Biasanya tugasku menenangkan siswa dan orangtua yang galau menunggu hasil pengumuman UN. Sekarang aku yang harus merasakan hal itu. Sebenarnya tak begitu kupermasalahkan jumlah nilai yang akan di peroleh putriku . Berapapun itu aku akan tetap bangga dengan hasilnya selama dia mengerjakan dengan baik dan jujur.. Tapi jadi terpengaruh juga untuk galau dan gelisah h2c ( harap-harap cemas ) menanti hasil ujiannya . Karena tetangga yang anaknya lulus SMP mendapat nilai yang mengagetkan untuk standar sekolah internasional . Walau setelah ditelusuri kesalahan tidak pada pesawat televisi anda eh maaf kesalahan tidak mutlak terletak pada kecerdasan si anak .Tapi ada faktor X yang punya andil mempengaruhi hasil akhir UN nya. Kecemasan si siswa ketika menghadapi soal ujian sehingga harus 3 kali mengganti LJUN . Ironisnya hingga 3 kali mengganti LJUN tak diberitakan dalam lembar berita acara si pengawas ujian . Waduh...kalo sduah terlihart hasilnya siapa lagi yang jadi korban kalo bukan si siswa . Oh UN ....niatnya pemetaan dalam prosesnya menakutkan dan hasilnya bikin stres. Dan mungkin juga kebohongan
Dan menanti pengumuman hasil UN putriku , setiap menit kutanya gurunya yang sedang rapat. Gimana nilai anaknya ....? Bagaimanapun juga sebagai orang tua prestasi sang anak menjadi kebanggaan tersendiri baginya. Simbiosis mutualisma. Sang anak ingin membahagiakan orangtuanya dengan prestasinya dan orangtua akan bangga pula untuk prestasi yang diperoleh anaknya. Karena akan dianggap sebagai orang tua yang berhasil mendidik anaknya . Klop kan.
Yang pasti anakku Alya ...hasil UN ini bukan akhir dari segalanya . Ini adalah gerbang awal memasuki dunia remaja . Semoga masa kanak-kanak yang telah dilalui dapat menjadi bekal kokoh untuk menjadi remaja yang tangguh , kuat dan mandiri. Amin.....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar