Minggu, 22 November 2015

Promo Diri




Kesibukan menggunting , mencari gambar dan huruf dari majalah atau koran bekas yang kuminta siswaku membawanya . Ternyata menjadi keasyikan tersendiri yang dilakukan oleh siswa/i ku saat layanan klasikal Bimbingan Konseling .
Sesekali menghampiri meja guru untuk meminta arahan karena masih di dera kebingungan . Tekun mencari huruf per huruf dari rangkaian kata / kalimat yang di baca di koran atau majalah bekasnya .
Gambaran atau penilaian diri kegiatan yang sudah dilakukan sebelumnya. Johari Window , Time line kehidupan , dan analisis SWOT membuatku berharap mereka memahami dirinya secara baik tentang kelebihan dan kekurangannya  paham juga akan kesempatan dan ancaman yang mungkin akan dihadapi . 
 Bukan pekerjaan mudah untuk membuat siswa/iku percaya diri .Lingkungan yang kurang kondusif baik itu dilakukan oleh teman sekelasnya yang secara tak sengaja memberi komentar negatif  dengan menyoraki , menatap sinis  atau perilaku dan penilaian orang dewasa ( guru dam orang tua ) yang memberi label negatif merupakan faktor penghambat tumbuhnya rasa percaya diri siswa /i .
Ragu-ragu dan pesimis dalam memutuskan sesuatu adalah perilaku yang tampak dan menjadi tugas berat bagiku . 
Menjadi keprihatinanku ketika diberi kesempatan selalu menunjuk orang lain untuk maju tetapi menyoraki yang maju. Mengapa begitu tak percaya diri batinku . Namun sangat cuek ketika melanggar aturan dan norma masyarakat . 
Pergeseran nilai yang terjadi dalam kehidupan membuat banyak pula  perubahan yang terjadi dalam konsep diri siswa/i ku . 
Mungkin akan menjadi perjalanan panjang untuk bisa dengan badan tegap tatapan lurus dan berkata 
inilah "AKU"

Antusias 9.6...


Semangat dan kekompakan kelas teruji lewat tantangan kegiatan drama . 
Berulang kali merayu untuk bertanya tentang drama membuatku mengacungkan jempol karena antusias yang mereka tunjukkan . 
Saat kelas yang lain masih dengan keluhan karena tak sepakat dengan skenario dan peran para pemainnya berbeda dengan 9.6 . 
Kesiapan skenario dan toleransi saling menghargai sesama temannya membuatku kagum . 
Pelajaran berharga kupetik saat mengamati beberapa siswa yang memiliki kemampuan mengorganisisr teman-teman sekelasnya . Seperti tersihir dengan wibawanya . 
Bakat untuk jadi pemimpin terasah melalui kegiatan organisasi yang diikuti . 
Dengan beragam karakter teman-temannya , si jago menulis berkarya dengan skenario , si gemar mencoret berkreasi dengan posternya , si ceria , si patuh , si kinestetik berkumpul dalam satu kelas menjadi bagian terpenting untuk menunjukkan kekompakan kelas . 

Semangat mereka hanya tinggal semangat , tak usah pedulikan perasaan ...
Tujuan untuk membuat kompak hanya keinginanku saja , 
Biarlah cerita tentang masa remaja hanya menjadi cerita mereka ...

                               Ketika semangat itu masih ada....



Minggu, 08 November 2015

Coming Soon

Coming Soon aku beri judul tulisan itu karena aku memang menantikannya .
Seperti biasa hampir 3 tahun kebersamaan dengan siswa/i ku , kuberi mereka tantangan di akhir semester ganjil untuk penampilan drama di halaman sekolah .
Proses persiapan dilakukan sebulan sebelu penampilan . Meski di awal tahun ajaran seringkali meminta bocoran tema drama yang akan ditampilkan. Jawabanku biasanya hanya tersenyum nanti saatnya pasti saya sampaikan tema besarnya kataku . 
Akhir bulan Oktober kusampaikan tema drama tentang semangat kepahlawanan , mengambil moment hari pahlawan. Negosiasi dan keluhan bergema di ruang kelas , bebas dong bu  jangan tentang pahlawan . Kupahami masa remaja yangs saat ini sedang mereka jalani membuat mereka memiliki imajinasi sendiri tentang dunia mereka.Tak harus kaku menafsirkan tentang semangat kepahlawanan kataku . Mulailah memikirkan skenario , poster, peran , editing dan promosi sahutku lagi . 
November Rain seperti judul lagunya Jon Bon Jovi menantikan penampilan mereka H2C harap-harap cemas. Pertama karena sekian lama musim kemarau dan di bulan November hujan mulai turun membawa keberkahannya dan cemas ketika jadwal tampil nantinya bersamaan dengan turunnya hujan . 
Mendampingi mereka berlatih memberi energi dan mengulik memory 3 tahun yang lalu. 
Teringat 3 tahun yang lalu ketika memulai ide dan mewujudkan dalam drama , riuh dan paniknya tapi menyimpan kenangan terindah yang sulit kuhapus . 
Kesepakatan skenario dan pembagian peran sesuai skenario merupakan proses toleransi saling menghargai diantara mereka . 
Menggali kecerdasan Visual -Spasial untuk dituangkan dalam poster, memanfaatkan kemampuan Linguistik untuk membuat naskah drama juga mengamati kemampuan siswa / iku untk mengorganisir teman-temannya merupakan hal yang masuk dalam pengamatan interpersonal . 
Coming Soon ...tak sabar menantikan penampilan mereka . Kunikmati setiap proses dan keluhan yang disampaikan . Ketika aku berada dalam salah satu kelas untuk melihat latihan  tak jarang kelas yang lain merasa iri  dan berucap "gitu deh kelas kita dcuekin "  


                                         Proses Pembagian peran berlangsung dengan demokratis





                                                 Latihan dialog berlangsung dengan canda tawa yg akrab

Membangun Peradaban

Membangun Peradaban ...Kata-kata yang sangat menggugah . Kubaca di status FB rekanku .
Bergairah dan penuh semangat .
Profesiku sebagai guru menurutku sangat dekat dengan kata-kata itu . Disadari atau tidak melalui kompetensi ilmu , profesionalitas kerja adalah bagian dari membangun peradaban .
Kuyakini segala hal yang dilakukan untuk kebaikan dan bermanfaat adalah kegiatan membangun peradaban.
Bisa dillakukan melalui hal-hal sederhana yang mungkin dianggap tak berarti , namun ketika dilakukan dengan konsisten dan bersungguh -sungguh merupakan bagian dari membangun peradaban.
Melakukan dengan perilaku sederhana tersenyum tulus, menyapa siswa dengan penuh kehangatan , mengangguk penuh arti , menyediakan telinga untuk mendengar keluhan adalah perilaku sederhana yang bertujuan membangun peradaban versiku .
Ketika kompetensi pribadi sebagai konselor dalam bentuk perilaku sabar, peduli , dan perhatian yang menjadi modal untuk bisa menjadi konselor profesional digabung dengan keilmuan dalam bidang konseling mengarah pada tujuan konseling agar klien mandiri dan tangguh dalam kehidupannya .
Membangun peradaban identik "menanam manusia" butuh proses panjang dan berliku .
Ungkapan filsuf China " Apabila ingin memetik hasilnya dalam setahun maka tanamlah sayuran , apabila ingin memetik hasilnya dalam 10 tahun tanamlah buah-buahan . Berbeda ketika ingin memetik hasilnya dalam 100 tahun maka tanamlah manusia .
Membangun peradaban lewat pendidikan. Butuh kesabaran , ketekunan , kebijaksanaan menghadapi perubahan dan proses yang panjang

Senin, 19 Oktober 2015

Semangat Kak..

Mengikuti silaturahmi pertemuan orang tua dan pihak sekolah membahas persiapan tentang UN , UN dan UN lagi . Biasa memberi semangat kepada siswa peserta didikku . Tahun depan aku yang mengalaminya melalui anakku yang akan menjalani UN untuk tingkat SMP .
Pembahasan tentang berbagai aktifitas kognitif yang akan dijadikan bekal persiapan UN membuatku bergidik ...wah anakku akan jadi robot nih .
Dan seperti umumnya orang tua tak akan rela melihat anaknya menderita .
Pertanyaan demi pertanyaan diajukan mulai dari program kegiatan , anggaran , jadwal .
Mirisku tuntutan kepada anak peserta didik mengabaikan sisi kemanuasiannya , bahwa mereka butuh penyegaran . Selesai pertemuan kusampaikan kegelisahanku kepada suamiku , kasihan alya kataku tuntutan menjelang UN begitu berat, jawaban khas pria yang berusaha menenangkan sudah nanti dirumah gak usah terlalu dipaksa. 
Kegiatan berlanjut dengan pengambilan rapot hasil belajar tengah semester . Pembicaraan dan pengarahan wali kelas menjadi ajang curhat para orang tua mengadukan permasalahan yang dilakukan oleh anak-anaknya . Seperti dikuliti anak-anak tersebut tak tampak sedikitpun sisi baiknya . Sebagai pengamat yang baik kupandangi satu persatu orang tua tersebut . Lupakah mereka ketika dahulu menjadi remaja kekangangan yang teramat kencang membuat mereka pun memberontak .
Saat nama anakku disebut seperti biasa yang kutanya adalah bagaimana apakah anak saya bisa bersosialisasi dengan baik di sekolah kepada wali kelasnya . Bertanggung jawabkah dia ? Tak begitu ku pedulikan dengan nilai yang berbentuk angka. Harapanku sebagai orang tua adalah anakku bisa mandiri dan ilmu yang didapat akan bermanfaat bagi kehidupannya kelak

Minggu, 18 Oktober 2015

Usaha namanya...

Nyontek sama dengan korupsi , hal tesebut sering didengungkan pejabat di lembaga pendidikan sebagai antisipasi kegiatan itu berlangsung semakin marak.
Setuju dengan pernyataan tersebut . Namun sepertinya harus menyatukan pemahaman terlebih dahulu. Menurut pendapat siswaku yang dimaksud nyontek adalah ketika mereka melihat jawaban temannya dengan cara memaksa ( kertas ulangan ataupu PR) , kalo sekedar bertanya dengan cara memberi kode saat ulangan itu bukan nyontek , begitu ungkapan pembelaan diri para siswa. Usaha namanya.
Sementara dalam pandangan pengawas ya nanya itu juga nyontek hingga berbondong -bondonglah orang tua datang untuk membuat perjanjian ketika putra /inya tertangkap basah menyontek versi pengawas.
Antara setuju dan menolak untuk setuju . Setuju mengajarkan peserta didik untuk jujur tapi menolak untuk setuju ketika argumen tentang "usaha "mengisi kertas ulangan dengan cara memberi kode dianggap nyontek hingga harus melibatkan orang tua untuk ikut membuat perjanjian .
Bekerjasama dengan orang tua adalah hal yang baik agar program sekolah tercapai .
Tapi diingat keteladanan dan konsistensi untuk tetap dalam aturan yang adil adalah hal utama.
Tak adil rasanya menilai kejujuran dari sekedar mengisi selembar kertas ujian . Hingga mengabaikan argumen yang tersirat. Dan intimidasi tak akan memberi nilai ,begitukah mengajar dan mendidik ???

Ketika Kejujuran diragukan

Berbondong -bondong orang tua mencari seorang rekan pendidik , menatap serius penuh tanda tanya , ada keperluan apa ? Lama kelamaan terbiasa juga . Pasti karena anaknya tertangkap basah menyontek ungkap rekan yang lain . So....kenapa orang tuanya yang dinasehatin , bikin perjanjian lagi . 
Merasa diragukan kejujuran anaknya yang berlinangan air mata justru sang orang tua, saya kenal anak saya dan saya setuju anak saya gak boleh jadi pembohong. Tapi kalo anak saya gak buat pernyataan pengakuan tidak dapat nilai . Dilema . Padahal anak saya siap untuk apabila harus remedial . 
O lala...tak mampu berkata kata . 
Tujuan pendidikan seperti apa yang sedang dilakoni , mengajarkan kejujuran tapi tak percaya dengan kejujuran ???Dipaksa mengaku untuk sesuatu yang tak dilakukan , ,mengapa begitu kaku memaksa kehendak harus mengakui padahal tak melakukan . Proses pembelajaran seperti apa yang sedang dijalani . Belajar tak sekedar mengajak siswa untuk mau belajar, tetapi guru juga mau membuka hati dan pikirannya untuk mendengarkan yang dibutuhkan siswanya . 
Belajar tak sekedar mencari hasil terbaik sesuai standar KKM suatu lembaga , namun yang lebih penting tujuan jangka panjang yang harus dimiliki oleh peserta didik . Memiliki prinsip untuk bertanggung jawab dan jujur, memiliki visi untuk masa depannya dan dapat menjadi pribadi yang bermanfaat untuk diri dan lingkungannya . 
Ketika kejujuran hanya dipandang diatas kertas ulangan mampukah menggali semua aspek potensi peserta didik ???