Sabtu, 21 Juli 2012

Masih Sama

Ternyata belum ada yang berubah . Kami biasa menyebutnya 11-12-13 , mulai dulu hingga hari ini.
Semua tetap ingin mendapat citra yang baik. Tak peduli dengan penilaian dari yang mendapat tugas, yang penting mendapat jempol dari yang diatas.Padahal menurutku saat kita bekerja sebenarnya kita sedang memberi pelayanan kepada nasabah kita.Tak terkecuali di bidang pendidikan.
Namun seringkali justru yang dilakukan terbalik, tak mau melayani tapi mendompleng hasil. Lucunya seperti hanya ingin memperlihatkan kekuasaan. ' ini lo saya penguasa daerah ini '
Ternyata belum terbangun dari mimpi berkepanjangan. Berharap tinggi tak memulai dari bawah. Tak minat mulai dari yang kecil-kecil. Ingin langsung mendapat kakap tanpa belajar memancing teri.Yang dicari tak jauh dari pencitraan. Benar semua orang butuh dinilai baik. Tapi tetap harus realistis dong. Benarkah penilaian itu jujur? Kata temanku , kenapa harus bingung, orang Indonesia suka dibohongi, gemar dengan kepura-puraan. Atau aku yang tak cocok karena tak suka yang pura-pura.......

Minggu, 01 Juli 2012

Komunikasi Terhambat

Tak mudah memang membangun komunikasi yang sejalan. Menurut teori yang dikembangkan oleh Eric Berne Analisis Transaksional ada 3 kedudukan ego yang terpisah. Yaitu orang tua , orang dewasa dan ego anak . Masing-masing dengan gaya dan kebutuhan berbeda. Sang orang tua seperti layaknya orang tua gaya berkomunikasi yang dilakukan adalah memerintah dan searah bahkan cenderung tak mau mendengar alasan apapun. Dalam pandangan orang tua yang telah mengarungi kehidupan lebih lama pengalamannya tak bisa dianggap remah. Orang dewasa memiliki gaya lebih toleran dan bijak , tidak menghakimi dan tidak emosional, berbeda dengan gaya orang tua yang " harus" orang dewasa banyak mendengar dan mencari pemecahan masalah dengan cara yang baik dan tak memaksakan kehendak. Dan ego anak adalah berisi perasaan yang spontan , ekspresif. Ketiga hal tersebut yang sering tak sejalan antar mau orang tua dan keinginan anak. Walau keduanya beralasan untuk kebaikan. Seperti digambarkan oleh siswaku ketika mengeluh dalam sms nya dikirim untukku. 'Aku sebel dan benci dengan mamaku, kujawab dan bertanya kenapa? Tadi siang aku diajak ke salon dan disuruh potong rambut , aku udah gak mau tapi mamaku maksa katanya rambutku berantakan. Taunya rambutku dipotong pendek banget , mamaku gak menghargai aku, aku manjangin rambut udah satu tahun dan seenaknya aja melakukan itu. Aku merasa udah jadi korban " bullying" , bu. Seperti itu kira-kira isi keluhannya. Hal itu yang mengingatkan tentang I'm Oke versi orang tua dan I'm not Oke versi anak. Tak ada komunikasi yang terjadi saat itu. Orang tua dengan penilaiannya tentang penampilan sang putri sementara sang anak tak ditanya tentang seleranya, maunya akan penampilannya . Benturan seperti ini sering terjadi karena lupanya sang orang tua akan kodratinya manusia yang ingin dipahami dan dimengerti. Terutama komunikasi lisan yang tak nyambung .Orang tua mengutamakan ego orang tuanya untuk menyampaikan pesan sementara kebutuhan dasar anak tak dihiraukan . Dalam teori Analisis Transaksional yang paling baik adalah terjadinya komunikasi yang komplementer. Orang tua walau perannya orang tua tapi tak berusaha memaksakan kehendaknya dengan menyampaikan mau dengan memaksa. Berusaha memahami bahwa setiap individu yang dilahirkan memiliki kesanggupan untuk memilih . Terlepas pilihannya baik atau tidak.

Rabu, 27 Juni 2012

Ingin anak mau orang dewasa

Sudah memasuki waktu libur sekolah kebahagian yang dirasakan oleh anak-anakku juga teman-teman seusianya lepas dari tuntutan formal harus belajar . Padahal belajar tak harus duduk diam dan memegang buku .Segala aktifitas dapat dikatakan  proses belajar . Proses belajar dari tidak tahu  sesuatu menjadi tahu sesuatu merupakan kegiatan belajar kognitif . Proses dari memperbaiki perilaku negatif menjadi positif merupakan proses belajar afektif. Dan kegiatan yang mungkin dianggap sepele hanya sekedar bermain-main berdasarkan pengamatan orang dewasa hal itu pun sebenarnya dapat dikatakan proses belajar psikomotorik , contoh bermain lempar bola , bermain petak umpet , main sepeda dll. Namun seringkali orang dewasa ( tak terkecuali saya juga) berpikir terlalu sempit. Belajar ya baca buku . Padahal saat anak bersosialisasi dengan temannya dan terkadang terjadi konflik kemudian dengan cara mereka menyelesaikan itu pun mereka lagi belajar proses kognitif dan afektif. Seperti yang terjadi beberapa hari yang lalu . Putra/i ku menyatakan diri sudah bebas tak ada beban mengerjakan pr dari sekolah lagi karena sudah selesai ujian dan tinggal menunggu pembagian raport. Walau kewajiban rutin yang berkaitan dengan aturan di rumah mereka tetap harus lakukan. Meminta ijinlah mereka untuk bermain dengan teman-teman di rumah , bahagia banget karena biasa tak ada ijin untuk bermain di malam  selepas sholat maghrib. Pulang dari bermain walau ada kegirangan tetap ada gerutuan yang isinya seperti ini : Sebel deh kakak dengan pak G , dia parkir mobil dilapangan bulutangkis padahal dia punya garasi , kita lari-larian dia marah ,awas kalo mobil saya sampe lecet ganti . Dan komentar saya waktu itu adalah yang harus diganti apanya? Mobilnya atau lari-lariannya . Akhirnya gerutuan tersebut menjadi renungan bagi saya sebagai orang tuanya . Pertama ternyata orang dewasa pun begitu picik dan kekanak-kanakan dengan sikapnya. Anak yang harus memahami maunya orang tua  bukan sebaiknya anak butuh dimengerti kemanuannya . Kedua ternyata proses berpikir kritis sudah dilakukan anakku dengan mereka menganalisa dan merasakan rasa sebal dan keberatan dari perilaku orang dewasa yang egois.Kognitif-afektif -psoomotorik dilakukan dalam waktu yang sama

Memulai dengan kebohongan

Memang benar lirik lagu lawas yang berbunyi " memang lidah tak bertulang tak berbatas kata-kata setinggi gunung seribu janji jauh di bibir jauh di hati ....blablabla lupa terusannya. Kebohongan selalu dimulai dari ucapan , ucapan yang keluar dari mulut berupa suara adalah hasil berpikir yang diolah dalam otak dan dihayati dalam sanubari . Tetapi karena Tuhan menciptakan lidah tanpa tulang maka terjadilah hal-hal yang tak diinginkan akibat dari ucapan yang diungkapkan dengan bantuan lidah. Kebohongan, fitnah , mengada-ada dan banyak hal negatif lain yang terjadi. Walau tak dipungkiri banyak juga hal positif yang bisa terjadi dari ucapan seperti pengobar semangat , nasehat menyejukkan juga rayuan yang membuat melayang.Tuhan memang menciptakan manusia tak lepas dari khilaf ( meski dalam hal ini setan yang selalu disalahkan ) dan hadist rasul pun mengatakan musuh terbesar manusia adalah perang melawan hawa nafsu . Seperti nafsu untuk dimuliakan , dianggap hebat dan sebagainya. Meski telah dibahas tentang peran lidah dan kodrat manusia yang tak luput dari khilaf . Alangkah baiknya jika kebohongan tak dijadikan alasan untuk melegalkan segala hal dan menjadi sikap hidupnya

Reward dan Punishment

Dalam suatu teori Behavioral ada suatu tehnik yang bernama "Reward dan Punishment ". Tak ada yang salah dari tehnik ini . Reward diberikan kepada individu yang melakukan perilaku positif ( hasil kegiatan) .Sementara Punishment diberikan kepada individu yang melanggar aturan semacam konsekuensi perilaku. Tapi dalam perjalanannya ternyata manusia semakin pintar, mengabaikan proses kejujuran. Dan akhirnya yang dinilai hanya hasil akhir. Contohnya adalah beberapa peristiwa yang terjadi saat akan menghadapi ujian akhir, apakah UN atau UKK. Tak ingin menyalahkan siswa /i sebagai peserta didik di suatu sekolah yang berusaha untuk mendapatkan nilai terbaik walau dengan cara yang tak baik. Dan Naifnya sebagai orang dewasa apakah itu orang tua , guur dan pihak sekolah seperti menutup mata dengan ketidak jujuran yang terjadi . Mirisnya dengan bangga memberi penghargaan atas hasil yang telah dicapai . Tak ingatkah dengan proses yang berlangsung . Pernyataan mengagetkan justru terucap dari bibir para siswa yang tak siap menerima penghargaan karena menyadari proses untuk mendapatkan hasil melalui ketidak jujuran, walau ada juga yang mengabaikan hal itu karena berharap mendapat pujian dari orang tua , guru, atau sekolah karena selama ini selalu diberi label trouble maker. Jadi sesuatu yang membingungkan memberi reward ternyata tak sesuai proses dan ketika memberi punishment hasilnya harus diberi reward ???

Senin, 18 Juni 2012

Yang memberi Inspirasi

Selalu ada getaran saat membaca tulisan yang inspiratif. Tak terkecuali tulisan "Karya Ku " dari tugas akhir yang kuberikan untuk siswa/i ku . Tersenyum , mengerutkan kening ,berbinar juga bahagia kala membaca tulisan itu . Ada keluhan , kerepotan juga kecerian dari isi tulisannya . Dapat kubayangkan antusias mereka untuk dapat menuangkanide-ide dalam bentuk kalimat-kalimat agar pesan dalam tulisan sampai kepada pembacanya . Sampai ada pertanyaan yang mereka ajukan kepadaku ," bu , tugas ini dibaca semua ?" dengan raut wajah tak percaya. Ya dibaca dong kataku lagi, bagaimana aku bisa tahu apakah pesan tersirat yang aku kemas dalam bentuk materi sampai dan dimengerti oleh para siswaku kalau aku mengabaikan tugas yang sudah mereka kerjakan . Dalam tugas tersebut aku jadi tahu sampai mana mereka paham, perubahan perilaku yang terjadi juga uneg-uneg yang mereka rasakan saat mereka belajar bersamaku . Pernah aku sampaikan pada mereka ketika aku memberi materi tokoh dunia. Saat itu aku katakan baca satu cerita tokoh dunia dan ceritakan lagi di depan kelas agar di dengar oleh teman-teman semua.Awalnya saat ku minta bercerita ketika sebelumnya sudah kuminta membaca tokoh dunia ada keraguan yang mereka perlihatkan dengan berkelit belum hafal bu. Sambil melotot aku katakan saya gak minta kamu menghafal isi buku tentang tokoh dunia yang kamu baca . Kata saya , " baca , pahami, ceritakan " . Bukan dihafal , kalau urusan hafal menghafal cukup teks Pancasila saja yang dihafal sambil mengedipkan mata ke arah mereka dan mereka pham maksudku ...hehhe. Saat materi cerita tokoh dunia itu , aku sampaikan selain aku ingin mereka tahu perjuangan para tokoh tersebut agar terinspirasi . Juga aku berharap suatu hari nanti mungkin 30 tahun yang akan datang ( mudah-mudahan aku masih hidup ) aku akan membaca karya mereka, anak didik yang aku bimbing . Kalau tidak dimulai dari sekarang mengajak mereka menuangkan ide pikiran da perasaan.....kapan lagi dong

Minggu, 17 Juni 2012

Lomba makan krupuk

Di Minggu siang yang cerah saat sedang bercengkerama dengan anak-anakku.Tiba-tiba ada temannya yang memanggil ," Bian, bian....." Erick yang memanggil anakku. Terjadilah dialog antara mereka berdua.
" Bian mo ikut lomba ?" kata temannya si Erick.
Dijawab anakku " Lomba apa ?"
Si Erick berkata lagi " Lomba makan krupuk , mau ikut gak ?"
Pertanyaan diajukan lagi oleh anakku, dan ini pertanyaan yang tak kuduga, " krupuknya krupuk apa, kalau krupuk udang aku mau, " kata anakku. Waduh aku berpikir baru kali ini aku mendengar ada calon peserta lomba menawar dalam kegiatan lomba.
Beberapa saat setelah itu saat mereka telah selesai bermain aku bertanya kepada anakku , " adekk bian tadi jadi ikut lomba makan krupuk ? Dan dijawab dengan sangat lugas oleh anakku , " ah krupuknya bukan krupuk udang ngapain adek ikut, adek kan gak suka krupuk putih. Aku dan suamiku hanya bisa geleng-geleng kepala. Anakku banget deh kalau seperti itu......