Sabtu, 01 Desember 2012

Tak kenal maka tak sayang

Peribahasa  Tak kenal maka tak sayang pas banget menggambarkan keadaan kita yang selalu menilai seseorang dari tampak luarnya saja. Tak berusaha untuk mengenali lebih dalam dengan seseorang. Hal ini pun terjadi pada salah seorang siswa bimbinganku yang menurut sebagian rekanku menganggap anak ini memiliki kecenderungan autis ( pandangannya autis adalah anak yg gak perduli dengan lingkungannya) Jadi seperti koor paduan suara yang sangat serempak mengatakan iya kayaknya autis, jengkel sekali mendengarnya.Kenal baik tidak , mengajar tidak pernah tapi berani menjudge dengan sebutan autis. Padahal aku yang selama hampir 3 tahun membimbingnya tak pernah sekalipun berani memberi penilaian seperti itu. Aku ingat pertama kali mengajar , siswaku ini dengan gaya cueknya asyik menggambar manga kegemarannya. Saat aku memulai pelajaran dia masih asyik tetapi ternyata tak mengurangi ketekunannya untuk konsentrasi . Dengan tangannya yang asyik menggambar tetapi tetap bisa menjawab saat aku bertanya mengenai sesuatu hal. Mulailah aku dekati dengan bertanya kegemarannya dengan manga, ( walau sumpah aku sama sekali gak ngerti sama sekali dengan manga, tapi demi supaya aku bisa kenal dan masuk ke dunianya aku dekati dia) sampai suatu hari dia tempelkan hasil karyanya di mading kelas. Aku lihat hasil karyanya dan wooooooow keren banget. Untuk orang yang nggak ngerti kayak aku bisa bilang kerjaan tangannya untuk gambar manga patut diacungkan jempol.Setelah itu mulailah terjalin baik hubunganku dengan siswaku tersebut.Seringnya dia curhat tentang berbagai hal juga kekesalannya dengan ortunya yang gak memahami dirinya.Dan aku berusaha untuk memahami keunikan dirinya, unik lo bukan aneh. Dan ternyata yang memberi label bahwa siswaku ini aneh bukan hanya rekan kerjaku , ortunya pun dibuat bingung dengan gaya remajanya yang cuek dan cenderung tak perduli . Ingat sekali diawal menjadi siswa di sekolahku sang mama yang panik  ketika buah hatinya akan menghadapi ujian beberapa kali mengirim sms kepadaku dan memohon agar aku menasehati anaknya untuk belajar. Padahal sang anak masih dengan gaya belajarnya yang memang cenderung santai ternyata justru memperoleh hasil ujian yang mengagumkan. Semua tercengang sewaktu diumumkan nilai memuaskan yang didapatnya. Perhatianku yang mungkin sedikit berbeda kepada siswaku ini  ( aku merasa tak membedakan ) ternyata diamati oleh teman-teman sekelasnya Keluar pernyataan dari salah seorang temannya yang bertanya kok ibu seperti mengerti sekali dengan keadaan dirinya , sementara guru yang lain menganggap temen kami ini agak aneh , sok bijak aku jawab coba kenalin dia dan pahami , saya suka dengan cara berpikir temen kamu itu , berpikirnya out of the box. Dan saya suka orang yang seperti itu. Dari situlah mulai teman-temannya berusaha memahami keadaan temannya yang unik. Selalu menanti-nanti pendapatnya ketika sedang berlangsung diskusi . Yang jadi pikiranku kenapa kita tak belajar dari cara berpikir anak-anak kita ( siswa/ i) tentang berbagai hal yang bisa diselesaikan dengan simpel  gak harus melibatkan ego orang dewasa kita. Yang terkadang terlalu banyak dijejali dengan berbagai teori-teori .
Ada lagi hal mengagumkan yang dilakukannya , saat aku memberi tugas akhir dikelas 8 dalam bentuk buku. Siswaku ini menuliskan pikirannya yang luar biasa yang membuat aku senang sekali membacanya , ditambah dia membuat bukunya karya dengan gambar manga sesuai keahliannya. Menarik sekali…..
Kembali lagi dengan pernyataan autis yang diungkapkan dengan memberi penilaian kepada siswaku , aku meradang mendengarnya aku , kataku dengan lantang , kenal gak dengan dia, tau gak apa pikirannya, apa keahlian yang dimilikinya. Ngajar gak pernah kok bisa menilai seperti itu. Tak kenal maka tak sayang…..bagaimana bisa sayang kenal aja tidak mau ,

2 komentar:

  1. Setiap manusia memiliki kelebihan masing-masing, keunikan seseorang bukan merupakan sebuah kekurangan justru kita sebagai guru harus menganggap keunikan seseorang sebagai sebuah inspirasi ilmu ....

    BalasHapus
    Balasan
    1. sesuatu menjadi unik karena kita tidak punya pengetahuan yang cukup mengenai hal itu.

      Hapus