dengan ortunya yang gak memahami dirinya.Dan
aku berusaha untuk memahami keunikan dirinya, unik lo bukan aneh. Dan
ternyata yang memberi label bahwa siswaku ini aneh bukan hanya rekan kerjaku ,
ortunya pun dibuat bingung dengan gaya remajanya yang cuek dan cenderung tak
perduli . Ingat sekali diawal menjadi siswa di sekolahku sang mama yang
panik ketika buah hatinya akan
menghadapi ujian beberapa kali mengirim sms kepadaku dan memohon agar aku
menasehati anaknya untuk belajar. Padahal sang anak masih dengan gaya
belajarnya yang memang cenderung santai ternyata justru memperoleh hasil ujian
yang mengagumkan. Semua tercengang sewaktu diumumkan nilai memuaskan yang
didapatnya. Perhatianku yang mungkin sedikit berbeda kepada siswaku ini ( aku merasa tak membedakan ) ternyata
diamati oleh teman-teman sekelasnya Keluar pernyataan dari salah seorang
temannya yang bertanya kok ibu seperti mengerti sekali dengan keadaan dirinya ,
sementara guru yang lain menganggap temen kami ini agak aneh , sok bijak aku
jawab coba kenalin dia dan pahami , saya suka dengan cara berpikir temen kamu
itu , berpikirnya out of the box. Dan saya suka orang yang seperti itu. Dari
situlah mulai teman-temannya berusaha memahami keadaan temannya yang unik. Selalu
menanti-nanti pendapatnya ketika sedang berlangsung diskusi . Yang jadi
pikiranku kenapa kita tak belajar dari cara berpikir anak-anak kita ( siswa/ i)
tentang berbagai hal yang bisa diselesaikan dengan simpel gak harus melibatkan ego orang dewasa kita.
Yang terkadang terlalu banyak dijejali dengan berbagai teori-teori .
Ada lagi hal
mengagumkan yang dilakukannya , saat aku memberi tugas akhir dikelas 8 dalam
bentuk buku. Siswaku ini menuliskan pikirannya yang luar biasa yang membuat aku
senang sekali membacanya , ditambah dia membuat bukunya karya dengan gambar
manga sesuai keahliannya. Menarik sekali…..
Kembali lagi
dengan pernyataan autis yang diungkapkan dengan memberi penilaian kepada
siswaku , aku meradang mendengarnya aku , kataku dengan lantang , kenal gak
dengan dia, tau gak apa pikirannya, apa keahlian yang dimilikinya. Ngajar gak
pernah kok bisa menilai seperti itu. Tak kenal maka tak sayang…..bagaimana bisa
sayang kenal aja tidak mau ,
Setiap manusia memiliki kelebihan masing-masing, keunikan seseorang bukan merupakan sebuah kekurangan justru kita sebagai guru harus menganggap keunikan seseorang sebagai sebuah inspirasi ilmu ....
BalasHapussesuatu menjadi unik karena kita tidak punya pengetahuan yang cukup mengenai hal itu.
Hapus