Sabtu, 12 April 2014

Serangan Fajar dan Koalisi

Demam pemilu menjalar di seluruh lapisan masyarakat . Sebagai warga negara Indonesia sejujurnya aku tak antusias dengan pemilu legislatif . Karena aku tak kenal dengan orang-orang yang minta di coblos .Program partainya juga menggunakan bahasa klise , mensejahterakan rakyat, mengembangkan sumber daya manusia , berpihak pada rakyat kecil . Sejuta janji diucapkan saat kampanye . Manis dan menyejukkan telinga .
Hingga masa tenang yang idealnya tak ada suara-suara yang bernada kampanye , kenyataannya bentuk kampanye berbeda yang dilakukan . Dengan mengirim surat yang tiba-tiba menganggap semua rakyat Indonesia adalah saudaranya . Atau kampanye yang menggiring ke arah religius mengutip ayat -ayat di kitab suci . Seakan-akan memilih untuk tak memilih dianggap tak punya hak untuk menuju surga . hih ngeri deh . Hingga jengkel kuteriakkan di status BB ku ....Masa Tenang ....No Kampanye...
Semangat juang sih boleh banget tapi harus tetap mau menerima masukan dong . Ketika kuteruskan informasi kecurangan partai jagoannya jawaban mengagetkan kuterima . Aku tak termasuk golongannya . Sambil geleng-geleng kepala dan beristigfar . Kutanya berapa prosentase perolehan suara partainya berdasarkan pola hitung cepat . Dijawab tanpa malu-malu 8%. Sambil membaca jawabannya kukerutkan keningku , dan kembali menuliskan di BB    8 % mau mimpin 200 juta rakyat Indonesia ???? Bukan aku benci dengan partainya yang mengusung tagline adil dan sejahtera . Tapi mbok ya...O . kata orang Jawa tetap realistislah . Emangnya pengurus partai yang lain gak berdasarkan agama yang diakui di Indonesia . Huh lelah kalo mikir politik . 
Serangan fajar terlalui berganti dengan situasi hitung cepat . Dan jadi berpikir juga . Ngapain segitu usahanya melakukan kampanye di masa tenang dan menghakimi yang tak sepaham adalah murtad ketika hasil hitung cepat menunjukkan partai yang tak mencapai perolehan suara cukup harus berkoalisi dengan partai lain. 
Koalisi ......??? Jadi suara yang disalurkan pada partai atau caleg-caleg itu sia-sia dong . Toh pada akhirnya ketika para caleg yang terpilih duduk di lembaga terhormat itu bergabung dengan partai koalisi yang lain musyawarah untuk mufakat yang dilakukan . Mengapa harus memulai dengan menghakimi di tingkat akar rumput ketika yang berkuasa malah bisa tersenyum dan berangkulan ?Begitukah pendidikan politik yang diajarkan kepada masyarakat .

1 komentar:

  1. Saya bingung harus komentar apa bu...
    Partai curang ya? yah, memang sudah pasti terjadi sih hal seperti itu----tapi kalau langsung kejadian di depan mata kesal ya bu ? :'3

    Dan bukannya bisa ditindak-pidana ya bu? Jika kampanye di hari tenang?

    BalasHapus