Minggu, 16 Oktober 2016

Membaca Mana Maknanya..

 Hari ini saat membaca satu tulisan di media cetak pagi hari sangat setuju dengan salah satu judul di media Jawa Pos Minggu 16 Oktober 2016 " Siswa bisa baca tapi tak tahu makna". 
Program belajar menuntaskan buta huruf yang dirancang oleh pemerintah berhasil . 
Begitupun dengan perintah dalam Al Quran dengan Iqra . Segala kegiatan harus diawali dengan membaca.
Sebagai pendidik sangat merasakan hal-hal tersebut. Siswa /i  ku kuyakini mampu membaca . 
Melek teknologi jago browsing dan lain lain. Dalam kbm yang berlangsung tak jarang kuminta siswaku membaca dan mencari referensi dari internet untuk melengkapi pemahaman . Namun apa yang terjadi ?
Pengalaman dari kbm yang selesai dilakukan , " Bangga jadi anak Indonesia " ku beri tugas siswa/i bimbinganku untuk ber opini . Mempersilahkan untuk mencari referensi dari pendapat berbagai sumber . 
Dan yang terjadi adalah ketika saat para siswa untuk menyampaikan opininya selalu yang diucapkan adalah "saya belum hafal bu ", ucapan memelas dari siswaku . 
" Pendapat mu sendiri apa nak?  tanyaku . Hanya menggeleng 
" Oke, yang kamu tulis apa, pendapatmu sendiri atau tulisan yang kamu ambil di internet?" tanyaku 
" Yang dari internet bu,"
Hmmm sabar ....beberapa kelas yang kuajar selalu dengan jawaban sama. Mencari dari referensi internet dan tak pernah memodifikasi dengan perkembangan yang terjadi . 
Membaca bisa tapi memaknai bacaan yang masih menjadi pr bagi kita semua .

Jumat, 07 Oktober 2016

Special Moment..

Special moment hari ini tidak terjadi di kelas namun di ruang konseling . 
Bilik kecil berukuran 1,5m x 1,5 m dalam ruangan besar berukuran 6x4 m terletak di pojok bersebelahan dengan tempat sholat. Banyak cerita yang terjadi di ruangan ini. Dari tangisan histeris, terisak-isak. 
Tawa ngakak atau tersenyum malu-malu. Diam seribu bahasa hingga celoteh yang saling bersahutan. 
Tak pernah bisa diduga dari waktu ke waktu , menit ke menit. 
Ada yang datang dengan sukarela dan langsung bercerita . 
Ada pula yang datang dengan langkah ragu-ragu masih dibayangi paradigma lalu 'masuk ruang BK berarti bermasalah'
Hari ini diawali dengan aktifitas rutin melanjutkan penyelesaian masalah episode kemarin yang belum tuntas. Memanggil beberapa nama yang sebelumnya meminta ijin dari guru yang mengajar di kelas tersebut.
Ruangan menjadi saksi bisu dari pembahasan masalah yang dihadapi . 
Dari nada suara lembut hingga harus sedikit mengencangkan volume lebih keras berharap paham dengan penjelasan panjang dan lebar. 
Ada proses tarik ulur untuk tak melanjutkan penyelesaian masalah dengan melibatkan orang tua . 
Seperti terkunci dalam ruangan satu selesai lanjut dengan tamu yang lain hingga waktu pun terus bergulir. 
Di waktu tugas hampir berakhir hari ini dengan sisa energi yang terkuras dan berharap cepat diisi asupan gizi. Masih harus menerima tamu orang tua yang bercerita dapat telepon dari putrinya yang menangis terisak-isak. Khawatir ..pasti dong. Putri tunggal yang terbilang belia dan sudah tak berbapak . Sang ibu cukup protektif tapi tak memanjakan. Ketika putrinya kutanya sambil terisak menjawab "saya diganggu kakak kelas dari pas uts duduk sebangku"."Kakak kelas itu bilang kalo gitu kita putus aja".Aku dan ibunya sempat heran dan bertanya kamu pacaran ? Menggeleng kencang sambil menangis ," enggak tapi aku gak suka dia ganggu aku."Agar tak berlarut kutanya , " kita selesaikan ya , boleh ibu panggil dia kesini tanyaku . Menjawab dengan mengangguk.
Tak lama berselang hadir dihadapan ku remaja putra terbilang rupawan , " ibu manggil saya ,'tanyanya. Kusebutkan nama dan kelas dan dia mengangguk . Dari tampilan tak terlihat sebagai siswa yang dalam "bermasalah " . Sebelum masuk keruang konseling kupelototin dia dan bertanya , kamu apain anak saya ," dengan wajah digalak-galakin . Dan siswa ku hanya tersenyum . 
Masuk keruang konseling kutanya pada siswi ku , " ini orangnya ?" Siswiku hanya mengangguk dan cemberut. " Kamu apain dia tadi , " kutanya pada siswaku . Dijawab lugas , saya tadi main ke kelasnya bu, terus saya duduk disebelahnya , saya sapa dia , udah lama gak ketemu ya , dia malah nagis bu. Aku melirik ibunya dan kami berdua hanya bisa menahan tawa . 
Kuberi isyarat untuk berbicara dengan siswaku di ruangan yang berbeda. 
Kutanya, " ada maksud apa kamu mengganggu dia" . "Gak bu , saya suka liat dia kayak anak kecil , saya gak punya adek perempuan bu." " oh begitu sambungku . " Kamu tau nak , dia anak yatim . Ketika kita dengan sengaja membuat anak yatim bersedih kita berdosa loh." Termenung dan berkata , " saya gak mau buat dia bersedih bu cuma mo temenan." " Ya tapi ternyata gak semua orang bisa paham dengan becandamu nak.Lalu menurutmu apa yang mo kamu lakukan , tanyaku." " saya mo minta maaf bu " . " Berani , tanyaku . " iya bu saya salah udah bikin dia sedih " Ok mari ajakku . 
Saat kembali bertemu siswiku masih dengan wajah cemberut melihat siswaku masuk dan duduk disampingnya . "Kusampaikan maukah siswiku menerima maaf temannya dan adakah prasyaratnya".  Kembali siswiku menangis dan terlihat masih  jengkel . Kuminta siswaku untuk meminta maaf kepada siswiku dan berjanji tak akan mengulanginya .Dijawab hanya dengan anggukan kepala masih terdengar isak tangisnya . Lalu kuminta siswaku untuk bersalaman , jawaban sangat diplomatis ," belum muhrim bu." 
Kuanggap sudah selesai kutanya pada ibunya apakah ada bekal makan yang dibawa karena kutau siswiku sukar makan apabila tak disuapin , dan coba menawarkan diri ," mau ibu suapin makan?" hanya menggeleng
Terdengar suara dari siswaku bertanya kalo aku yang suapin mau gak ?" Aku dan ibu siswiku langsung melotot dan berkata " Ih jangan mulai lagi deh dan siswaku hanya tersenyum menggoda .
Hmm jadi ingat zaman remaja ...special moment yang menyenangkan .

Minggu, 02 Oktober 2016

Ketika Belajar Hanya Sekedar Hafalan .

Diam saja tanpa melakukan aktifitas memang pekerjaan yang membosankan. Menguap goyang -goyang kaki, kipas-kipas , baca buku semua sudah dilakukan. Dan kebosanan tak juga beranjak pergi . 
Naluri untuk observasi dan mengamati perilaku satu persatu peserta ujian adalah tindakan yang cukup menghibur.Sebagai konselor perilaku gerak-gerik ucapan siswa adalah data tak tertulis namun informasi yang akurat . 
Saat siswa begitu gelisah menghadapi soal ujian merupakan alasan tepat untuk melakukan pengamatan lebih mendalam , ada apakah dengan peserta ujian ini , mengapa begitu gelisah . 
Tak siap atau sedang punya masalah . Saat ketenangan yang tampak oleh pengawas mulai terlihat usaha gelisah mencoba menarik perhatian temannya ketika pengawas berkeliling mendekati bangkunya.gusar dan terburu-buru memasukkan contekan agar tak terlihat. 
Mencoba memecah suasana dengan bertanya " susah ya soalnya ?" Dijawab serempak " banget bu. " 
" sudah dijelaskan kan ? , sudah bu tapi beda dengan yang dijelaskan. 
" Bedanya apa , tanyaku penasaran . Ini bu , yang ditanya tentang pendapat kita. 
Oooo....terdiam dan bengong.

Belajar Itu....

Ibu saya gak bisa," ucap siswaku.
Sudah di coba belum ? tanyaku
Diam sesaat kembali mengulang kalimat yang sama

Ibu saya gak bisa
Sudah dicoba ?
Hanya gelengan kepala yang menjawab

Hening beberapa saat . Dan mengulangi kalimat yang sama
Ibu saya gak bisa , dengan wajah memelas
Dan kesabaranku seperti diuji
Menarik nafas dalam , Ok silahkan duduk kesempatan mu hilang nak
Melangkah lemas menuju bangkunya.

Sepertinya aku menjelma menjadi raja tega . Kegiatan untuk menyampaikan opini tentang kebanggaan menjadi anak Indonesia berlangsung sudah hampir 2 bulan.
Kusadari pasti mulai jenuh dengan materi yang sama.
Tapi kusampaikan aku harus adil menilai dan memberi kesempatan pada semua siswaku . 
Dengan waktu 1 jam tatap muka setara 40 menit dan jumlah siswa tiap kelasnya 36 orang membutuhkan waktu berbulan-bulan agar semua siswa dapat menunjukkan keberanian, kreatifitas,dan inisiatif sesuai potensi yang dimiliki.
Opini dapat disampaikan melalui pidato,stand-up comedy,berpuisi,bernyanyi atau bercerita. 
Generasi Z yang hidup di era teknologi digital sangat dimudahkan untuk mencari informasi melalui internet. Memindahkan pemikiran penulis dari blog yang dibaca.
Sering tanpa merasa bersalah menjawab pertanyaan tulisan siapa yang kamu ungkapkan
, "apakah hasil pemikiranmu, "Bukan bu" hmm anak digital sambil menarik nafas.
Kekecewaan terhadap siswaku terlihat jelas oleh siswa yang lain. 
Kusampaikan cobalah belajar dengan cara memahami bukan menghafal .
Ketika yang dilakukan dengan menghafal kalimat per kalimat .
Satu kata lupa bubar semua yang diingat .
Tapi coba belajar memahami isi tulisan yang dibaca sebagai bahan referensi setelah itu ungkapkan pemikiranmu sendiri , sahutku .

Selasa, 23 Agustus 2016

Wacana Full Day Yang Bikin Resah

Ada pendapat yang beredar di masyarakat ganti mentri ganti kebijakan ...ternyata itu benar adanya .
Sebagai pendidik yang juga orang tua kaget juga dengan rencana kebijakan yang diterapkan oleh Mendikbud baru. 
Wacana full day school menghasilkan beragam reaksi baik dikalangan orang tua , guru dan juga siswa sebagai pelaksana kegiatan belajar mengajar. 
Berbicara sebagai orang tua yang pernah merasakan putra/i nya bersekolah di sekolah full day berbasis agama melihat dan merasakan langsung.
Ketika pulang sekolah dengan wajah cemberut dan kelelahan tetap harus belajar menyelesaikan tugas sekolahnya yang menumpuk .
Boro-boro menjawab dengan cerita yang panjang tentang kegiatan di sekolahnya . Bisa tersenyum dan menjawab dengan kalimat "ya gitu deh " itu adalah rekor.
Putra/i ku tidak tergolong anak bermasalah .
Punya prinsip dan bertanggung jawab terhadap diri dan masa depannya .
Namun beban tuntutan dari sekolah full day menghilangkan senyum dan tawa cerianya.
Kreatifitas dan imajinasi akan masa depannya menghilang berbarengan dengan beban dan tuntutan tersebut . Walau tak kuingikari muatan agama yang diberikan membuat banyak hafalan surat dalam Al Quran yang dikuasai. 
Ketika profesi sebagai guru yang berbicara menyingkapi wacana full day maka yang bisa dilakukan adalah...
hah.... full day sambil mengkerutkan alis .
Kapan mengurus anak-anakku kalo yang dituntut adalah bertanggung jawab mengurus siswa.
Kondisi ibukota yang luar biasa macet membuat banyak waktu terbuang untuk hal-hal yang tidak produktif. Berangkat untuk memulai aktifitas ketika kumandang subuh baru terdengar dan anak di rumah biasanya kembali melanjutkan tidur sejenak sebelum mandi dan berangkat sekolah .
Dan mengakhiri aktifitas sebagai pendidik jam 15.00 wib .
Bergelut dengan kemacetan ibukota hingga baru tiba di rumah ketika azan maghrib berkumandang .
Bijakkah ketika seorang ibu rumah tangga yang juga berprofesi sebagai pendidik tak memiliki waktu untuk anak-anaknya di rumah .
Tanggung jawab mendidik di rumah adalah tetap milik orang tua.
Namun ketika waktu tersita banyak di luar rumah bentuk tanggung jawab seperti apa yang bisa kuberikan kepada anak-anakku .
Bukankah setiap anak punya hak untuk mendapat perhatian dan kasih sayang orang tuanya.
Dan tanggapan yang cukup menambah jumlah yang kurang setuju dengan wacana full day adalah siswa.
Sebaiknya memang dengarkan apa yang menjadi kebutuhan para siswa.
Ketika orang dewasa miris dan prihatin dengan perilaku anak remaja yang negatif .
Sudahkah kita sebagai orang dewasa mendengar keluhan mereka?
Sudahkah kita memahami kebutuhan mereka .
Benarkah full day school adalah jawaban untuk membangun pembentukan karakter anak Indonesia?

Rabu, 10 Agustus 2016

My Trip My Adventure

Salah satu acara travelling di salah satu stasiun TV membuatku tertarik juga untuk mengutip namanya menjadi satu kegiatan di sekolah untuk melakukan layanan Bimbingan Konseling .
Bermula dari keprihatinan karena kegiatan MPLS tak dibarengi dengan perkenalan lingkungan sekolah dengan makna sesungguhnya. 
Miris dan prihatin ketika kutanya dimana letak ruang   BK , jawaban spontan langsung dilakukan oleh peserta didik yang baru " gak tau bu sambil menggelengan kepala ,
 'ups ,kaget dan langsung kusambung dengan pertanyaan lanjutan , " kalo kantin tau dimana , tanyaku ? semua menjawab  serempak, " ada di lantai dasar bu ". 
Menarik nafas dan berusaha tersenyum . 
Baiklah petualangan dimulai pikirku . 
Kuberi tantangan kepada siswa peserta didik baru untuk melakukan 'my trip my adventure . 
" silahkan bertualang ketika jam istirahat  cari ruang BK dan temuin saya disana , kataku ke 'pede'an . 
singkat cerita ketika jam istirahat penuhlah ruanganku oleh oleh peserta didik baru. 
Namun adakalanya petuangan merka kurang beruntung karena tak berhasil menjumpaiku di ruang  BK.
Dan mereka berucap, "Ibu kemana aja kami tadi ke ruangan ke ibu, ibunya gak ada.
Kujawab santai berarti adventuremu kurang kurang seru nak 
Lakukan lagi ya dan jangan cepat menyerah. 
Amati apa saja yang kalian lihat di ruang BK. 
Ada jejak -jejak sejarah yang sudah dibuat oleh kakak kelasmu. 
Sedikit promosi dalam rangka memasyarakatkan BK sebagai teman remaja

Selasa, 09 Agustus 2016

Satu Jam Yang Menantang

Tidak hanya ke siswa ku berikan tantangan (sebenarnya tugas).
Selalu memulai dengan kalimat " berani menerima tantangan saya "
Dan biasanya dijawab dengan " apa bu? " dengan wajah penasaran .
Dan di tahun ajaran ini aku sebagai gurunya yang ditantang untuk mampu memaksimalkan waktu.
Jadwal layanan tatap muka yang hanya diberikan 1 jam perminggu , cukup menguras energi , kesabaran juga kreatifitas agar layanan tatap muka tetap dapat terlaksana.
Berpikir bijak dari pada hanya menyalahkan tanpa berbuat adalah perilaku yang paling tepat menurutku .
Meski dahulu pernah juga merasakan tak diberi jam tatap muka layanan dalam struktur jam wajib .
Toh layanan bimbingan konseling tetap berjalan sesuai rencana program .
Antusias siswa pun tetap ada menantikan untuk tetap bisa belajar BK .
Dan ketika PERMEN  yang menegaskan tentang aturan tatap  muka 2 jam perminggu mulai berlaku justru keadaan berbalik . Dengan alasan sangat sepele.
Belajar bijak untuk memaklumi. Memaklumi bukan berarti menikmati pemakluman dan tak melakukan hal apapun .
Tetap berusaha untuk memperjuangkan nasib profesi .
Mempelajari juknis dan aturan hukum dari aturan hukum dari peraturan mentri berkaitan dengan penetapan teknis layanan tatap muka yang diterapkan di lembagaku.
Hingga akhirnya berpikir inilah tantanganku .
Mengasah otak untuk memaksimalkan 1 jam layanan tatap muka dengan optimal .
Mengawali dengan kesepakatan terlebih dahulu.
Bahwa ketika saya minta serius himbauannya serius namun adakalanya sambil gamespun kami belajar ..
Ya satu jam yang menantang