Hari pertama sekolah dipenuhi dengan semangat dan harapan , tetapi ada juga kejengkelan yang terselip. Kesempatan tak diberi untuk orang yang tak berpunya. Tetapi lain cerita untuk orang yang berpunya. Selalu dan akan selalu ada kesempatan kedua...ketiga...keempat bahkan mungkin sampai berulang kali. Ada satu hal yang bisa menjadi renungan untukku manakala di sore hari orang tua yang tak diberi kesempatan kedua mengirim sms kepadaku mengatakan bahwa putranya telah diterima di sekolah yang lain dan memohon doa dari aku agar putranya dapat beradaptasi dan menjadi lebih baik. Amin Harapan orang tua tersebut diselimuti oleh kesabaran seorang ibu yang luar biasa. Menerima putranya dengan segala kelebihan dan kekurangan yang dimiliki oleh putranya. Bagi aku tak ada yang salah dari anak didikku itu. Tetapi kami yang kurang memiliki kesabaran untuk terus mendidiknya menjadi lebih baik sesuai dengan standar yang ada di sekolah kami . Sementara untuk siswa yang lain yang masih diberi kesempatan aku tak begitu paham apakah dia juga diuji kesabarannya atau malah mungkin kami yang masih dan harus selalu diuji kesabaran untuk terus mendidik siswa ini. Akhirnya aku sampai pada suatu pemikiran dangkal apakah kesabaran hanya milik orang susah saja. Karena selalu ada istilah" Sabar ya" dan diperuntukkan untuk orang yang sedang berharap. Dan untuk yang diharapkan tak perlulah memakai istilah sabar .
Senin, 11 Juli 2011
Jumat, 08 Juli 2011
Tentang RSBI
Kepanjangan dari Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional cukup memiliki nilai untuk di jual kepada orang tua siswa yang mencari gengsi saat ingin memasukkan putra-putrinya ke suatu sekolah.Tetapi pada prakteknya tidak sesuai dengan amanat UUD yang memberi kesempatan bagi semua warga negara untuk mendapat pendidikan. Dalam pasal 31 ayat 1: Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan dan dalam ayat 2 lebih dijelaskan secara rinci , setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya. Rasanya UUD cukup memberi perhatian kepada warganya tapi tak begitu dilaksanakan oleh penyelenggara negara. Sering terdengar dan bahkan banyak terjadi anak-anak usia sekolah tak mengenyam bangku pendidikan. Jangankan menikmati pendidikan di ruang ber AC yang biasanya di khususkan pada sekolah yang memiliki standar internasional untuk belajar di kelas reguler saja mereka masih teramat khawatir karena masih dibebankan dengan pungutan-pungutan siluman yang " tujuannya untuk peningkatan mutu ." Peningkatan mutu atau gengsi para pengambil kebijakan di sekolah ya? Aku sebenarnya tak begitu memahami maksud diadakan sekolah berstandar Internasional apakah itu masih berbentuk rintisan ataukah sudah SBI, untuk tujuan apa sih? Apabila ingin membuat menstandarkan pendidikan di Indonesia dengan standar internasional apakah harus dengan cara mengkotak-kotakkan siswa dalam kelas yang berbeda? Pernah aku ingat komentar yang diungkapkan oleh pengamat pendidikan yang kurang setuju juga dengan adanya program RSBI atau SBI tersebut, apakah dengan siswa masuk dalam kelas RSBI maka sudah dapat dikatakan memiliki standar Internasional? Belum lagi penyelengaraan sekolah RSBI dilakukan dalam sekolah yang dulunya dibangun untuk sekolah reguler dan akhirnya kelas reguler menjadi tersisih karena membuka kelas RSBI lebih banyak mendapat keuntungan yang diperoleh oleh pihak sekolah . Dan berdasarkan pengamatan mengajar di kelas RSBI , aku merasa tak ada yang berbeda siswa yang aku ajar di kelas RSBI dan kelas reguler dalam pemahaman mereka. Bahkan siswa dari kelas RSBI cenderung lebih bersikap seenaknya dan kurang memiliki sopan santun saat menghadapi guru. Dalam pemikiran kami para guru sering merasa tak dihargai mungkin karena mereka sudah merasa membayar ya.Padahal dalam materi yang diajarkan aku pun tak memberi materi tentang cara bersikap tak sopan pada orang yang lebih tua. Tetapi sikap dan perilaku yang ditampilkan justru seperti itu. Kembali lagi mengenai RSBI masih menjadi kebingunganku sebagai penyelenggara pendidikan di tingkat dasar. Kemdiknas juga mendengung-dengungkan tentang pendidikan berkarakter tetapi apakah hal tersebut tak bertabrakan dengan niatnya juga untuk membuat sekolah berstandar Internasional. Untuk membuat rakyat yang memiliki karakter sesuai dengan budaya bangsa tetapi melupakan ada dorongan yang lebih kuat untuk menstandarkan siswa sesuai dengan standar internasional . Mungkinkah dalam tempo singkat ( 3 tahun di SMP dan 3 tahun di SMA) mereka berkarakter nasional tetapi standarnya Internasional ???
Kamis, 07 Juli 2011
Mengigau...
Seharian kemarin aku mengikuti keinginan putra-putriku untuk mengisi kegiatan liburan, menyenangkan memang saat melihat wajah-wajah ceria penuh senyum dengan tatapan mata berbinar saat keinginannya dituruti. Langsung bergegas menuju tempat outbond dan mengarungi setiap rintangan yang telah dibuat. Berteriak kegirangan meminta lagi untuk ketempat tersebut. Sampai akhirnya saat lelah mulai datang,menghampiriku dan turun dari rumah pohon . Dan kembali merengek untuk pindah ke tempat yang lain lagi. Saat melihat ada perlintasan Inline skate mulai tergoda untuk mencoba...dan kembali melancarkan rayuan untuk belajar. Mengamati dengan penuh seksama saat instruktur dengan penuh kesabaran mengajari tahapan-tahapan yang harus dilalui oleh kedua putra-putriku. Tertatih...belajar berdiri dan menjaga keseimbangan. Terkadang harus jatuh dan jatuh lagi. Saat mulai bisa berdiri diatas sepatu yang telah diberi roda , mncoba melangkah satu persatu langkah persis seperti saat baru belajar jalan. Tapi tetap dengan penuh semangat kembali lagi berdiri dan mencoba lagi dan lagi.Dan menjelang matahari tenggelam saat senja mulai menjemput malam , menyudahi latihan dengan rasa bahagia terpancar dari wajah yang lelah bercampur kecerian cerita-cerita seru. Sesampai di rumah dengan kelelahan yang menggayuti tubuh . Membasuh tubuh dengan air untuk membersihkan tubuh dari berbagai kuman dan kotoran yang menempel setelah beraktifitas seharian. Dan saat tidur terjadilah kejadian yang cukup menggelikan terjadi jawab-jawaban antara kakak dan adik yang sudah tertidur lelap...." awas de...kakak mo jatuh nih...dengan suara cukup nyaring di tengah malam yang sunyi sepi. Lucunya adiknya dalam lelap tidurnya pun menjawab juga..." apa an sih kakak, lewat sebelah sana dong..."
Selasa, 05 Juli 2011
Yang masuk dan keluar
Ada pepatah lama yang berbunyi " You are what You Eat" . Tidak hanya sekedar makanan yang kita masukkan melalui saluran pencernaan kita yang nantinya akan keluar menjadi ampas yang tak berguna mungkin. Tetapi bagaimana kita memasukkan hal-hal yang berguna pula untuk menjadi pemikiran kita.Saat kita memasukkan makanan yang sesuai dengan kandungan gizi yang telah sesuai dengan standar kesehatan tapi ternyata kitapun turut pula memasukkan dalam pikiran kita hal-hal yang akan membuat otak kita bekerja tidak sesuai dengan kapasitasnya maka berakibat timbul suatu penyakit fisik yang sebenarnya disebabkan oleh pikiran-pikiran kita . Tidaklah mengherankan karena "makanan" yang masuk ke dalam pikiran kita sering kali melahirkan perasaan -perasaan resah, gelisah , susah dan menjadi tidak bahagia. Kita adalah apa yang kita makan . Kita tergantung dari "makanan-makanan " yang kita masukkan dalam pikiran kita seperti buku yang pernah aku baca karyanya Arvan Pradiansyah, Menurut Arvan Pradiansyah banyak sekali orang di Indonesia saat ini sejak dari pagi hingga larut malam duduk manis di depan televisi menonton tayangan-tayangan yang menjejali otaknya, tapi cari tau juga apa sih yang di tonton sehingga menghasilkan kualitas manusia Indonesia seperti sekarang ini?Memasukkan sesuatu ke dalam pikiran efeknya jauh lebih lama bersarang di banding tanpa sengaja kita kemasukan makanan beracun ke dalam tubuh melalui mulut. Proses untuk menetralkan makanan yang masuk melalui mulut lebih mudah dilakukan bisa dengan cara tradisional misalnya dengan cara meminum air kelapa, susu atau obat . Tetapi tidak demikian dengan memakan ( tanpa sengaja) tontonan yang tidak baik . Dan hal seperti ini pernah dialami oleh seorang siswa bimbingan ku yang tanpa sengaja dia menonton tayangan film yang belum layak untuk di tontonnya dan akibatnya untuk beberapa waktu lamanya dan menurut pengakuannya hingga saat ini pun masih selalu ada godaan untuk menonton lagi dan menimbulkan efek ketagihan mungkin. Yang terjadi adalah dia nyaris tak mampu untuk menahan godaan dan sikap perilaku yang menjurus pada sikap asusila. Dan sekarang untuk bahan perenungan masihkah kita akan memasukkan " makanan " yang akan merusak cara berpikir kita. Yang akan pula berakibat pada penilaian kualitas diri kita?
Minggu, 03 Juli 2011
The right man and the right place
Pepatah yang sangat baik untuk di pahami.Dan saat digabung dengan satu hadist yang berbunyi moga-moga tidak salah ya, serahkanlah urusan ke ahlinya dan apabila tidak tunggulah kehancurannya.Bermakna sangat dalam. Memang mungkin sebaiknya segala urusan diberikan pada orang yang tepat agar dapat diselesaikan dengan baik setiap kesulitan yang datang. Tetapi akhirnya menjadi pemikiranku juga manakala dengan kesombonganku sebagai manusia aku mentah-mentah menolak suatu jabatan yang diberikan padaku karena menurutku tak sesuai dengan kapasitas ku sebagai konselor. Dan dengan sikapku yang tak pantas di contoh aku mendatangi pimpinanku dan mengatakan aku tak bersedia menerima jabatan tersebut karena aku merasa tak dihargai. Aku katakan lebih baik tak mendapat jabatan dari pada ditempatkan pada tempat yang tak tepat. ( Sombong ya)
Kemudian aku ngobrol dengan beberapa rekan mengenai perilakuku yang arogan(mungkin )menurut penilaian ku sendiri, sebagian besar mendukung tindakanku yang cukup berani menolak suatu jabatan yang tak sesuai dengan kapasitas ku. Tetapi ada satu pendapat dari teman baikku yang lain yang cukup memberi pencerahan bagiku. Terkadang kita memang harus bersedia di tempatkan pada posisi yang tidak menyenangkan karena di tempat itulah kita ditempa untuk lebih matang. Wah luar biasa tak pernah aku berpikir ke arah itu . Kebutulan aku cukup senang membaca cerita-cerita tokoh terkenal dan dalam cerita selalu di ceritakan bagaimana para tokoh menghadapi setiap tantangan di tempat yang berbeda-beda dan terkadang mungkin juga tidak sesuai dengan harapan mereka tetapi justru di situlah letak ujiannya. Ujian untuk dapat menaklukan keegoisan diri sendiri. Bukan hal yang mudah tetapi bisa dicoba untuk membuat diri menjadi lebih matang dan bijak. Terakhir mungkin aku harus berterimakasih pada temanku yang telah menyadarkanku tentang suatu hal the right man and right place....???
Kemudian aku ngobrol dengan beberapa rekan mengenai perilakuku yang arogan(mungkin )menurut penilaian ku sendiri, sebagian besar mendukung tindakanku yang cukup berani menolak suatu jabatan yang tak sesuai dengan kapasitas ku. Tetapi ada satu pendapat dari teman baikku yang lain yang cukup memberi pencerahan bagiku. Terkadang kita memang harus bersedia di tempatkan pada posisi yang tidak menyenangkan karena di tempat itulah kita ditempa untuk lebih matang. Wah luar biasa tak pernah aku berpikir ke arah itu . Kebutulan aku cukup senang membaca cerita-cerita tokoh terkenal dan dalam cerita selalu di ceritakan bagaimana para tokoh menghadapi setiap tantangan di tempat yang berbeda-beda dan terkadang mungkin juga tidak sesuai dengan harapan mereka tetapi justru di situlah letak ujiannya. Ujian untuk dapat menaklukan keegoisan diri sendiri. Bukan hal yang mudah tetapi bisa dicoba untuk membuat diri menjadi lebih matang dan bijak. Terakhir mungkin aku harus berterimakasih pada temanku yang telah menyadarkanku tentang suatu hal the right man and right place....???
Sabtu, 02 Juli 2011
PEMIMPIN YANG KAMI RINDUKAN
Puisi karya LK Ara
Pemimpin yang kami rindukan
Pemimpin yang sederhana
Tak banyak cakapnya
tapi banyak kerjanya
berbuat iklas untuk rakyatnya
Pemimpin yang kami rindukan
Pemimpin yang sederhana
gemar melindungi rakyatnya
dan berfikir keras mensejahterakan rakyatnya
Pemimpin yang kami rindukan
Tak perlu terlalu pintar
memiliki daya hafal luar biasa
sehingga tercatat dalam sejarah
tapi cukup menguasai ilmu syariat
mengenalkannya dan menyampaikannya
kepada kami rakyatnya
Pemimpin yang kami rindukan
Pemimpin yang suka mendengar keluh kesah
rakyat yang menderita
Pemimpin yang sabar , ikhlas, dan jujur kepada Allah
Pemimpin yang kami rindukan
Pemimpin yang menolak menggunakan mobil dinas
yang mahal karena faham rakyatnya masih banyak yang lapar
Pemimpin yang kami rindukan
Pemimpin yang menolak tinggal di istana
karena tahu rakyatnya masih banyak yang tinggal di tenda
Sungguh...sungguh ...kami merindukan
Pemimpin yang sederhana
yang hidup jauh dari kemewahan
Karena kebahagian , kesenangan dan kesehatan
terletak pada kesadaran diri
Tidak pada kehidupan yang berlebihan
Setelah bencana
setelah tsunami
setelah banjir di mana-mana
kami semakin rindu
kami semakin rindu ya Allah
Pemimpin yang sederhana
yang mampu menghimpun kekuatan
dari sisa-sisa kekuatan yang ada
Kami rindu pemimpin ya Allah
yang dapat menyatukan kemampuan
dan mengangkat harapannya
Pemimpin yang mampu kerja keras
untuk menghimpun kebajikan
Pemimpin yang mau memberi suluh
bila melihat rakyatnya dalam kegelapan
Pemimpin yang ringan tangannya
bila rakyatnya terpuruk dalam duka
Ya Allah kami rindu pemimpin yang seperti itu
Sungguh kami merindukan
Pemimpin yang sederhana
yang tekad bersama rakyat mengatasi kesulitan
bila bencana datang
Bahkan sudah tahu kapan bencana kiranya menyerbu
sehingga rakyat tetap waspada
rakyat tetap siaga
Ya Robbi kami mohon kepadamu
kirim kami pemimpin yang kami rindu
Puisi yang menggetarkan ini pernah dibacakan oleh penulisnya ayah LK Ara saat lounching buku karya sastra yang berjudul Potret Pimpinan yang arogan terhadap bawahan. Dan kembali di bacakan oleh rekanku saat acara lepas sambut kepala sekolah. Semua terdiam haru menyimak bait demi bait yang dibacakan dengan penuh penjiwaan. Dadaku pun ikut bergetar hebat. Berharap setelah sekian lama bekerja dalam bayangan tak ada kejelasan karena visi yang tak menentu akan ada perubahan yang terjadi. Pastinya perubahan ke arah yang lebih baik tentunya seperti juga aku pernah menulis di note fb ku tentang harapanku tentang
"Pemimpin yang membumi"
Hampir 5 tahun tak merasakan"Pemimpin yang membumi"
dianggap sebagai manusia
tak diajak bicara
tak diperdulikan
Mungkin karena terlalu tinggi jaraknya
antara langit dan bumi
dan ada kesenjangan di tengahnya
Kemarin panjang gelarnya
Yang kemarin juga panjang predikatnya
yang kemarin juga jauh menjangkaunya
bagai ingin meraih bintang di langit
Harapanku...
Untuk yang kini
Tak perlulah panjang gelarnya
tak perlulah panjang predikatnya
Asal tetap membumi
juga menghargai manusia
Jumat, 01 Juli 2011
Monster yang dirindukan
Ngobrol santai dengan rekan kerja saat menunggu jadwal sarapan pagi saat raker tadi pagi. Rekanku mengatakan dia gak bisa pergi lama-lama dari rumah karena ada yang dirindukannya, aku penasaran bertanya siapa. Karena setahu aku dia tidak memiliki anak balita lagi dan anaknya juga tak tinggal bersamanya. Ternyata yang dirindukannya untuk cepat-cepat pulang ke rumah adalah suara kicau burung peliharaannya yang menurutnya cukup banyak .Cuit...cuit...cuit...meriah sekali bu, dan membuat tenang setelah beraktifitas dalam kemacetan dan rutinitas . Dan aku langsung menimpali kalau saya seperti gak perlu deh memiliki peliharaan burung dengan aneka ragam bunyi karena saya yakin banget tanpa peliharaan burung pun apabila ada saya dirumah sudah cukup ramai suasananya. Wah hebat dong bu Ninik kata rekanku lagi.Maksudnya tanya ku lagi? Ya selalu dinantikan oleh anak-anak di rumah. Oh mudah-mudahan kataku lagi. Sementara rekan yang lain menimpali sambil tersenyum simpul karena sudah sering mendengar bagaimana cerita ku yang di beri label oleh kedua putra putri ku sebagai monster. Dengan berbisik-bisik dengan teman-teman mainnya putraku yang kecil pernah berkata kepada temannya kamu jangan galak-galak kayak bundaku saja suka marah-marah dan kalo udah marah kayak monster...hihi...serem . Aku yang mendengar di kejauhan sedikit terperangah...oh ternyata mereka sering membicarakan orang tuanya ya....!!!
Dan saat aku sudah sampai di rumah lagi setelah semalam tidak pulang karena ada acara di Puncak, putraku yang kecil langsung menghampiri aku dan minta digendong. Aku pegang lehernya kok agak hangat ya. Aku bertanya adek udah makan? Bunda suapin ya. Amandel adek kumat bunda.susah untuk nelan. Ya bunda suapin pelan-pelan. Dan selesai aku suapi ternyata energinya ngumpul lagi mulai lah beraktifitas lagi yang kalau pinjam istilah bahasa Jawa Bedigasan lagi deh... Dan yang membuatku terhibur adalah reaksi emosionalnya yang tak bisa dibohongi dia kangen juga dengan Monster....hehehe...
Dan saat aku sudah sampai di rumah lagi setelah semalam tidak pulang karena ada acara di Puncak, putraku yang kecil langsung menghampiri aku dan minta digendong. Aku pegang lehernya kok agak hangat ya. Aku bertanya adek udah makan? Bunda suapin ya. Amandel adek kumat bunda.susah untuk nelan. Ya bunda suapin pelan-pelan. Dan selesai aku suapi ternyata energinya ngumpul lagi mulai lah beraktifitas lagi yang kalau pinjam istilah bahasa Jawa Bedigasan lagi deh... Dan yang membuatku terhibur adalah reaksi emosionalnya yang tak bisa dibohongi dia kangen juga dengan Monster....hehehe...
Langganan:
Postingan (Atom)